
Ritual gut merupakan bagian inti dari praktik syamanisme Korea, yang dikenal juga sebagai Muism. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa praktik ini telah ada sejak Zaman Perunggu. Gut berkembang seiring waktu, mencerminkan perubahan dalam struktur sosial dan politik Korea.
Sejarah dan Perkembangan Ritual Gut
Pada periode Tiga Kerajaan (57 SM – 935 M), syamanisme memiliki hubungan erat dengan kekuasaan. Para dukun, yang dikenal sebagai mudang atau manshin, sering kali memiliki peran dan posisi penting dalam pemerintahan. Namun, seiring berjalannya waktu, praktik ini mengalami pergeseran dari yang awalnya didominasi laki-laki dalam lingkup politik formal menjadi lebih informal dan berpusat pada wanita.
Selama Dinasti Joseon (1392-1910), Konfusianisme menjadi ideologi utama yang dianut oleh negara, yang mengakibatkan praktik syamanisme mulai diawasi secara ketat. Meskipun demikian, ritual gut tetap bertahan, terutama di desa-desa kecil. Hal ini menunjukkan betapa mendalamnya peran syamanisme dalam budaya dan masyarakat Korea.
Di era modern, gut mengalami kebangkitan, meskipun stigma sosial terhadap para mudang masih tetap ada. Bentuk-bentuk baru dari ritual gut pun muncul untuk merespons kebutuhan zaman, seperti ch’a kosa, sebuah upacara yang dilakukan untuk menghormati roh dalam kendaraan baru.
Tujuan dan Makna Ritual Gut
Gut bertujuan untuk menjembatani dunia manusia dengan dunia roh. Ritual ini dilakukan untuk menyembuhkan penyakit, menyelesaikan konflik keluarga, mengatasi masalah finansial, serta mengundang keberuntungan bagi individu maupun komunitas. Selain itu, gut juga digunakan untuk menenangkan arwah leluhur agar mereka dapat berpindah ke alam lain dalam damai.
Para mudang melakukan gut dengan berbagai cara, termasuk menggunakan gerakan yang berirama, nyanyian, ramalan, maupun doa. Melalui komunikasi langsung dengan entitas supernatural, mereka berupaya memberikan bimbingan bagi mereka yang mencari solusi atas berbagai permasalahan hidup.
Unsur-Unsur Utama dalam Gut
Ritual gut menggabungkan berbagai elemen yang menciptakan atmosfer spiritual yang mendalam. Persembahan makanan menjadi bagian utama dari ritual. Makanan yang disajikan di antaranya adalah ikan, nasi, tteok (kue beras), telur, manisan, daging, serta minuman beralkohol seperti soju. Selain makanan, persembahan lain meliputi dupa, kain, uang, dan bunga kertas.

Aspek performatif juga memegang peran penting dalam gut. Musik dari instrumen tradisional seperti simbal, changgu (gendang berbentuk jam pasir), dan gong mengiringi tarian yang dilakukan dengan gerakan berputar, yang membantu mudang untuk masuk ke dalam keadaan trance. Nyanyian muga (lagu tradisional) serta pengisahan mitologi turut menjadi bagian dari ritual ini, memungkinkan mudang memasuki kesadaran berbeda untuk berkomunikasi dengan dunia roh.
Jenis-Jenis Ritual Gut
Dalam Syamanisme Korea, terdapat berbagai jenis gut, masing-masing dengan tujuan tertentu. Chesu gut dilakukan untuk mendatangkan keberuntungan dan kesejahteraan, sedangkan Uhwan gut bertujuan untuk penyembuhan, baik fisik maupun mental.

Chinogi gut difokuskan pada pengantaran arwah leluhur agar mereka dapat beristirahat dengan damai. Ada juga Mich’in gut yang dikhususkan untuk menangani individu dengan gangguan mental, sering kali melibatkan praktik eksorsisme. Sementara itu, kkonmaji gut adalah upacara tahunan yang bertujuan untuk menghormati dan memberikan persembahan bagi para dewa serta leluhur.
Peran Ritual Gut dalam Budaya Korea
Lebih dari sekadar upacara spiritual, gut juga berfungsi sebagai ajang pertemuan sosial yang mempererat hubungan komunitas. Dalam perkembangannya, gut terus beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat modern, termasuk dalam konteks urban seperti peresmian pusat perbelanjaan atau gedung perkantoran.
Meskipun modernisasi terus berlangsung, gut tetap menjadi bagian penting dari masyarakat Korea. Keberlanjutan praktik ini menunjukkan bagaimana syamanisme bertahan dan berkembang untuk tetap relevan dalam dunia yang terus berubah.