Reruntuhan Sampoong Department Store. Foto: 서울특별시 소방재난본부 – 서울특별시 소방재난본부 최광모 (Wikipedia)

Runtuhnya Sampoong Department Store pada 29 Juni 1995 di Seoul, Korea Selatan, menjadi salah satu kegagalan struktural paling mematikan dalam sejarah Korea modern. Sebanyak 502 orang tewas dan 937 lainnya terluka dalam peristiwa yang terjadi kurang dari 20 detik ini, menjadikannya bencana terburuk di masa damai Korea.

Kompleks perbelanjaan lima lantai tersebut ambruk akibat cacat desain mendasar dan pemangkasan prosedur konstruksi, membuka fakta berbahaya tentang dampak dari memprioritaskan keuntungan finansial di atas keselamatan. Hingga kini, tragedi Sampoong menjadi studi kasus penting bagi para profesional di bidang teknik dan konstruksi.

Sampoong Department Store lahir dari pesatnya pembangunan kota Seoul setelah kota ini ditetapkan sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1988. Karena kontraktor asing dilarang untuk menandatangani kontrak proyek di Seoul, konstruksi di wilayah ibu kota didominasi oleh perusahaan lokal. Banyak proyek dikejar dengan orientasi kecepatan dan penghematan biaya, yang sering kali mengorbankan kualitas.

Pembangunan Sampoong dimulai pada tahun 1987 di lahan bekas tempat pembuangan akhir di Distrik Seocho. Rancangan awal yang dibuat oleh Woowon Architects untuk Woosung Construction adalah bangunan apartemen empat lantai, sesuai dengan penetapan zona perumahan sejak 1976. Pada Maret 1986, status zona tersebut diubah menjadi kawasan komersial, memicu dibuatnya rencana baru.

Lee Joon, yang kelak menjadi ketua divisi konstruksi Sampoong Group, mengubah proyek ini menjadi pusat perbelanjaan besar. Perubahan ini mengharuskan pemotongan banyak tiang penyangga untuk pemasangan eskalator dan penambahan lantai kelima yang awalnya dirancang sebagai arena seluncur, kemudian diubah menjadi area food court. Penolakan Woosung Construction atas perubahan ini berujung pada pemutusan kontrak, dan Lee Joon mengambil alih pembangunan melalui perusahaannya sendiri.

Pembangunan selesai pada akhir 1989, mulai beroperasi sementara pada 1 Desember 1989, dan dibuka secara resmi pada 7 Juli 1990. Kompleks ini memiliki sayap utara dan selatan dengan atrium pusat sebagai area penghubung. Rata-rata terdapat sekitar 40.000 orang yang mengunjungi Sampoong setiap harinya.

Perubahan rencana disahkan secara retroaktif oleh kantor distrik pada November 1989, yang memperluas area bangunan setelah konstruksi selesai. Lantai kelima digunakan untuk restoran, sementara lantai bawah menampung berbagai macam toko ritel. Gedung B di sebelahnya, yang terhindar dari tragedi , berisi fasilitas rekreasi seperti kolam renang, gimnasium, dan sauna.

Pada pagi hari, retakan besar muncul di langit-langit lantai lima. Manajemen memindahkan barang ke area basement tetapi tidak menutup gedung. Bagian lantai lima ditutup, namun toko tetap beroperasi karena jumlah pengunjung yang tinggi. Menjelang siang, terdengar suara yang tidak biasa dan getaran ringan. Ahli teknik sipil yang memeriksa menyatakan bahwa gedung berisiko runtuh. Meskipun direksi menyarankan evakuasi penuh, Lee Joon menolak demi menghindari kerugian finansial. Kendati demikian, ia dan eksekutif lainnya diam-diam meninggalkan gedung.

Retakan di tembok gedung Sampoong. Foto: 서울특별시 소방재난본부 – 서울특별시 소방재난본부 최광모 (Wikipedia)

Pada pukul 16.00, retakan melebar hingga 10 cm dan langit-langit lantai empat mulai melengkung. Saran penutupan gedung kembali diabaikan. Unit AC dimatikan, tetapi kerusakan struktural sudah kritis. Pukul 17.00, lantai lima mulai amblas dan akses mulai dibatasi. Dentuman keras terdengar pada pukul 17.40 dan 17.47, bunyi retakan kembali terdengar pada pukul 17.52 diikuti dengan runtuhnya atap akibat beban AC. Tiang penyangga utama yang sudah melemah langsung patah, sayap selatan ambruk ke area basement dalam waktu kurang dari 20 detik, menjebak sekitar 1.500 orang.

