Gujeolpan adalah salah satu hidangan tradisional Korea dengan sejarah yang panjang, berakar sejak abad ke-14. Hidangan ini dikenal karena penampilannya yang menggugah selera dan makna budayanya yang mendalam. Gujeolpan bukan hanya tentang penyajian saja, tetapi juga tentang prinsip-prinsip keseimbangan dan harmoni dalam masakan di kerajaan Korea.

Gujeolpan secara harfiah berarti “piring dengan sembilan bagian,” yang mengacu pada piring kayu segi delapan dengan sembilan bagian terpisah, di mana masing-masing bagian diisi dengan bahan yang berwarna-warni. Miljeonbyeong, atau pancake tipis yang terbuat dari tepung gandum, diletakkan di tengah piring dan digunakan sebagai pembungkus untuk berbagai bahan yang disajikan di sekelilingnya.

Bahan-bahan yang biasanya disajikan meliputi daging sapi yang diiris tipis, jamur shiitake, mentimun, zucchini, wortel, udang, dan telur. Setiap bahan dipersiapkan dengan cermat agar menghasilkan kombinasi rasa yang seimbang. Sebagai contoh, daging sapi biasanya dimarinasi dalam kecap asin, gula, bawang putih, dan minyak wijen, sementara jamur mungkin dibumbui dengan kecap asin, bawang putih, dan gula.

Pengaturan bahan-bahan pada gujeolpan mengikuti prinsip obangsaek, sebuah filosofi tradisional yang menekankan keseimbangan melalui penggunaan lima warna, yaitu merah, kuning, putih, hitam, dan hijau (atau biru). Selain menambah daya tarik visual, komposisi warna ini juga memastikan bahwa gujeolpan memiliki nutrisi yang seimbang.

Gujeolpan memiliki tempat yang penting dalam budaya dan sejarah kuliner Korea, mencerminkan estetika dan prinsip-prinsip filosofis dari masakan kerajaan Korea. Berasal dari Dinasti Joseon, gujeolpan menjadi identik dengan perjamuan kerajaan dan acara-acara khusus. Hidangan ini mencerminkan ideal-ideal Konfusianisme yang memengaruhi kehidupan istana Korea, khususnya konsep keseimbangan dan keselarasan.

Gujeolpan. Foto: Korea.net/Korean Culture and Information Service

Angka sembilan yang diwakili oleh sembilan bagian dari piring gujeolpan memiliki makna simbolis dalam budaya Korea. Dalam beberapa tradisi Asia, angka sembilan melambangkan kelengkapan dan harmoni. Pengaturan bahan-bahan yang cermat tidak hanya menciptakan presentasi yang menarik secara visual tetapi juga memungkinkan para penikmat untuk menghargai setiap komponen sebelum menggabungkannya,. Ini mencerminkan apresiasi warga Korea terhadap keindahan dan integritas dari setiap elemen dalam satu kesatuan yang harmonis.

Pembuatan gujeolpan dimulai dengan pemilihan bahan-bahan segar berkualitas tinggi. Setiap komponen dipersiapkan secara terpisah dengan perhatian yang mendetail dalam pemotongan, bumbu, dan metode memasak.

Pancake tipis atau miljeonbyeong, yang berada di bagian tengah piring, adalah elemen penting dalam gujeolpan. Pancake ini dimasak di atas penggorengan datar, menghasilkan pembungkus yang lembut dan fleksibel yang sangat penting untuk pengalaman makan gujeolpan yang autentik.

Konsumsi gujeolpan adalah pengalaman yang interaktif. Para pengunjung memilih bahan-bahan dari berbagai bagian di piring, meletakkannya di atas miljeonbyong, dan membungkusnya untuk menciptakan kombinasi rasa yang unik di setiap gigitan. Sering kali, makanan ini kemudian dicelupkan ke dalam saus yang terbuat dari mustard, gula, cuka, kecap asin, dan air atau ekstrak plum Korea, yang menambah kompleksitas rasa dari gujeolpan.

Elemen simbolik yang paling menonjol dari gujeolpan adalah strukturnya yang terdiri dari sembilan bagian. Dalam budaya Korea, angka sembilan melambangkan kelengkapan dan harmoni. Sembilan bagian dari gujeolpan mewakili alam semesta yang lengkap dan harmonis di atas piring.

Pengaturan bahan-bahan dalam gujeolpan juga mencerminkan prinsip yin dan yang, sebuah konsep mendasar dalam filsafat Asia Timur. Dualitas ini direpresentasikan dalam keseimbangan antara bahan sayuran (yin) dan daging (yang), menciptakan kesatuan harmonis dari kekuatan yang berlawanan. Keseimbangan ini tidak hanya berlaku pada bahan-bahan saja, tetapi juga mencakup rasa, tekstur, dan aspek nutrisi dari hidangan ini.

Meskipun gujeolpan awalnya hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan Korea, gujeolpan kini menjadi bagian dari budaya kuliner kontemporer. Hidangan ini disajikan di restoran-restoran yang mengkhususkan diri dalam masakan tradisional Korea dan menjadi pilihan populer untuk acara-acara khusus seperti perjamuan pernikahan dan perayaan Tahun Baru Imlek. Daya tarik visual dan keseimbangan nutrisi dari hidangan ini telah berkontribusi pada popularitasnya yang berkelanjutan.

Gujeolpan berdiri sebagai bukti dari kekayaan warisan kuliner dan kedalaman filosofis budaya Korea. Hidangan ini menggabungkan prinsip-prinsip keseimbangan, harmoni, dan kelengkapan melalui persiapan yang teliti, desain yang simbolis, dan pemilihan bahan yang cermat.