
Seongsu-dong, yang awalnya merupakan pusat manufaktur sepatu buatan tangan di timur Seoul, kini menjelma menjadi salah satu distrik kreatif paling dinamis di kota tersebut. Terkenal dengan bangunan pabrik bata merah yang tetap terjaga, kafe-kafe trendi, serta ruang seni yang unik, Seongsu-dong menarik sekitar 3 juta wisatawan mancanegara setiap tahunnya.
Bagi siapa saja yang ingin merasakan atmosfer berbeda di Seoul—bukan sekadar pusat perbelanjaan mewah ataupun kuil kuno—Seongsu-dong hadir sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan. Dari depot sepatu yang dulu ramai hingga kafe bertema industrial-chic yang kini dipenuhi pelanggan, setiap sudut Seongsu-dong menunjukkan bagaimana ruang dari era pasca-industri dapat diubah menjadi ekosistem kreatif.
Warisan Kawasan Industri
Pada era 1930-an, Seongsu-dong mulai memperlihatkan potensinya sebagai pusat manufaktur sepatu di Seoul. Letaknya yang berdekatan dengan Sungai Han dan aliran Sungai Jungnangcheon memudahkan pemasokan bahan baku serta distribusi produk. Saat dekade 1970–1980, kawasan ini makin dikenal lewat “Handmade Shoes Street,” di mana ratusan toko dan pabrik sepatu buatan tangan memproduksi berbagai model untuk kebutuhan lokal dan pasar ekspor. Bangunan-bangunan bata merah yang menjulang tinggi menandai era keemasan industri pada saat itu.
Namun, memasuki awal abad ke-21, banyak pabrik di Seongsu-dong terpaksa tutup atau memindahkan produksinya ke wilayah dengan biaya produksi yang lebih rendah. Perubahan struktur ekonomi nasional, kenaikan upah buruh, dan persaingan global menjadi penyebab utama. Akibatnya, gudang-gudang dan fasilitas produksi terbengkalai, menciptakan lanskap yang dipenuhi ruang kosong berlangit-langit tinggi.
Meskipun memunculkan tantangan ekonomi bagi para pengrajin sepatu, kondisi tersebut juga memberi peluang bagi pertumbuhan kegiatan kreatif, di mana bangunan yang terabaikan dimaanfatkan kembali menjadi tempat ideal dengan cara yang inovatif.
Meskipun banyak pabrik telah hilang, sejumlah pengrajin tradisional masih bertahan di sekitar pintu keluar 3 dan 4 Stasiun Seongsu (Seoul Subway Line 2). Mereka masih memproduksi sepatu menggunakan cara yang telah diajarkan secara turun-temurun, menjadi penghubung antara masa lalu industri Seongsu-dong dengan para pelaku industri kreatif di era modern.
Transformasi Menjadi Pusat Kreatif
Memasuki awal tahun 2010-an, kaum muda dan pelaku seni mulai menyadari potensi bangunan kosong di Seongsu-dong. Struktur bata merah, pipa-pipa terbuka, dan ruang luas tanpa sekat menjadi kanvas sempurna untuk membuka kafe, galeri, studio desain, maupun butik. Transformasi ini tidak direncanakan secara besar-besaran oleh pemerintah, melainkan tumbuh secara organik ketika pengusaha kreatif mengambil alih dan mengadaptasi fasilitas pabrik menjadi ruang-ruang unik.
Salah satu contohnya adalah Café Onion Seongsu, menempati bangunan bekas gudang yang telah berdiri sekitar lima puluh tahun lalu. Lantai beton, dinding bata, serta rangkaian pipa logam tetap dipertahankan sambil menambahkan elemen modern—seperti dinding kaca besar—untuk menghadirkan cahaya alami. Konsep “industrial-chic” ini memikat pengunjung domestik maupun mancanegara yang mencari suasana berbeda dari pusat perkotaan Seoul.

Tidak hanya kafe, berbagai ruang kreatif lainnya pun juga bermunculan. Butik desainer independen yang memamerkan rancangan busana lokal, galeri seni yang menampilkan karya seniman kontemporer, co-working space yang memfasilitasi startup dan freelancer, serta restoran eksperimental yang menyajikan kuliner fusi dapat ditemukan di Seongsu. Kebangkitan ini menjadikan Seongsu-dong sebagai ekosistem di mana tradisi dan modernitas berpadu, memicu gelombang kreatif yang kemudian menarik perhatian perusahaan besar, investor, dan pegiat budaya dari berbagai belahan dunia.
Pelestarian Arsitektur dan Inovasi Desain
Pelestarian bangunan bata merah menjadi landasan strategi pengembangan Seongsu-dong. Pada tahun 2017, Pemerintah Distrik Seongdong memberlakukan “Peraturan Pelestarian dan Dukungan Bangunan Bata Merah di Seongsu-dong,” yang menetapkan pedoman untuk mempertahankan eksterior bersejarah—termasuk rangka besi, jendela kayu, dan blok bata—sementara interior dapat dirombak sesuai kebutuhan.

Dengan regulasi ini, banyak proyek kreatif berhasil menggabungkan elemen modern tanpa menghilangkan ciri khas gaya industrial. Contohnya, Seongsu WAVE memasang fasad bergelombang yang terbuat dari panel kaca, menciptakan kesan terbuka sekaligus menonjolkan identitas sejarah. Prinsip adaptasi kreatif semacam ini juga menguntungkan usaha kecil karena harga sewa di bangunan lama cenderung lebih terjangkau dibanding kawasan pusat kota baru. Seongsu-dong kini menjadi contoh pelestarian urban yang menyatukan nilai historis dan inovasi desain.