Pernikahan di Korea Selatan dewasa ini memperlihatkan perpaduan unik antara adat istiadat tradisional dan pengaruh modern dari dunia Barat. Prosesi ini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat Korea menghargai warisan budayanya sambil tetap mengikuti perkembangan zaman.
Struktur Pernikahan Modern yang Efisien
Pernikahan gaya modern di Korea Selatan biasanya diselenggarakan di gedung acara khusus yang dirancang agar dapat melaksanakan banyak acara secara bersamaan.
Setiap pasangan mendapatkan waktu sekitar 30 hingga 60 menit untuk melangsungkan upacara utama. Sistem ini memungkinkan banyak pasangan menikah dalam sehari, terutama pada bulan-bulan favorit seperti April, Mei, Oktober, dan November, di mana biaya penyelenggaraan dapat melonjak hingga jutaan won lebih mahal dibanding bulan lainnya.

Acara dimulai dengan pengantin wanita menunggu di ruang khusus persiapan dan ditemani oleh kerabat dan sahabat. Sementara itu, pengantin pria dan keluarga dari kedua pihak menyambut tamu di pintu masuk. Tamu membawa amplop berisi uang sebagai hadiah pernikahan yang dikenal sebagai chukuigeum. Jumlah uang dicatat oleh panitia, dan praktik ini menggantikan tradisi pemberian kado barang.
Setelah acara utama selesai, tamu langsung menuju ruang makan bersama untuk menikmati hidangan prasmanan dengan beragam menu khas Korea dan internasional. Biasanya tidak ada pidato panjang ataupun acara dansa setelahnya. Tamu bebas untuk meninggalkan tempat setelah selesai makan, sehingga keseluruhan acara berlangsung singkat dan efisien.
Pengaruh Budaya Barat dalam Pernikahan Korea
Pengaruh Barat terlihat jelas dalam upacara pernikahan modern Korea Selatan. Pengantin wanita umumnya mengenakan gaun putih, sedangkan pengantin pria mengenakan setelan jas resmi. Prosesi acara meniru gaya Barat dengan adanya lorong yang dilewati oleh pengantin wanita bersama sang ayah atau anggota keluarga lainnya menuju altar.
Dalam prosesi ini, pertukaran cincin, pembacaan janji pernikahan, hingga “ciuman pertama” merupakan rangkaian yang diadopsi dari budaya Barat. Uniknya, beberapa upacara pernikahan modern bahkan mengganti peran pemimpin upacara dengan pembawa acara yang bertugas untuk menjaga agar acara berjalan lancar dan tepat waktu.
Sesi foto pra-pernikahan juga menjadi bagian penting dalam pernikahan Korea modern. Pasangan sering menghabiskan waktu dan biaya besar untuk menghasilkan foto dengan berbagai latar belakang, mulai dari konsep minimalis hingga suasana romantis di alam terbuka. Foto-foto ini ditampilkan selama acara sebagai video dokumentasi perjalanan cinta dari kedua pengantin.
Penerimaan pengaruh Barat juga terlihat dalam resepsi, meskipun dengan beberapa penyesuaian khas Korea. Walaupun mengadopsi tradisi seperti melempar buket, acara resepsi Korea jarang menghadirkan sesi dansa bersama ataupun pidato dari pihak keluarga. Sebagai gantinya, resepsi hanya berlangsung singkat dengan hidangan prasmanan yang sederhana.
Pemeliharaan Tradisi dalam Upacara Pernikahan
Meskipun banyak dipengaruhi budaya Barat, beberapa elemen tradisional tetap dijaga dengan kuat dalam pernikahan Korea modern, salah satunya adalah upacara pyebaek. Pyebaek merupakan acara privat di mana pasangan pengantin memberi penghormatan kepada tetua keluarga.
Dalam upacara ini, pasangan mengenakan hanbok dengan warna dan detail bordir yang indah. Ritual ini mencakup penghormatan mendalam atau jeol kepada tetua, di mana pengantin membungkukkan badan hingga dahi menyentuh lantai sebagai simbol penghormatan tinggi.

Elemen simbolik lain seperti melemparkan buah kurma merah (daechu) dan chestnut (kastanye) ke rok pengantin perempuan juga tetap dipertahankan. Ritual ini melambangkan harapan akan kesuburan dan kemakmuran keluarga baru. Jumlah buah yang berhasil ditangkap dipercaya mencerminkan jumlah anak yang akan dimiliki pasangan tersebut.
Pasangan juga berbagi minuman anggur beras khusus yang melambangkan kesediaan untuk menghadapi suka dan duka bersama. Tradisi lain yang masih dilestarikan adalah pemberian patung bebek atau angsa kayu sebagai simbol kesetiaan, mengingat angsa liar dikenal memiliki pasangan seumur hidup.
Dalam pernikahan modern pun, keluarga dari pengantin wanita tetap mengenakan hanbok dengan warna khusus untuk menunjukkan hubungan keluarga. Misalnya, ibu pengantin pria memakai warna biru, sedangkan ibu pengantin wanita memakai warna merah muda. Keluarga dekat juga mengenakan sarung tangan putih dan pin bunga sebagai tanda penghormatan.
Peran Tetua dalam Pernikahan Korea
Tetua keluarga memegang peranan penting dalam upacara pernikahan Korea, terutama dalam upacara pyebaek. Pasangan muda menerima wejangan dan doa dari orang tua sebagai bekal kehidupan berumah tangga. Selain harapan, ritual ini juga melambangkan nilai-nilai keluarga yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam konteks modern, peran tetua menjadi lebih setara antara kedua keluarga pengantin, menyesuaikan dengan perubahan dinamika keluarga di masyarakat Korea masa kini. Ibu dari kedua belah pihak mengenakan warna khusus sebagai simbol keluarga masing-masing, menandakan penghormatan setara bagi kedua pihak keluarga.
Harmoni Antara Tradisi dan Pengaruh Global
Pernikahan modern di Korea Selatan merupakan cerminan dari dinamika budaya yang unik, di mana pengaruh Barat yang kuat bertemu dengan tradisi lokal yang tetap dijaga secara simbolis. Struktur acara yang efisien, perpaduan busana modern dan tradisional, serta peran penting tetua dalam memberikan restu menjadikan pernikahan Korea kontemporer sebuah fenomena menarik yang merefleksikan identitas bangsa Korea di era globalisasi.