
Gimhae, sebuah kota yang terletak di provinsi Gyeongsang Selatan, Korea Selatan, memiliki signifikansi ganda sebagai lokasi benteng bersejarah dan sebagai pusat logistik modern. Meskipun Gimhae seringkali hanya dikenal sebagai lokasi Bandara Internasional Busan, kota ini menyimpan kekayaan situs bersejarah yang melimpah.
Awalnya, Gimhae berperan sebagai kota penting dalam konfederasi Gaya kuno yang berkembang dari tahun 42 M hingga 562 M. Kota ini merupakan tempat asal klan Kimhae Kim, salah satu klan Kim terbesar di Korea, dan juga merupakan kota kelahiran mantan presiden Korea Selatan, Roh Moo-hyun.
Secara geografis, Gimhae menikmati iklim subtropis lembab (Köppen: Cwa, berbatasan dengan Cfa) yang ditandai dengan musim panas yang sangat hangat dan musim dingin dengan suhu yang lebih rendah dari area lainnya. Namun, karena pengaruh iklim pesisirnya, Gimhae memiliki salah satu iklim paling rata-rata di Korea, yang memberikan keuntungan dari segi lingkungan.
Peran ganda Gimhae sebagai gerbang udara regional dan pusat sejarah adalah karakteristiknya yang paling menonjol. Keberadaan Bandara Internasional Gimhae (PUS IATA), yang berfungsi sebagai bandara utama untuk Busan, menempatkan kota ini sebagai simpul transportasi udara yang krusial di wilayah tenggara Korea Selatan. Namun, fokus pada fungsi modern ini seringkali mengabaikan warisan sejarahnya yang mendalam.
Kota ini memiliki banyak situs bersejarah dan artefak yang berasal dari Kerajaan Gaya, yang menunjukkan peran sentralnya di masa lalu. Kondisi ini menghadirkan tantangan untuk meningkatkan kesadaran akan kekayaan budaya dan sejarah Gimhae di luar perannya sebagai bandara utama.
Perkembangan Modern dan Urbanisasi
Gimhae telah mengalami urbanisasi yang signifikan, terutama pada tahun 1970-an, di sekitar area Makam Daeseong-dong setelah serangkaian reklamasi lahan pada abad ke-20. Kota ini telah menyaksikan pertumbuhan populasi yang cepat, menyerap penduduk dari kota-kota tetangga seperti Changwon dan Busan, dengan peningkatan sekitar 10.000 orang setiap tahunnya.

Dalam perkembangannya, Gimhae telah mengembangkan industri kerajinan tangan dan kesenian rakyat yang dinamis. Terdapat sekitar 270 bisnis kerajinan dan 120 bisnis keramik, dengan konsentrasi signifikan di area Jillye-myeon. Kota ini secara aktif berupaya untuk menjadi anggota Jaringan Kota Kreatif UNESCO, menunjukkan ambisinya untuk dikenal sebagai pusat budaya dan inovasi.
Upaya modernisasi dalam industri keramik tradisional juga menjadi fokus utama, yang didukung oleh fasilitas seperti Clayarch Gimhae Museum dan Gimhae Buncheong Ceramics Museum. Perindustrian di Korea Selatan, termasuk di Gimhae, telah melihat awal pembentukan kompleks industri sejak tahun 1960-an, dengan fokus pada industri berat dan kimia pada akhir 1970-an, serta pengenalan kompleks agro-industri dan kompleks industri berteknologi tinggi perkotaan sejak tahun 1980-an.
Evolusi urban Gimhae dari pusat pertanian kuno menjadi pusat industri yang terdiversifikasi mencerminkan lintasan nasional industrialisasi dan diversifikasi ekonomi yang lebih luas. Secara historis, Gimhae adalah “lumbung padi utama dan area pertanian padi yang sangat berkembang.” Namun, kota ini berhasil berkembang dari basis pertanian, memanfaatkan keuntungan geografisnya (delta sungai, kedekatan dengan pelabuhan utama), menjadi pusat manufaktur yang kuat.
Fokus Gimhae yang saat ini berpusat pada industri berteknologi tinggi dan kreatif menandakan evolusi berkelanjutan menuju ekonomi yang lebih canggih dan berbasis pengetahuan. Transisi berkelanjutan ini menunjukkan ketahanan ekonomi dan pandangan ke depan Gimhae. Dengan berinvestasi pada industri berorientasi masa depan sambil mempertahankan kekuatan tradisionalnya, Gimhae bertujuan untuk mengamankan stabilitas ekonomi jangka panjang dan menarik tenaga kerja yang beragam, memposisikan dirinya sebagai pusat kota yang dinamis.
Aksesibilitas dan Transportasi
Bandara Internasional Gimhae
Gimhae merupakan lokasi dari Bandara Internasional Gimhae (PUS IATA), yang berfungsi sebagai bandara utama untuk Busan. Bandara ini merupakan area penghubung penting bagi Asiana Airlines, yang memulai operasinya pada Desember 1988 dengan penerbangan ke Busan. Bandara Internasional Gimhae terhubung secara efisien dengan kota melalui jalur Light Rail Busan-Gimhae (BGLRT).

