Logo APEC 2025 Korea. Gambar: Ministry of Foreign Affairs (South Korea)

Korea Selatan akan menjadi tuan rumah dari KTT APEC 2025 untuk pertama kalinya dalam 20 tahun. Pertemuan dengan tema utama “Membangun Masa Depan yang Berkelanjutan” ini mengundang para pemimpin ekonomi dari 21 negara Asia-Pasifik.

Perhelatan ini akan menitikberatkan pada peningkatan konektivitas, inovasi kecerdasan buatan, dan kemakmuran yang ramah lingkungan. Pertemuan Pemimpin Ekonomi yang menjadi puncak dari KTT ini akan digelar di kota bersejarah Gyeongju pada November 2025, menandai tonggak penting kerjasama ekonomi regional di tengah ketidakpastian global.

Forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) lahir pada tahun 1989 sebagai wadah untuk mendorong pertumbuhan yang seimbang, inklusif, berkelanjutan, inovatif, dan aman di kawasan lingkar Pasifik. Momen krusial terjadi pada 1994 ketika para pemimpin berkumpul di Bogor, Indonesia, dan menetapkan Bogor Goals, sebuah komitmen untuk mencapai perdagangan dan investasi yang bebas serta terbuka pada 2010 bagi negara maju serta 2020 bagi negara berkembang. Deklarasi tersebut menjadi kerangka dasar yang membimbing kerjasama regional selama lebih dari tiga dekade.

Sejak saat itu, APEC terus menyesuaikan diri dengan tantangan baru. Agenda Aksi Osaka 1995 merancang kerangka liberalisasi perdagangan, fasilitasi bisnis, kerjasama ekonomi, serta mendirikan Dewan Penasihat Bisnis APEC untuk mengakomodasi perspektif sektor swasta. Pada tahun 2011 di Honolulu, anggota bersepakat untuk menurunkan tarif barang ramah lingkungan hingga 5 persen atau lebih pada 2015 dan menargetkan pengurangan intensitas energi agregat sebesar 45 persen pada 2035.

Delegasi APEC 2005 di Busan. Foto: Kremlin.ru (Wikipedia)

Kepemimpinan Korea pada tahun 2025 menjadi bab krusial dalam garis waktu perkembangan APEC, di mana Korea penah menjadi tuan rumah dari pertemuan ini tepat dua dekade sebelumnya di Busan. Fokus APEC saat ini adalah untuk membangun fondasi kemajuan bertahap sekaligus antisipasi dalam mengatasi tantangan kontemporer yang belum pernah dihadapi oleh generasi pendahulu.

Duta Besar Yoon Seong-mee menegaskan bahwa kawasan Asia-Pasifik kini dihadapkan pada gangguan rantai pasok, pengaruh kecerdasan buatan terhadap dunia kerja, dan perubahan lanskap demografis yang membutuhkan penguatan aliran perdagangan.

Pusat Konvensi Internasional Gyeongju Hwabaek (HICO) yang terletak strategis di Kompleks Wisata Bomun dipilih sebagai lokasi utama KTT 2025. Fasilitas ini sedang direnovasi untuk menampung pertemuan tingkat tinggi para pemimpin dan delegasi. Pada Agustus 2024, Menteri Luar Negeri Cho Tae-yul memimpin tim inspeksi untuk menilai kesiapan pusat konvensi dan gedung penunjang lainnya.

Gyeongju Hwabaek International Convention Center (HICO). Foto: 경주시청 시정뉴스

Selain menjadi tempat Pertemuan Pemimpin Ekonomi, HICO akan menjadi tuan rumah lebih dari 100 acara sepanjang tahun ini, mulai dari dialog kebijakan tata kelola AI, lokakarya transisi energi bersih, hingga pameran teknologi kepabeanan. Pemilihan lokasi dilakukan melalui penilaian ketat Panitia Seleksi Kota Tuan Rumah, yang menilai beberapa kandidat sebelum menegaskan kelayakan Gyeongju. Infrastruktur modern dan kapabilitas konferensi profesional HICO dianggap memadai untuk menampung sekitar 1.500 delegasi dari seantero Asia-Pasifik.

Dalam kerangka kepresidenan Korea, tema sentral APEC 2025 adalah “Membangun Masa Depan yang Berkelanjutan,” yang menjadi pedoman strategi bagi seluruh pertemuan menteri dan inisiatif kebijakan sepanjang tahun. Tema ini menekankan pentingnya transformasi digital dan kecerdasan buatan yang dapat dipercaya, andal, dan berpusat pada manusia agar manfaatnya tersebar merata.

Kerangka tema membantu membimbing diskusi melalui tiga pilar utama, yaitu memperkuat konektivitas digital yang bermakna, memanfaatkan teknologi terbaru untuk kepentingan publik, dan memperkuat kerjasama internasional agar sistem kecerdasan buatan dapat dimanfaatkan secara aman oleh khalayak umum. Menteri Sains dan ICT Korea, Kyunghoon Bae, menyatakan bahwa “kita kini berada di garis depan gelombang transformasi besar yang dipacu oleh AI dan teknologi digital,” dan respons terhadap gelombang ini akan membentuk masa depan ekonomi APEC. Tema tersebut juga menjadi pendukung dari pertemuan Putrajaya Vision 2040 dan Rencana Aksi Aotearoa, memperkuat transformasi digital sebagai pendorong pertumbuhan yang inklusif.

Kepresidenan Korea disusun di atas tiga prioritas yang saling berkaitan dan menjadi landasan agenda dari tema “Membangun Masa Depan yang Berkelanjutan.” Pilar Konektivitas bertujuan untuk memperkuat pertukaran fisik, kelembagaan, dan hubungan antarmanusia di Asia-Pasifik, termasuk perluasan program Kartu Perjalanan Bisnis APEC dan promosi kolaborasi ilmiah demi integrasi yang lebih luas di masyarakat. Reformasi struktural juga menjadi fokus utama untuk menciptakan kerangka inklusi keuangan dan praktik pasar yang efisien bagi semua pelaku usaha.

Menteri Luar Negeri Cho Tae-yul bersama tim inspeksi di Gyeongju, 2024. Foto: 경주시청 시정뉴스

Prioritas Inovasi mencerminkan komitmen Korea dalam memanfaatkan teknologi untuk pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif, dengan AI sebagai sorotan utama. Duta Besar Yoon Seong-mee menekankan bahwa AI membawa dampak fundamental bagi kehidupan dan ekonomi masyarakat, mengubah cara berbisnis, bekerja, dan berkomunikasi. Pilar ini akan dijalankan melalui Pertemuan Menteri Digital khusus tata kelola AI, Inisiatif Mobilitas Cerdas untuk teknologi transportasi ramah lingkungan, serta Pertemuan Menteri Pendidikan yang menitikberatkan pengembangan keterampilan.

Sedangkan Pilar Kemakmuran menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, isu kesehatan, dan pergeseran demografi. Melalui inisiatif percepatan transisi energi, APEC mendorong integrasi sumber terbarukan, hidrogen, dan tenaga nuklir dalam campuran energi kawasan demi masa depan yang lebih aman dan sejahtera.

Dengan semangat kolaborasi ini, KTT APEC 2025 di Korea diharapkan menjadi tonggak bagi pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan di Asia-Pasifik, serta meninggalkan warisan kebijakan dan inovasi yang berdampak positif bagi generasi mendatang.