Bangunan awalnya dirancang sebagai perkantoran empat lantai dengan empat basement, namun diubah tanpa izin menjadi pusat perbelanjaan, termasuk penambahan lantai kelima tanpa analisis struktural. Sistem konstruksi flat slab yang digunakan rentan terhadap kegagalan geser pada bagian penyambung tiang penyangga.

Dengan diameter tiang penyangga hanya 60 cm, jauh di bawah standar 80 cm, rangka baja yang dikurangi separuh dan penempatannya tidak sesuai spesifikasi, kekuatan dari keseluruhan struktur Sampoong turun hingga 20 persen. Tiang penyangga pun sempat dipotong untuk eskalator dan pelindung api, mengurangi kemampuan menahan beban.

Kualitas beton buruk karena menggunakan air laut, dan fondasi dibangun di tanah bekas TPA yang tidak stabil. Beban tambahan dari area restoran dan tiga unit AC berukuran besar di atap semakin memperparah risiko. Unit AC sempat dipindahkan dengan rol pada 1993, namun hal tersebut justru menimbulkan retakan yang mempercepat degradasi hingga akhirnya bangunan ini runtuh.

Penyelamatan dimulai segera setelah gedung runtuh, menggunakan crane dan alat berat. Protes keluarga korban memaksa operasi untuk terus dilanjutkan meskipun ada risiko runtuhan susulan. Korea Telecom mengirim sinyal berkala untuk memicu ponsel atau pager dari para korban yang masih terjebak. Beberapa korban bahkan bertahan hidup dengan air hujan. Kasus paling luar biasa adalah Park Seung-hyun, seorang pegawai toko yang diselamatkan 17 hari setelah gedung runtuh dengan luka ringan. Beberapa korban lain ditemukan setelah 9–12 hari dalam reruntuhan.

Operasi penyelamatan. Foto: 최광모 (Wikipedia)

Total korban jiwa mencapai 502 orang dan 937 orang lainnya ditemukan terluka, termasuk warga asing. Pada 27 Desember 1995, Lee Joon dijatuhi hukuman 10½ tahun penjara karena kelalaian, yang kemudian diringankan menjadi 7½ tahun di tingkat banding. Putranya, Lee Han-sang, mendapat hukuman tujuh tahun. Pejabat kota yang menerima suap juga dihukum. Total kompensasi yang diterima oleh korban mencapai ₩375,8 miliar (sekitar US$300 juta), dibayarkan penuh pada 2003. Setelahnya, Sampoong Group dibubarkan dan Lee Joon meninggal beberapa bulan setelah bebas.

Bencana ini memicu reformasi besar pada industri konstruksi Korea, termasuk regulasi ketat terhadap perubahan desain, pengawasan konstruksi, dan perencanaan bangunan untuk mencegah terulangnya bencana. Lahan bekas gedung Sampoong sempat kosong hingga tahun 2000, ketika warga memberikan usulan untuk membangun tugu peringatan di lokasi bencana, pemerintah distrik menolaknya. Sebagai gantinya, memorial dibangun di Hutan Warga Yangjae, dan lokasi asli dijual dan menjadi lokasi dari apartemen mewah Acrovista pada 2004.

Memorial Sampoong di Hutan Warga Yangjae. Foto: The Seoul Guide

Tugu peringatan setinggi 12 meter karya Kim Bong-gu menjadi pusat upacara tahunan, meskipun sebagian keluarga korban tetap berziarah ke lokasi aslinya di Acrovista. Tragedi ini juga diabadikan dalam berbagai dokumenter, film, dan drama televisi.

Tragedi runtuhnya Sampoong Department Store menjadi pengingat bahwa kelalaian dalam perencanaan, pengawasan, dan pelaksanaan konstruksi dapat membawa konsekuensi yang tak terbayangkan. Peristiwa ini mendorong perubahan signifikan pada regulasi bangunan di Korea Selatan dan membentuk kesadaran publik akan pentingnya standar keselamatan. Meskipun tragedi runtuhnya Sampoong terjadi puluhan tahun yang lalu, kisahnya terus menjadi pelajaran berharga bagi para profesional di bidang teknik dan konstruksi, serta peringatan bahwa keselamatan manusia harus selalu menjadi prioritas utama.