
Pasar lima hari merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat Korea Selatan, khususnya di wilayah Jeju dan Busan. Tradisi ini hadir di beberapa wilayah dengan jadwal tetap, di mana pasar dibuka pada tanggal-tanggal yang berakhiran dengan angka tertentu. Selain menjadi pusat perdagangan, pasar ini juga menjadi bagian penting dari budaya dan sejarah daerah setempat. Pasar-pasar ini menyediakan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan suasana lokal yang autentik melalui hasil bumi, makanan laut, dan kerajinan tangan yang dijual.
Pasar Tradisional di Jeju: Unik dan Beragam
Pulau Jeju memiliki keunikan tersendiri dalam budaya pasarnya. Berbeda dengan pasar di Korea daratan, pasar-pasar di Jeju menawarkan perpaduan antara praktik tradisional dan produk khas lokal. Salah satu pasar yang paling dikenal adalah Pasar Tradisional Dongmun di Jeju, yang merupakan pasar permanen terbesar dan tertua di pulau ini. Pasar ini menawarkan berbagai jenis produk mulai dari makanan laut segar, buah-buahan, hingga kerajinan tangan. Pasar ini ramai terutama di malam hari, dengan deretan kios makanan yang menghidupkan suasana malam dengan lampu neon dan musik. Pengunjung dapat mencicipi berbagai hidangan, mulai dari seafood panggang hingga pancake goreng.
Keistimewaan lain dari pasar-pasar di Jeju adalah produk-produk spesifik yang hanya ditemukan di pulau tersebut, seperti jeruk siam hwanggeum hyang dan babi hitam khas Jeju. Pasar-pasar ini juga menawarkan berbagai cenderamata bertema Jeju, seperti aksesoris rambut, tas, hingga wewangian yang terinspirasi dari jeruk siam.

Pasar lima hari di Jeju, seperti Pasar Rakyat Lima Hari, memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Pasar ini beroperasi secara bergantian sepanjang bulan, memungkinkan para pedagang untuk berpindah dari satu pasar ke pasar lain di seluruh pulau. Selain sebagai pusat perdagangan, pasar-pasar ini juga berfungsi sebagai sarana komunikasi dan pertukaran informasi bagi penduduk lokal.
Halmang Jangteo: Menghormati Tradisi Pasar
Salah satu elemen yang mencerminkan kekayaan budaya dari pasar di Jeju adalah adanya “Halmang Jangteo” atau pasar nenek, di mana para wanita berusia di atas 65 tahun dapat menjual barang dagangannya tanpa dikenakan biaya sewa kios. Hal ini tidak hanya melestarikan bagian penting dari budaya pasar tradisional, tetapi juga memberikan kesempatan ekonomi bagi mereka yang sering kali berada di pinggiran masyarakat.
Pasar-pasar ini juga menjadi pusat kuliner, dengan berbagai makanan khas lokal yang disajikan di setiap sudutnya. Di Pasar Lima Hari Sewha, misalnya, pengunjung dapat mencicipi gukbap, sup daging babi khas Jeju. Di sudut lain, pengunjung dapat menikmati sajian seperti Kimchi Pork Belly Roll yang disajikan dengan gaya teatrikal oleh koki yang memasak sambil menari mengikuti lagu K-pop. Selain menawarkan pengalaman berbelanja, pasar-pasar ini juga memperlihatkan cara hidup penduduk pulau, menjaga keseimbangan antara tradisi kuno dan identitas modern Jeju.
Pasar Gupo di Busan: Warisan Sejarah dan Budaya
Sementara itu di Busan, kita dapat menemukan Pasar Gupo, salah satu pasar terbesar dan tertua di kota ini. Berdiri sejak periode Joseon pada abad ke-17, pasar ini terletak di pintu masuk Busan yang bertemu dengan Sungai Nakdonggang, menjadikannya pusat perdagangan vital dengan lokasi yang strategis.
Pasar ini beroperasi setiap hari dari pagi hingga malam dan menawarkan berbagai produk seperti buah-buahan, sayuran, dan juga seafood segar. Namun, yang membuat pasar ini unik adalah statusnya sebagai pasar lima hari, di mana pasar ini beroperasi pada tanggal-tanggal yang berakhiran dengan angka “3” dan “8” di setiap bulannya. Pada hari-hari ini, pengunjung dapat menemukan lebih banyak variasi produk dan pedagang dari berbagai daerah, menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih kaya.

Selain itu, Pasar Gupo juga dikenal dengan festival tahunan yang diadakan setiap bulan Oktober, yakni “Festival Pasar Gupo yang Ramah”, yang menarik pengunjung dari dalam dan luar negeri. Festival ini menjadi momen penting untuk merayakan warisan budaya Busan, sekaligus mempertahankan fungsi pasar sebagai pusat pertukaran budaya dan perdagangan yang penting.
Bagi mereka yang ingin melihat kehidupan sehari-hari masyarakat Korea, Pasar Gupo menawarkan gambaran autentik tentang kebiasaan dan tradisi belanja lokal. Meskipun sebagian besar pengunjungnya adalah penduduk setempat, belakangan ini Pasar Gupo mulai menarik perhatian wisatawan yang mencari destinasi dan pengalaman berbeda dari tempat wisata lainnya. Berjarak hanya 140 meter dari Stasiun Deokcheon di Jalur 3 membuat pasar ini menjadi persinggahan yang nyaman bagi mereka yang ingin menjelajahi kota Busan dengan lebih santai.
Warisan Soba di Bongpyeong: Kaya Akan Nilai Budaya dan Kuliner
Selain pasar-pasar di Jeju dan Busan, ada satu wilayah lain di Korea yang juga terkenal dengan pasarnya, yaitu Bongpyeong di Pyeongchang. Daerah ini dikenal dengan budidaya soba atau buckwheat, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner dan warisan budaya setempat. Pasar Bongpyeong dibuka setiap tanggal 2, 7, 12, 17, 22, dan 27 setiap bulannya. Pasar ini menjual berbagai makanan berbahan dasar soba seperti memil mak-guksu (mie soba), memil-buchim (pancake soba), dan memil-jeonbyeong (crepes soba). Selain itu, pengunjung dapat menemukan kreasi unik seperti memil-sundae dan memil namu bibimbap.
Keberadaan soba di Bongpyeong tidak hanya penting dari segi kuliner saja, tetapi juga memiliki makna budaya yang mendalam. Novel pendek terkenal karya Lee Hyo-seok berjudul “When Buckwheat Flowers Bloom” yang diterbitkan pada tahun 1936 semakin menambah daya tarik budaya soba di wilayah ini. Setiap bulan September, ketika ladang soba mulai bermekaran dengan bunga-bunga putih yang indah, Bongpyeong menyelenggarakan Festival Budaya Hyo-seok, yang menarik pengunjung dari berbagai penjuru Korea untuk menikmati keindahan alam yang menginspirasi novel tersebut.
Pasar-pasar tradisional di Korea, baik di Jeju, Busan, maupun Bongpyeong, menawarkan lebih dari sekadar tempat untuk berbelanja. Mereka juga menjadi pusat kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang memainkan peran penting dalam mempertahankan tradisi lokal sekaligus menghadirkan identitas modern. Dari produk khas lokal hingga jajanan yang unik, pasar-pasar ini memperlihatkan beragam sisi kehidupan di Korea Selatan, memberikan pengalaman yang mendalam bagi pengunjung lokal maupun mancanegara.