Jeong Yak-yong dan Neo-Konfusianisme

on in Culture, History, Society
Jeong Yak-yong (Gambar public domain)

Jeong Yak-yong (1762–1836), atau yang juga dikenal dengan nama pena Dasan, adalah seorang filsuf, agronom, dan penyair ternama Korea yang memainkan peran penting dalam gerakan Silhak (Pembelajaran Praktis) pada akhir Dinasti Joseon. Karya-karyanya mencakup beragam topik di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sastra, hingga ilmu pengetahuan, menjadikannya salah satu pemikir paling berpengaruh dalam sejarah Korea.

Jeong Yak-yong lahir pada tahun 1762 di Mahyeon, sebuah wilayah di utara Seoul, dari keluarga bangsawan dengan tradisi akademik yang kuat. Ayahnya, Jeong Jae-won, adalah seorang pejabat lokal yang mengajarkan dan memberikan dasar pendidikan Konfusianisme pada putranya.

Pada usia 14 tahun, keluarganya pindah ke Seoul, tempat di mana Jeong menikah dan kemudian mulai mengembangkan minat intelektualnya di luar Konfusianisme tradisional, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan Barat, matematika, dan astronomi.

Pada usia 18 tahun, Jeong berhasil lulus ujian pegawai negeri sipil, sebuah prestasi yang mengukuhkan reputasinya sebagai seorang cendekiawan muda berbakat. Keberhasilan tersebut membawanya ke dalam lingkaran Raja Jeongjo, di mana ia menjadi salah satu penasihat dekat sang raja. Jeong bahkan menunjukkan keahliannya di bidang teknik dengan merancang dinding Benteng Hwaseong di Suwon, menggunakan sistem derek inovatif untuk mengangkat batu besar secara efisien.

Namun, hidupnya berubah drastis pada tahun 1801 ketika ia diasingkan ke Gangjin, Provinsi Jeolla Selatan, akibat politik faksional dan tuduhan palsu tentang simpatinya terhadap pengikut kepercayaan Katolik. Berlangsung selama 18 tahun, masa pengasingan ini menjadi periode produktif yang luar biasa bagi Jeong. Tinggal di sebuah pondok beratap jerami yang dinamai Dasan Chodang, ia menulis lebih dari 500 volume buku yang mencakup berbagai topik.

Jeong adalah salah satu tokoh utama gerakan Silhak, yang berupaya mereformasi masyarakat Joseon melalui pendekatan praktis terhadap masalah sosial. Filosofinya menekankan pentingnya solusi berbasis bukti dan pendekatan pragmatis terhadap pemerintahan, sambil mengkritik Neo-Konfusianisme yang kaku. Ia juga mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dan teknologi Barat ke dalam pemikirannya, sebuah langkah yang langka di masa itu.

Tempat kelahiran Jeong Yak-yong. Foto: Jpbarrass (Wikipedia)

Kontribusinya terhadap Silhak meliputi berbagai bidang, seperti reformasi pertanian, administratif, hukum, pendidikan, dan ekonomi. Dalam bidang pertanian, ia mengusulkan teknik bertani inovatif dan pengelolaan lahan untuk meningkatkan hasil panen serta mengurangi kemiskinan di pedesaan. Dalam bukunya “Mongminsimseo” (Memerintah Hati Rakyat), Jeong menguraikan prinsip-prinsip pemerintahan yang efektif, menekankan kepemimpinan moral dan administrasi yang praktis.

Salah satu karyanya yang paling terkenal, “Heumheumsinseo,” merupakan risalah tentang reformasi hukum yang berfokus pada rehabilitasi pelaku kejahatan daripada hukuman semata. Jeong Yak-yong juga mempromosikan sistem pendidikan yang lebih praktis, bertujuan untuk membekali siswa dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan meninggalkan fokus tradisional pada Konfusianisme klasik.

Jeong Yak-yong memberikan kontribusi signifikan pada Neo-Konfusianisme dengan menawarkan perspektif Korea yang unik. Ia tidak menolak tradisi, melainkan melakukan reinterpretasi kritis terhadap teks-teks klasik, seperti “Analek Konfusius”. Interpretasinya menekankan aspek praktis ajaran Konfusianisme dan bagaimana ajaran tersebut dapat diterapkan untuk mengatasi masalah sosial dan politik pada zamannya.

Selain itu, ia juga mengintegrasikan elemen-elemen pembelajaran Barat ke dalam kerangka filosofinya, menciptakan ajaran yang revolusioner pada masanya. Pendekatan Jeong terhadap konsep-konsep Neo-Konfusianisme, seperti sifat manusia, mencerminkan pemahaman yang lebih mendalam dan fleksibel. Ia menolak kategorisasi kaku antara baik dan buruk, dan menekankan peran pendidikan serta pengembangan diri dalam membentuk karakter moral.

Melalui karya-karyanya, Dasan tidak hanya menunjukkan kecerdasan intelektualnya tetapi juga memberikan dasar bagi reformasi menyeluruh di masyarakat Joseon. Pemikiran-pemikirannya menggabungkan nilai-nilai Konfusianisme dengan solusi praktis terhadap tantangan kontemporer.