Yi Hwang: Cendekiawan Dinasti Joseon

on in History
Patung Yi Hwang di Namsan. Foto: Integral (Wikipedia)

Yi Hwang (1501-1570), yang dikenal juga dengan nama pena Toegye, adalah salah satu cendekiawan dan filsuf Konfusianisme terkemuka di Dinasti Joseon. Gagasannya tentang Neo-Konfusianisme memengaruhi pemikiran dan kebudayaan Korea bahkan hingga saat ini. Selain itu, gambar dirinya pun diabadikan dalam uang kertas 1.000 won Korea Selatan, menjadi salah satu bukti dari kontribusinya pada Korea.

Yi Hwang lahir pada tahun 1501 di Andong, Provinsi Gyeongsang, sebagai putra bungsu dari cendekiawan Yi Sik. Namun, ayahnya meninggal tujuh bulan setelah ia lahir, membuat keluarga Yi Hwang hidup dalam kesulitan ekonomi. Meskipun hidup di tengah kondisi yang sulit, Yi Hwang menunjukkan kemampuan intelektual yang luar biasa sejak usia dini.

Pada usia 12 tahun, ia mulai mempelajari paham Konfusianisme secara formal di bawah bimbingan pamannya, Yi U. Ia mempelajari Analek Konfusius dan mengembangkan minat pada puisi alam karya Tao Yuanming, seorang penyair terkenal dari Tiongkok. Kemampuan akademisnya berhasil membawanya ke Seoul (saat itu dikenal sebagai Hanseong) pada usia 23 tahun, untuk belajar di akademi nasional Sungkyunkwan.

Gwageo, ujian untuk menjadi pejabat pemerintah di era Joseon. Gambar: National Museum of Korea

Dedikasinya pada pendidikan akhirnya membuahkan hasil ketika ia lulus ujian awal untuk menjadi pegawai pemerintah pada tahun 1527. Namun, rasa hausnya akan ilmu pengetahuan membuatnya kembali ke Sungkyunkwan pada usia 33 tahun untuk melanjutkan studi. Pada tahun 1534, ia lulus ujian pegawai negeri dengan nilai tertinggi, yang menjadi awal dari kariernya sebagai pejabat pemerintah.

Yi Hwang menduduki 29 posisi berbeda dalam pemerintahan sepanjang hidupnya, termasuk sebagai inspektur rahasia kerajaan pada tahun 1542. Kejujuran dan komitmennya terhadap prinsip Konfusianisme membuatnya sering terlibat dalam upaya memberantas korupsi dalam pemerintahan.

Pada masa pemerintahannya, Yi Hwang melayani empat raja, yaitu Jungjong, Injong, Myeongjong, dan Seonjo. Pada tahun 1544, setelah kecewa dengan intrik kekuasaan di istana selama masa pemerintahan Raja Jungjong, Yi Hwang memilih untuk mundur dari politik dan fokus pada studi filosofinya.

Kemudian pada tahun 1560, ia mendirikan Dosan Seodang, sebuah akademi yang didedikasikan untuk meditasi, studi, dan mengajar murid-muridnya. Kehidupannya selalu berada di antara ketertarikannya pada studi akademik dan rasa tanggung jawabnya untuk melayani pemerintahan. Meskipun ia mencoba menjauh dari politik, Yi Hwang sering dipanggil kembali untuk mengisi berbagai jabatan dalam pemerintahan. Namun, ia tetap mengutamakan studi dan mengajar, sering kali menggunakan alasan kesehatan untuk menolak jabatan resmi. Pada usia 70 tahun, Yi Hwang pensiun dari dunia politik dan meninggal dunia pada tahun 1570.

Dosan Seowon, yang didirikan pada tahun 1574 untuk mengenang Yi Hwang, menjadi salah satu akademi Konfusianisme terkemuka di Korea selama lebih dari 400 tahun. Selain menjadi pusat pendidikan, tempat ini juga menjadi lokasi upacara peringatan untuk menghormati ajaran Yi Hwang yang diadakan dua kali setahun. Kompleks ini terdiri dari berbagai bangunan penting, termasuk Dosanseodang, aula utama Jeongyodang, dan perpustakaan yang menyimpan teks berharga seperti Samguk Sagi.

Gerbang dari Dosan Seowon. Foto: Korea Tourism Organization

Tata letak arsitektur Dosan Seowon yang menggabungkan fasilitas akademik di bagian depan dan kuil di bagian belakang mencerminkan tujuan ganda dari akademi Konfusianisme di Korea, yaitu sebagai tempat menempuh pendidikan dan tempat untuk memperingati tokoh-tokoh berjasa dalam paham ini. Pengaruh dari Dosan Seowon tetap terasa hingga kini, dengan tampilnya tempat ini pada uang kertas 1.000 won Korea dari tahun 1975 hingga 2007.

Salah satu karya penting Yi Hwang adalah “Seonghak Sipdo” (Sepuluh Diagram tentang Pembelajaran Kebijaksanaan), yang ia persembahkan kepada Raja Seonjo pada tahun 1568. Teks ini terdiri dari sepuluh diagram dengan esai penjelasan, yang menunjukkan pendekatan sistematis Yi Hwang dalam mencapai kebijaksanaan melalui pembelajaran. “Seonghak Sipdo” menekankan pentingnya “gyeong” (敬, atau penghormatan) dalam praktik Konfusianisme, sebuah konsep yang menjadi inti dari interpretasi Yi Hwang tentang Neo-Konfusianisme.

Salah satu diagram utama dalam “Seonghak Sipdo” adalah “Western Inscription”, yang diadaptasi Yi Hwang dari karya Zhang Zai, seorang filsuf Konfusianisme dari Dinasti Song. Diagram ini, beserta komentarnya, menekankan keterhubungan semua makhluk dan pentingnya kebajikan dalam pemikiran Konfusianisme. Pendekatan Yi Hwang dalam “Seonghak Sipdo” menunjukkan keyakinannya bahwa jalan menuju kebijaksanaan dapat dicapai melalui pembinaan moral dan pembelajaran yang tekun.

Interpretasi Yi Hwang tentang Neo-Konfusianisme, yang menekankan keutamaan “li” (prinsip) dibandingkan “qi” (kekuatan material), telah menjadi salah satu fondasi tradisi filosofis Korea. Karyanya, “Seonghak Sipdo”, dan pendirian Dosan Seowon menjadi contoh komitmennya terhadap pendidikan dan pembinaan moral.

Spesimen uang pecahan 1000 won dengan gambar Yi Hwang. Foto: The Bank of Korea

Gambar Yi Hwang pada uang kertas 1.000 won Korea Selatan menjadi salah satu simbol dari kontribusinya bagi Korea. Selain itu, ajaran Yi Hwang bahkan telah memberikan pengaruh pada pemikiran Konfusianisme di luar Korea, seperti di Jepang, Taiwan, dan Vietnam. Pengakuan global atas warisan budaya Yi Hwang juga tampak dari status Dosan Seowon sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Warisan Yi Hwang sebagai filsuf, cendekiawan, dan pendidik terus membentuk pemikiran dan budaya Korea berabad-abad setelah kepergiannya.