Ilustrasi ujian. Foto: Nguyen Dang Hoang Nhu (Unsplash)

Sistem ujian pegawai negeri di Korea Selatan menjadi salah satu jalur paling kompetitif bagi mereka yang ingin menempuh karier di badan pemerintahan. Akar sejarah dari ujian ini dapat ditelusuri ke tradisi rekrutmen berbasis merit seperti gwageo pada masa Goryeo dan Joseon. Dalam praktik modern, rekrutmen dijalankan melalui struktur sembilan golongan dengan tiga pintu masuk utama, yaitu pada Golongan 5, 7, dan 9.

Kandidat harus melewati tes tertulis yang intensif dan tahapan wawancara untuk mendapatkan posisi yang diinginkan. Seiring dengan bergesernya demografis penduduk, reformasi ujian, dan perbandingan kompensasi dengan sektor swasta, ekosistem seleksi mengalami penurunan rasio persaingan. Meskipun begitu, tingkat kelulusan tetap rendah karena tingginya standar akademik dan kompetensi yang dibutuhkan.

Ujian Golongan 5 merepresentasikan pintu masuk tertinggi ke birokrasi. Seleksi dimulai dengan tes pilihan ganda yang mencakup Public Service Aptitude Test atau PSAT. Komponen PSAT meliputi tes logika kebahasaan, interpretasi data, dan penilaian situasional yang masing‑masing terdiri dari 40 soal. Pada tahap pertama ini juga ada ujian Hukum Tata Negara sebanyak 20 soal.

Ilustrasi kamus bahasa Inggris. Foto: Romain Vignes (Unsplash)

Persyaratan bahasa Inggris dan sejarah Korea dari para kandidat telah dipenuhi melalui sertifikat kecakapan, sehingga kedua topik tersebut tidak lagi diujikan. Tahap kedua berupa ujian esai selama lima hari yang menilai ekonomi, hukum administrasi, administrasi publik, dan politik, berikut satu mata pelajaran pilihan seperti ilmu kebijakan atau metodologi penelitian ilmu sosial. Tahap akhir berupa asesmen berbasis kompetensi melalui diskusi kelompok, presentasi tugas kebijakan, dan wawancara individu secara mendalam.

Ujian Golongan 7 menyasar peran administratif spesialis. Setelah restrukturisasi pada 2021, formatnya tidak lagi menggunakan PSAT. Fokus ujian berpindah ke tujuh mata pelajaran inti yang meliputi bahasa Korea, sejarah Korea, hukum tata negara, ekonomi, hukum administrasi, administrasi publik, serta bahasa Inggris yang dibuktikan melalui skor uji profisiensi. Wawancara dalam Golongan 7 meniru pendekatan pada Golongan 5 melalui diskusi kelompok dan presentasi kebijakan, mencerminkan karakter posisi menengah yang menuntut pemahaman kebijakan dan penerapannya.

Ujian Golongan 9 ditujukan bagi tugas administratif umum dan menjadi pintu masuk paling luas. Persyaratan ujian meliputi bahasa Korea, sejarah Korea, dan bahasa Inggris, ditambah dua subjek pilihan dari pengantar administrasi publik, pengantar hukum administrasi, matematika, ilmu sosial, dan sains. Reformasi ujian pada 2022 menghapus mata pelajaran setingkat sekolah menengah seperti matematika dan sains dari pilihan, sehingga fokus seleksi terkonsentrasi pada dasar‑dasar administrasi. Wawancara biasanya terdiri dari presentasi lima menit dilanjutkan dengan asesmen individu yang menilai kesiapan praktis para calon kandidat untuk tugas awal birokrasi.

Ilustrasi interview. Foto: Van Tay Media (Unsplash)

Jadwal seleksi mengikuti pola tahunan yang relatif konsisten. Pendaftaran umumnya berlangsung pada Februari. Ujian tertulis untuk Golongan 9 dilaksanakan sekitar bulan April, sedangkan wawancara berlangsung pada akhir Mei hingga awal Juni.

Peserta yang lulus harus mendaftar sebagai kandidat kerja dalam tenggat waktu yang ditetapkan. Keterlambatan pendaftaran dapat berujung pada gugurnya penempatan, sehingga disiplin administrasi menjadi bagian dari integritas sistem rekrutmen.

Rasio persaingan menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2023, rasio kompetisi Golongan 9 turun ke 22,8 banding 1, yang menjadi level terendah sejak tahun 1992. Jumlah pelamar tercatat sebanyak 121.526 orang untuk 5.326 formasi, turun sekitar 44 ribu dibanding tahun sebelumnya atau setara 26,6 persen. Pada Golongan 5, yang dipandang sebagai jalur prestisius menuju jabatan senior, kompetisi tetap tinggi meskipun fluktuatif.

Data terbaru menunjukkan rentang 34 hingga 43,3 pelamar per kursi, dengan angka berada di 35,1 banding 1 ketika 12.198 pelamar memperebutkan 348 formasi pada tahun 2024. Pada kategori internal, posisi administratif cenderung lebih kompetitif dengan rasio 39,3 banding 1, posisi teknis sekitar 24,7 banding 1, dan diplomat 35,5 banding 1.

Ilustrasi statistik. Foto: Carlos Muza (Unsplash)

Meskipun persaingan menurun, tingkat kelulusan tetap ketat. Siklus 2025 untuk Golongan 9 memperlihatkan hanya 5.490 orang yang lolos tahap tertulis dari 121.526 pendaftar awal, dan 4.318 orang yang lulus setelah wawancara.

