Benteng Jinju: Peninggalan Sejarah di Gyeongsangnam-do

on in History
Benteng Jinju. Foto: Visit Korea

Benteng Jinju adalah benteng batu bersejarah yang terletak di Gyeongsangnam-do, Korea Selatan. Benteng ini menjadi saksi bisu atas ketangguhan bangsa Korea selama invasi Jepang pada akhir abad ke-16. Awalnya dibangun untuk melawan serangan bajak laut, benteng ini kemudian terkenal karena perannya yang krusial dalam Perang Imjin. Kini, benteng ini menjadi landmark budaya dengan museum dan festival yang merayakan sejarah sekaligus tradisi Korea.

Benteng Jinju awalnya dibangun dengan dinding lumpur, yang kemudian dibangun ulang dengan batu pada tahun 1377 pada masa Dinasti Goryeo untuk memperkuat pertahanan dari invasi laut. Namun, struktur batu awal ini runtuh hanya dua tahun kemudian akibat serangan bajak laut Jepang. Benteng ini segera dibangun kembali, dengan dinding batu baru yang selesai pada tahun 1380. Benteng yang terletak di sepanjang Sungai Nam, dekat pelabuhan Busan ini, telah lama menjadi posisi pertahanan kunci bagi wilayah tersebut, terutama untuk melindungi diri dari invasi Jepang.

Selama Perang Imjin (1592-1598), Benteng Jinju memainkan peran penting dalam pertahanan Korea melawan invasi Jepang. Pada Pengepungan Jinju Pertama tahun 1592, Jenderal Kim Si-min berhasil mempertahankan benteng dengan hanya 3.800 prajurit melawan pasukan Jepang yang berjumlah 30.000 orang. Taktik inovatif dan senapan arquebus yang baru diperoleh Korea berperan besar dalam pertahanan ini.

Kemenangan ini, bersama dengan kemenangan pada pertempuran di Pulau Hansan dan Haengju, dianggap sebagai salah satu dari tiga kemenangan paling penting Korea pada masanya. Namun, Pengepungan Kedua pada tahun 1593 berakhir tragis, dengan jatuhnya benteng tersebut ke tangan pasukan Jepang yang berjumlah 90.000 orang, yang mengakibatkan pembantaian seluruh garnisun dan banyak warga sipil.

Struktur pertahanan dan tata letak Benteng Jinju menunjukkan desainnya yang mumpuni. Dinding benteng yang membentang sepanjang 1.760 meter dan berdiri setinggi 5-8 meter dibangun dengan batu untuk menahan serangan. Fitur pertahanan utama termasuk gerbang Chokseongmun, menara pengawas Seojangdae, dan paviliun Chokseongnu, yang berfungsi sebagai benteng dan pos komando selama masa konflik.

Tata letak benteng ini memanfaatkan topografi alami, dengan Sungai Nam menjadi tembok penghalang tambahan di bagian selatan. Posisi strategis ini tidak hanya meningkatkan efektivitasnya saja, tetapi juga berkontribusi pada kemampuannya untuk menahan serangan.

Benteng Jinju terkait dengan beberapa tokoh terkenal yang memainkan peran penting dalam sejarah Korea. Jenderal Kim Si-min terkenal karena peran heroiknya selama Pengepungan Jinju Pertama pada tahun 1592, yang berhasil menangkis pasukan Jepang yang berjumlah lebih banyak.

Tokoh ikonik lainnya adalah Non-Gae, seorang gisaeng (penghibur wanita) yang mengorbankan dirinya selama Pengepungan Jinju Kedua pada tahun 1593 dengan melompat ke Sungai Nam bersama seorang komandan Jepang, Keyamura Rokusake, yang mengakibatkan kematian keduanya. Tindakan patriotik ini diperingati setiap tahunnya selama Festival Jinju Namgang Yudeung. Selain itu, ada juga Gang Se-hwang, seorang pejabat pemerintah, pelukis, kaligrafer, dan kritikus seni terkenal yang lahir di Jinju pada tahun 1713, semakin memperkaya warisan budaya kota ini.

Salah satu fitur yang menonjol dari benteng ini adalah paviliun Chokseongnu, yang dianggap sebagai salah satu dari tiga paviliun paling indah di Korea, menawarkan pemandangan panorama Sungai Nam dan lanskap sekitarnya. Letak dari Benteng Jinju tidak hanya strategis dan efektif, tetapi juga berkontribusi pada daya tarik estetikanya saat ini, menciptakan perpaduan harmonis antara struktur buatan manusia dan keindahan alam yang menarik wisatawan dan penggemar sejarah.

Saat ini, Benteng Jinju berfungsi sebagai pusat budaya yang hidup, menarik pengunjung dengan perpaduan antara sejarah dan destinasi wisata modern. Museum Nasional Jinju, yang terletak di dalam area benteng, menawarkan pameran yang informatif tentang Perang Imjin dan artefak sejarah lainnya.

Paviliun Chokseongnu, yang awalnya dibangun pada tahun 1241 dan dibangun kembali beberapa kali, menyediakan pemandangan Sungai Nam yang menakjubkan dan dianggap sebagai salah satu dari tiga paviliun paling indah di Korea. Situs ini juga menyelenggarakan Festival Jinju Namgang Yudeung (Lampion) setiap bulan Oktober. Festival ini memperingati penggunaan lampion selama masa perang dan menciptakan tampilan spektakuler ribuan lampion yang menerangi malam musim gugur.

Upaya restorasi besar-besaran dimulai pada tahun 1969, dengan gerbang Chokseongmun selesai pada tahun 1972 dan perbaikan keseluruhan benteng selesai pada tahun 1975. Proyek-proyek selanjutnya termasuk peruntuhan 751 rumah pribadi di dalam dinding benteng pada tahun 1984 dan perbaikan dinding luar pada tahun 1992.

Inisiatif restorasi ini telah mengubah Benteng Jinju menjadi situs bersejarah yang terawat dengan baik, memungkinkan pengunjung untuk merasakan warisan budaya dan sejarah yang kaya sambil mempertahankan integritas strukturalnya. Benteng ini menjadi cerminan dari integrasi antara sejarah dan budaya, menawarkan pemandangan sekilas Korea di masa lalu sekaligus berfungsi sebagai landmark budaya modern.

Benteng Jinju berdiri sebagai bukti ketangguhan Korea dan warisan budaya yang kaya. Lokasinya yang strategis di sepanjang Sungai Nam dan perannya dalam mempertahankan diri dari invasi Jepang telah memantapkan tempatnya dalam sejarah Korea. Saat ini, benteng ini berfungsi sebagai landmark bersejarah dan pusat budaya yang hidup, menarik pengunjung dengan arsitekturnya yang terawat baik, festival tahunan, dan museum dengan koleksi yang lengkap.

Upaya restorasi yang dilakukan sejak tahun 1960-an telah mengubah Benteng Jinju menjadi monumen hidup, memungkinkan pengunjung untuk merasakan berabad-abad sejarah Korea. Sebagai simbol kebanggaan nasional dan pusat pendidikan dan pariwisata, Benteng Jinju terus memainkan peran penting dalam melestarikan dan membagikan warisan budaya Korea kepada wisatawan domestik dan internasional.