Goshiwon adalah sebutan untuk hunian mikro. Hunian ini menjadi solusi dari permasalahan tempat tinggal yang semakin sulit dimiliki di kota-kota besar Korea Selatan. Awalnya dirancang untuk mahasiswa, kini goshiwon menjadi pilihan banyak kalangan dengan anggaran terbatas.
Awal Mula dan Perkembangan Goshiwon
Goshiwon merupakan hunian mikro yang terdiri dari kamar-kamar berukuran kecil sekitar 3,5 hingga 7 meter persegi, dan hunian ini pertama kali muncul di Korea Selatan sekitar tahun 1980-an. Pada masa itu, kota Seoul mengalami pembangunan besar-besaran yang menyebabkan semakin berkurangnya pilihan tempat tinggal terjangkau. Nama “goshiwon” sendiri berasal dari gabungan “goshi” (ujian) dan “won” (institusi), mencerminkan fungsinya sebagai hunian khusus mahasiswa yang sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian pemerintah.
Awalnya, kamar-kamar goshiwon dirancang sangat sederhana, hanya menyediakan ruang tidur minimalis dengan fasilitas umum bersama seperti dapur dan kamar mandi. Letaknya pun biasanya dekat dengan universitas untuk memudahkan mahasiswa belajar tanpa gangguan. Namun, seiring berjalannya waktu, fungsi goshiwon mulai meluas dari sekadar hunian mahasiswa menjadi solusi hunian terjangkau bagi berbagai kalangan, termasuk profesional muda, pencari kerja, dan kelompok ekonomi rentan seperti lansia dan pekerja dengan penghasilan rendah.
Perubahan demografi penghuni goshiwon turut membawa perubahan dalam istilah pemasaran, misalnya penggunaan nama seperti “gosi-tel,” “one-room-tel,” hingga “mini-one-room.” Istilah “gosi” bahkan mulai dihilangkan oleh beberapa pengelola untuk memperluas daya tarik hunian ini kepada masyarakat umum. Kini, keberadaan goshiwon telah menjadi bagian penting dalam menghadapi tantangan pasar properti di area perkotaan yang semakin padat.
Desain, Fasilitas, dan Fungsi Ruang
Salah satu ciri khas goshiwon adalah ukurannya yang sangat terbatas. Ruang ini umumnya dilengkapi perabot minimalis seperti tempat tidur tunggal, meja belajar kecil, kursi, dan lemari kecil atau rak. Di beberapa unit tersedia kulkas mini dan televisi, terutama di goshiwon tipe premium atau “goshitel”.
Kamar mandi di goshiwon tersedia dalam dua tipe, yaitu kamar mandi pribadi atau bersama. Kamar mandi pribadi biasanya berukuran sangat kecil dan menggunakan konsep “wet room,” menggabungkan toilet, wastafel, dan shower dalam satu ruang sempit. Sedangkan kamar mandi bersama lebih umum dijumpai pada goshiwon dengan biaya sewa yang lebih murah.
Fasilitas bersama adalah elemen penting dalam goshiwon karena ukuran ruangan pribadi yang terbatas. Dapur bersama biasanya dilengkapi alat masak, microwave, dan kulkas besar, serta area cuci yang dilengkapi mesin cuci. Area komunal juga tersedia untuk interaksi sosial atau belajar bersama. Penyediaan kebutuhan pokok seperti beras, kimchi, hingga ramen instan menjadi daya tarik tambahan karena dapat mengurangi biaya hidup para penghuni.
Regulasi pemerintah terbaru mewajibkan adanya jendela di setiap kamar goshiwon yang baru dibangun di Seoul sejak Juli 2019. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi hidup dan keselamatan penghuni, khususnya dalam keadaan darurat seperti kebakaran.
Daya Tarik Ekonomi dan Keberlanjutan Hunian
Harga sewa menjadi daya tarik utama dari goshiwon, yang berkisar antara 200.000 hingga 700.000 won per bulan (sekitar 2,3 hingga 8 juta rupiah), jauh lebih terjangkau dibandingkan hunian konvensional yang umumnya menerapkan sistem “jeonse” dengan deposit yang sangat tinggi. Ketiadaan deposit besar dan biaya tambahan lainnya membuat goshiwon sangat diminati oleh berbagai kalangan.

Biaya hidup di goshiwon juga relatif lebih rendah karena berbagai kebutuhan pokok sering kali disediakan secara gratis oleh pengelola. Meskipun demikian, ruang yang sempit serta fasilitas terbatas mencerminkan kompromi yang harus diterima penghuni demi menikmati harga sewa yang rendah. Pilihan “goshitel” yang menawarkan ruang lebih besar dengan fasilitas lebih lengkap juga tersedia dengan harga yang lebih tinggi, menyediakan fleksibilitas pilihan sesuai anggaran penghuni.
Posisi goshiwon yang strategis, yang biasanya terletak dekat dengan universitas, stasiun kereta, maupun pusat bisnis, menjadi nilai tambah karena mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan kenyamanan penghuni dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Signifikansi Budaya dan Tantangan Sosial
Goshiwon kini menjadi bagian dari lanskap budaya urban Korea Selatan, mencerminkan tantangan sosial ekonomi di negara tersebut. Kondisi hidup di goshiwon pernah didokumentasikan oleh fotografer Sim Kyu-dong selama lima tahun, menyoroti realita kehidupan keras dalam ruangan sempit ini dan membawa kesadaran akan kondisi hidup kelompok berpenghasilan rendah di area perkotaan.
Meskipun hunian ini menjadi solusi bagi masyarakat dengan penghasilan terbatas, tinggal di goshiwon sering kali diikuti oleh stigma sosial. Beberapa penghuni, terutama kalangan muda, cenderung merasa malu dan enggan mengungkapkan kondisi hunian mereka kepada teman atau keluarga.

Peristiwa kebakaran di Jongno pada 2018 yang menelan korban jiwa menunjukkan tantangan keamanan dan isolasi sosial yang terkait dengan goshiwon. Insiden ini juga memicu diskusi publik mengenai perlunya regulasi dan dukungan sosial tambahan bagi penghuni goshiwon. Pemerintah Kota Seoul pun menanggapi dengan memberlakukan regulasi baru terkait standar ukuran kamar dan kelengkapan fasilitas, guna memastikan keseimbangan antara keterjangkauan dan kenyamanan hunian.
Goshiwon telah berevolusi dari sekadar hunian sementara untuk mahasiswa menjadi solusi di tengah tekanan ekonomi dan sosial yang kompleks. Keberadaan dan popularitas goshiwon terus menjadi cerminan dari tantangan sekaligus ketahanan masyarakat urban Korea Selatan dalam menghadapi isu hunian perkotaan yang semakin mendesak.