Bandara ini berfungsi sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi regional. Bandara Internasional Gimhae secara eksplisit diidentifikasi sebagai “bandara Busan,” menunjukkan signifikansi regionalnya di luar batas langsung Gimhae. Selain itu, Gimhae juga memiliki keuntungan logistik dan transportasi serta kedekatan dengan Pelabuhan Busan yang mendukung lebih dari 7.000 usaha kecil dan menengah di kota tersebut.
Selain menjadi fasilitas transportasi bagi Gimhae, bandara ini juga menjadi infrastruktur penting yang menopang kegiatan ekonomi di wilayah tenggara yang lebih luas, termasuk Busan. Keberadaannya, dikombinasikan dengan pelabuhan besar dan jaringan jalan tol, menciptakan pusat logistik multimodal yang kuat. Infrastruktur yang kuat ini merupakan pendorong utama pertumbuhan industri Gimhae dan daya tariknya bagi bisnis, terutama yang terlibat dalam manufaktur, impor dan ekspor, serta manajemen rantai pasokan. Peran bandara meluas untuk memfasilitasi perjalanan bisnis dan menarik investasi asing, menjadikannya aset strategis untuk pembangunan ekonomi regional.
Jaringan Kereta Api dan Light Rail
Sistem transportasi kereta api di Gimhae mencakup jalur Light Rail dan stasiun Korail.
• Busan-Gimhae Light Rail Transit (BGLRT): Jalur ini menghubungkan Gimhae ke Busan, membentang sepanjang 23,9 kilometer dengan 21 stasiun. BGLRT mulai beroperasi pada 9 September 2011, dengan layanan berbayar dimulai pada 17 September 2011. Jalur ini merupakan penghubung penting antara Gimhae dan Bandara Internasional Busan, serta terhubung dengan jaringan Metro Busan di Stasiun Sasang (jalur hijau) dan Stasiun Daejeo (jalur merah). Penting untuk dicatat bahwa sistem tiket BGLRT tidak terintegrasi dengan Metro Busan, sehingga tiket terpisah diperlukan untuk berpindah antar jalur.

• Korail: Gimhae memiliki dua stasiun Korail, yaitu Stasiun Hallimjeong (한림정역) dan Stasiun Jinyeong (진영역). Stasiun KTX (kereta api cepat) terdekat adalah Gupo, yang terletak di Busan Barat.
Sistem transportasi terintegrasi ini berfungsi sebagai penopang mobilitas urban dan regional. Jalur BGLRT, meskipun memerlukan tiket terpisah dari Metro Busan, merupakan penghubung penting yang memfasilitasi pergerakan antara Gimhae dan Busan. Keberadaan jaringan transportasi multimodal yang kuat—meliputi bandara, kereta ringan, kereta api, layanan bus, dan jalan tol—menjadi sangat penting. Selain mendukung aktivitas ekonomi dan kehidupan sehari-hari penduduk, jaringan ini juga meningkatkan aksesibilitas eksternal Gimhae ke wilayah lain di Korea Selatan.
Transportasi Lokal dan Jaringan Bus
Area di dalam pusat kota Gimhae cukup mudah dijelajahi dengan berjalan kaki. Selain itu, tersedia banyak layanan transportasi seperti bus dan taksi. Namun, moda transportasi utama di kalangan penduduk setempat adalah dengan menggunakan mobil pribadi. Jalur kereta ringan (BGLRT) juga membentang di sepanjang perimeter barat dan selatan area pusat Gimhae, meskipun kereta ini lebih cocok digunakan untuk perjalanan ke dan dari Busan.
Terminal Bus Gimhae menyediakan berbagai rute bus antar kota yang menghubungkan Gimhae dengan banyak kota di Korea Selatan, termasuk Seoul, Busan, Changwon, Daejeon, Ulsan, dan Jinju. Selain terminal utama, terdapat juga halte bus di Jinyeong dan Jangyu yang melayani rute spesifik, menghubungkan area-area ini ke tujuan regional seperti Sasang, Miryang, dan Haeundae. Konektivitas kota dengan wilayah lain di negara ini juga didukung oleh jaringan jalan tol utama seperti Jalan Tol Namhae, Gimhae-Yangsan, dan Buma.