Gimhae memiliki sejarah yang kaya dan mendalam, berakar pada perannya sebagai ibu kota Geumgwan Gaya, yang menjadi kekuatan utama dalam Konfederasi Gaya kuno (42-562 M). Kerajaan ini dikenal sebagai “Kerajaan Besi” karena memiliki sumber daya besi yang melimpah dan pengrajin besi yang terampil.
Kerajaan Gaya Kuno: Pusat Kekuatan dan Perdagangan
Kemampuan dalam produksi besi ini tidak hanya menjadi tulang punggung ekonomi Gaya saja, tetapi juga memfasilitasi perdagangan yang luas. Kerajaan Gaya secara aktif menjalin rute perdagangan dengan wilayah tetangga seperti Nangnang, Tiongkok, dan Jepang.
Namun, seiring berjalannya waktu, pengaruh Kerajaan Gaya mulai memudar karena meningkatnya kekuatan kerajaan-kerajaan tetangga yang lebih besar seperti Goguryeo, Baekje, dan Silla, hingga akhirnya ditaklukkan oleh Silla pada tahun 562 M.
Warisan dan keahlian para pengrajin besi di masa lalu telah membentuk fondasi dasar pengetahuan terhadap pengerjaan logam serta manufaktur yang bertahan hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan industri Gimhae saat ini bukan hanya hasil dari kebijakan ekonomi baru-baru ini, tetapi berakar kuat pada identitas sejarahnya.
Situs Sejarah Utama dan Signifikansinya
Gimhae kaya akan situs-situs sejarah yang menggambarkan warisan budayanya yang mendalam. Beberapa di antaranya adalah:
• Makam Kerajaan Raja Suro (Suroeungneung):
Situs ini menyimpan legenda penting tentang pernikahan Raja Suro dengan Putri Suriratna dari Kerajaan Ayutah di India pada tahun 48 M, yang kemudian menjadi Ratu Heo Hwangok. Kisah ini sangat signifikan karena koneksi keluarga asing yang langka di Korea, dan klan Kim dapat mengklaim hingga 10% warga Korea sebagai keturunannya. Makam ini terletak di taman yang indah bersama dengan makam-makam lain.
• Museum Nasional Gimhae:

Didirikan pada tahun 1991, museum ini didedikasikan untuk studi dan kompilasi sejarah Gaya. Museum ini menampilkan pameran sejarah tentang kerajaan Gaya kuno, khususnya relik Gaya dari ibu kota Geumgwan Gaya. Melalui berbagai penggalian, museum ini telah mengkonfirmasi kecemerlangan budaya Gaya dalam berbagai bidang, termasuk tembikar, peralatan dari besi, dan konstruksi makam.
• Benteng Bunsan:

Dibangun pada Periode Gaya dan dihancurkan setelah Invasi Jepang pada tahun 1592, benteng ini kini telah direkonstruksi dan menjadi spot mendaki populer, menawarkan pemandangan kota yang menawan.
• Museum Makam Daeseong-dong:

Museum ini menyimpan dan menampilkan relik yang digali dari makam kuno di area sekitarnya. Makam Daeseong-dong, yang mengelilingi museum, merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO di Korea. Makam ini mencerminkan status Gaya pada periode awal kejayaannya dan diakui sebagai bukti penting keberagaman peradaban kuno di Asia Timur. Menariknya, keberadaan makam ini baru terungkap pada tahun 1990 saat persiapan lahan untuk pembangunan area perkotaan pada tahun 1970-an.
• Situs Arkeologi Bonghwang-dong:

Situs ini juga disebutkan sebagai salah satu lokasi penting yang berkaitan dengan sejarah Konfederasi Gaya.
• Gimhae Hanok Experience:

Lokasi ini memungkinkan pengunjung untuk bersantai di hanok (rumah tradisional Korea) dan mencoba permainan tradisional seperti jegichagi dan tuho. Aktivitas ini tidak hanya memperkenalkan budaya tradisional Korea saja, tetapi juga berpotensi untuk membangun hubungan antar pengunjung.
• Gimhae Folk Museum:

Dibuka pada 1 Oktober 2005, museum ini menampilkan artefak dari akhir Dinasti Joseon hingga saat ini, yang mengilustrasikan perubahan sosial dan budaya dalam komunitas. Pameran meliputi barang rumah tangga tradisional, alat tenun, alat kayu dan besi, serta berbagai objek yang digunakan dalam ritual dan permainan rakyat tradisional Gimhae.
Situs-situs bersejarah ini tidak hanya berfungsi sebagai pengingat akan masa lalu saja, tetapi juga sebagai titik fokus untuk pariwisata budaya, pendidikan, dan kebanggaan warga, yang semuanya berkontribusi pada identitas kota Gimhae.