
Baru-baru ini, Museum Nasional Korea mengumumkan selesainya penerjemahan empat jilid Byeolsambang Uigwe dari bahasa Tionghoa klasik ke bahasa Korea modern. Koleksi ini mencatat tugas Byeolsambang, sebuah organisasi sementara yang bertanggung jawab untuk menyiapkan benda-benda upacara bagi raja baru setelah masa berkabung tiga tahun bagi raja pendahulu. Dengan terjemahan ini, masyarakat umum kini bisa menelusuri kembali proses persiapan simbol kerajaan yang sebelumnya hanya bisa diakses oleh kalangan elit istana.
More…
Pada tahun 1997, Korea Selatan menghadapi krisis ekonomi yang hampir melumpuhkan seluruh sistem keuangan negara. Krisis ini tidak hanya menghancurkan pasar valuta asing dan menjatuhkan nilai tukar won saja, tetapi juga menggoyahkan keyakinan masyarakat terhadap masa depan ekonomi dari negaranya.
More…
Istilah “백정” (baekjeong) menyimpan sejarah panjang dan kompleks dalam masyarakat Korea. Berawal dari sebutan bagi petani biasa pada masa Goryeo, istilah ini kemudian mengalami pergeseran makna menjadi identitas kelompok yang terpinggirkan pada era Joseon. Melalui penelusuran sejarah sosial ini, kita dapat memahami bagaimana diskriminasi terbentuk, dilembagakan, dan kemudian diperjuangkan.
More…
Korea memiliki lebih dari 500 museum dan galeri di wilayah Selatan serta sekitar 300 institusi di wilayah Utara. Keberagaman ini mencerminkan warisan budaya yang kaya serta latar belakang sejarah dan politik yang unik dari Semenanjung Korea. Museum-museum tersebut tidak hanya menampilkan perjalanan waktu, tetapi juga membentuk sebuah narasi yang mencerminkan kondisi dan perspektif di masing-masing wilayah.
More…
Periode 1919 hingga 1950 merupakan masa yang penuh perubahan dalam sejarah Korea, ditandai dengan perkembangan ideologi yang membentuk masa depan semenanjung tersebut. Dimulai dengan Gerakan 1 Maret 1919 dan berakhir dengan pecahnya Perang Korea pada 1950, berbagai pemikiran nasionalisme, sosial demokrasi, komunisme, serta liberalisme berkembang dan saling bersaing. Masa ini bukan hanya tentang perlawanan terhadap kolonialisme Jepang saja, tetapi juga tentang pencarian identitas politik dan sosial setelah Korea mencapai kemerdekaan.
More…
Daedongyeojido merupakan pencapaian besar dalam kartografi Korea di abad ke-19. Peta ini, yang dibuat oleh Kim Jeong-ho pada tahun 1861 dan diperbarui pada tahun 1864, menjadi salah satu contoh terbaik dari pemetaan geografis yang akurat pada masanya.
More…
Jejak Diplomasi Ratu Myeongseong
Geoncheonggung, sebuah kediaman dalam kompleks Istana Gyeongbokgung, memainkan peran penting dalam sejarah Korea pada akhir abad ke-19. Dibangun pada tahun 1873 oleh Raja Gojong, tempat ini awalnya berfungsi sebagai tempat peristirahatan pribadi bagi pasangan di kerajaan.
More…
Jeong Yak-yong (1762–1836), atau yang juga dikenal dengan nama pena Dasan, adalah seorang filsuf, agronom, dan penyair ternama Korea yang memainkan peran penting dalam gerakan Silhak (Pembelajaran Praktis) pada akhir Dinasti Joseon. Karya-karyanya mencakup beragam topik di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sastra, hingga ilmu pengetahuan, menjadikannya salah satu pemikir paling berpengaruh dalam sejarah Korea.
More…
Yu Gwan-sun, lahir pada tahun 1902 di Desa Byeongcheon, Provinsi Chungcheong Selatan, adalah salah satu tokoh yang paling dikenang dalam perjuangan kemerdekaan Korea. Ia tumbuh dalam keluarga Kristen yang memahami pentingnya pendidikan, memberikan dasar bagi pandangan hidupnya.
More…
Gakgung, atau dikenal sebagai “horn bow“, merupakan busur tradisional Korea dengan sejarah yang panjang dan kaya. Busur ini termasuk dalam kategori busur refleks komposit, yang terbuat dari kombinasi bahan seperti tanduk kerbau, bambu, dan urat hewan. Dengan desain yang efisien dan kekuatan luar biasa, gakgung telah menjadi simbol identitas budaya dan keunggulan militer Korea selama berabad-abad.
More…