Secara keseluruhan, tingkat keberhasilan berkisar 3,6 persen. Komposisi demografis pendaftar yang berhasil lolos pun relatif stabil. Sebanyak 62,3 persen berada pada rentang usia dua puluhan, disusul 31,9 persen usia tiga puluhan. Usia rata‑rata kelulusan sekitar 29,3 tahun, hampir identik dengan tahun sebelumnya. Persebaran gender menunjukkan mayoritas tipis pria sebesar 53,7 persen dibanding 46,3 persen wanita.

Kompensasi awal menjadi variabel penting dalam daya tarik profesi. Pada level pemula, gaji bulanan Golongan 9 berada sekitar 1,77 juta won dan Golongan 7 sekitar 1,96 juta won. Angka ini berada di bawah estimasi kompensasi minimum bulanan sekitar 2,01 juta won, sehingga selisih dengan rata‑rata sektor swasta cukup terasa. Untuk Golongan 9, gaji tahunan awal berkisar di angka 25 juta won sebelum dikenakan pajak.

Struktur penggajian berbeda menurut level. Golongan bawah menerima gaji berbasis skala standar, sementara Golongan 5 ke atas menggunakan gaji tahunan berbasis kinerja yang menggabungkan komponen tetap dan variabel. Pada jajaran Senior Civil Service, proporsi pembayaran kinerja lebih dominan dibandingkan dengan gaji pokok.

Ilustrasi gaji. Foto: Nick Pampoukidis (Unsplash)

Di luar gaji dasar, pekerja juga menerima berbagai jenis tunjangan. Beberapa tunjangan umum meliputi bonus berbasis kinerja, tunjangan kehadiran yang dibayarkan dua kali setahun, serta tunjangan kelas jabatan. Dukungan keluarga mencakup tunjangan tanggungan, bantuan biaya pendidikan anak bagi penugasan luar negeri, tunjangan perumahan, dan dukungan pengasuhan.

Kompensasi kerja meliputi lembur untuk Golongan 5 ke bawah, tunjangan pekerjaan manajerial untuk Golongan 4 ke atas, pengganti tugas sementara saat rekan absen, dan premi posisi khusus. Selain itu, tersedia pula manfaat universal seperti tunjangan makan tetap, tunjangan kelas untuk semua pegawai, tunjangan hari raya, dan kompensasi cuti tahunan yang tidak terpakai. Meskipun demikian, survei perbandingan menunjukkan daya saing gaji pegawai negeri berada sekitar 83,1 persen dari posisi sebanding di sektor swasta, yang menjadi rekor terendah sejak pemantauan dimulai pada tahun 2000.

Preferensi generasi muda mengalami pergeseran. Data memperlihatkan jumlah individu usia 20 hingga 34 tahun yang menyiapkan diri untuk ujian Golongan 7 dan 9 turun menjadi sekitar 129 ribu orang per Mei 2025. Angka ini berkurang 30 ribu dari tahun sebelumnya dan kurang dari setengah dibandingkan pada tahun 2021 ketika minat pekerjaan pemerintah sempat melonjak menjadi 313 ribu peminat.

Nilai kerja generasi MZ yang menekankan keseimbangan hidup, kompensasi kompetitif, dan pengakuan kontribusi individu kerap berbenturan dengan budaya organisasi birokrasi yang konservatif dan hierarkis. Dalam jajak pendapat internal, lebih dari 40 persen responden menyebut atasan yang sulit diajak berkomunikasi sebagai sumber ketegangan di tempat kerja.

Ilustrasi belajar. Foto: Unseen Studio (Unsplash)

Budaya persiapan juga berubah. Jika dulu kandidat menghabiskan bertahun‑tahun belajar di lingkungan intensif seperti gosi‑chon di Seoul, kini sebagian besar yang berhasil cenderung menyelesaikan persiapan dalam dua hingga tiga tahun. Penurunan minat tidak hanya terjadi pada ujian pegawai negeri. Partisipasi pada lisensi profesional lain seperti pengacara paten dan akuntan pun turut mengalami menurun dari 105 ribu orang pada 2021 menjadi 81 ribu orang pada 2024.

Ujian guru menunjukkan pola serupa, dari 40 ribu peserta pada 2020 menjadi sekitar 24 ribu peserta pada siklus terkini. Data layanan pensiun pegawai menunjukkan 5.961 pegawai dari kalangan usia 18 hingga 35 tahun meninggalkan pekerjaannya pada 2020, naik dari 4.375 orang pada tahun 2017.

Survei Kementerian Manajemen Personel terhadap 27 ribu pegawai menggarisbawahi tiga faktor utama yang menekan minat generasi muda. 88,3 persen dari responden menyebutkan gaji yang lebih rendah dibandingkan sektor swasta, stres karena keluhan warga yang bersifat agresif sebesar 39,8 persen, serta 15,9 persen responden merasa tidak nyaman dengan budaya organisasi vertikal yang kaku.

Ujian pegawai negeri Korea Selatan tetap menjadi mekanisme seleksi yang menuntut kesiapan akademik, keterampilan analitis, dan kompetensi kebijakan yang kuat. Rasio persaingan yang menurun tidak serta‑merta meningkatkan peluang lolos karena standar ujian tertulis dan asesmen kompetensi tetap tinggi. Di saat yang sama, kesenjangan kompensasi dan ekspektasi generasi kerja baru kembali membuka kesempatan bagi talenta.