Kekuasaan dan Pengaruh Chaebol di Korea Selatan

on in Society

Chaebol merupakan konglomerat industri besar di Korea Selatan yang dikelola dan dikendalikan oleh individu atau pun keluarga. Struktur ini biasanya mencakup beberapa afiliasi beragam yang berada di bawah kendali satu keluarga atau kelompok.

Chaebol memiliki peranan penting dalam perekonomian Korea Selatan, dengan kontribusi yang signifikan terhadap dua pertiga dari total ekspor negara dan menjadi magnet utama untuk aliran modal asing ke dalam negeri. Istilah “chaebol” sendiri berasal dari gabungan “jae” (재), yang berarti kekayaan, dan “bol” (벌), yang menandakan klan, menggambarkan sifat keluarga dan saling terhubung antar unit bisnisnya.

Sejarah chaebol di Korea Selatan dapat ditelusuri kembali ke era pasca-Perang Korea pada tahun 1950-an, mengambil akar dari periode pendudukan Jepang dari tahun 1910 hingga 1945. Dalam masa pendudukan tersebut, beberapa chaebol seperti Doosan Group telah menunjukkan koneksi ke periode yang lebih awal. Chaebol terinspirasi oleh konsep zaibatsu di Jepang, yaitu konglomerat yang dimiliki oleh keluarga. Namun, berbeda dengan zaibatsu yang pengaruhnya berpusat pada bank, chaebol berpusat pada satu keluarga atau pun satu individu.

Dalam upaya membangun kembali dan mengindustrialisasi Korea Selatan setelah Perang Dunia II, pemerintahan Syngman Rhee memberikan dukungan signifikan kepada chaebol. Ini memungkinkan mereka tumbuh menjadi konglomerat besar yang dikontrol keluarga dan memainkan peran penting dalam proses industrialisasi Korea Selatan.

Krisis Finansial Asia pada tahun 1997 menjadi titik balik bagi chaebol, dengan 16 dari 30 chaebol teratas menghadapi kebangkrutan akibat diversifikasi yang tidak hati-hati. Intervensi pemerintah, seperti diadakannya program “Big Deal”, memaksa chaebol untuk menjual bisnis non-inti dan mengubah strategi mereka untuk kembali berfokus pada operasi utama.

Meskipun chaebol telah berkontribusi besar pada ekonomi Korea Selatan, mereka juga mendapat kritik karena pengaruhnya pada dunia politik, keterlibatan dalam skandal korupsi, serta konsentrasi kekayaan dan kekuasaan pada pihak tertentu. Debat mengenai reformasi chaebol berjalan lambat dan tidak efektif, dengan upaya seperti promosi pertumbuhan start-up. Namun upaya tersebut gagal memberikan hasil yang signifikan dalam mengurangi pengaruh chaebol.

Beberapa chaebol terbesar di Korea Selatan meliputi:

  1. Samsung Group: Samsung merupakan salah satu grup bisnis terbesar di Korea Selatan, dengan pendapatan sekitar 418,8 triliun won Korea Selatan per Mei 2023. Sebagai pemimpin pasar global dalam berbagai sektor, termasuk elektronik dan teknologi informasi, Samsung memiliki peranan penting dalam perekonomian Korea Selatan.
  2. Hyundai Motor Group: Hyundai Motor Group merupakan chaebol besar lain di Korea, dikenal dengan produksi otomotif dan bisnis di sektor lainnya. Sebagai salah satu produsen mobil terbesar di dunia, Hyundai Motor Group memainkan peranan kunci dalam industri otomotif global dan kontribusi ekonomi Korea Selatan.
  3. LG Group: LG Group bergerak di industri elektronik, kimia, dan bidang lainnya. LG dikenal luas karena inovasi dan produk elektroniknya, berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan teknologi Korea Selatan.
  4. SK Group: SK Group adalah konglomerat dengan kepentingan di berbagai industri, termasuk semikonduktor, telekomunikasi, dan ilmu hayati. Melalui diversifikasi bisnisnya, SK Group berperan dalam pengembangan infrastruktur teknologi dan energi di Korea Selatan.
  5. Lotte Group: Lotte Group adalah chaebol dengan rentang bisnis yang beragam, termasuk ritel, hotel, dan bisnis lainnya. Dengan keberadaannya yang luas di berbagai sektor, Lotte Group telah berkontribusi pada keragaman dan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan secara signifikan.

Chaebol telah memainkan peran penting dalam perekonomian Korea Selatan. Mereka telah memberikan kontribusi terhadap sekitar dua pertiga dari ekspor negara dan menarik sebagian besar aliran modal asing ke Korea Selatan.

Chaebol telah memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi Korea Selatan. Mereka berperan penting dalam transformasi ekonomi negara, dengan kontribusi sekitar dua pertiga dari total ekspor negara dan menarik sebagian besar aliran modal asing. Lima chaebol teratas, termasuk Samsung, LG, Hyundai, dan SK Group, mewakili sekitar setengah dari nilai pasar saham Korea Selatan.

Meskipun berkontribusi besar terhadap ekonomi, tuntutan tenaga kerja mereka dan kontribusi terhadap ekonomi domestik telah menurun setelah krisis mata uang Asia. Sistem chaebol dikritik karena dampaknya terhadap ketimpangan pendapatan, pertumbuhan lapangan kerja yang terbatas, dan tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda.

Chaebol telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap politik Korea Selatan. Mereka terlibat dalam berbagai skandal korupsi, dengan beberapa pemimpin chaebol divonis bersalah atas penggelapan, suap, dan kejahatan finansial lainnya. Hubungan dekat antara pemerintah Korea Selatan dan chaebol dianggap telah memupuk tradisi korupsi. Penggelapan, suap, dan bentuk korupsi lainnya menjadi praktik yang dianggap lumrah.

Chaebol juga ditengarai mengonsentrasikan kekuatan politik di tangan keluarga-keluarga pemimpin daripada memaksimalkan keuntungan, merugikan usaha kecil dan menengah dengan kebijakannya, serta mengecualikan perempuan dan suara-suara divergen dari manajemen. Dukungan pemerintah terhadap chaebol dikritik karena mencekik kreativitas dan inovasi.

Dalam tahun-tahun terakhir, transisi demokrasi Korea Selatan dan krisis finansial Asia 1997 memiliki efek terbatas terhadap sistem chaebol. Dukungan pemerintah untuk chaebol terus berlanjut, meskipun banyak eksekutif top telah dinyatakan bersalah atas korupsi.

Chaebol telah menjadi elemen integral dalam narasi pembangunan ekonomi dan politik Korea Selatan. Dengan akar yang mendalam sejak era pasca-Perang Korea, chaebol tumbuh menjadi konglomerat industri besar yang dikelola dan dikendalikan oleh keluarga atau individu tertentu. Kontribusi mereka terhadap perekonomian negara sangat signifikan, mendorong sekitar dua pertiga dari total ekspor dan menjadi titik fokus untuk aliran modal asing. Meskipun demikian, chaebol tidak terlepas dari kritik, terutama terkait dengan pengaruhnya terhadap politik, keterlibatan dalam skandal korupsi, dan isu ketimpangan sosial ekonomi.

Dalam konteks politik, chaebol telah memainkan peran yang kontroversial, dengan pengaruhnya yang kuat terhadap pemerintahan dan keterlibatan dalam praktik korupsi. Upaya reformasi yang bertujuan untuk membatasi kekuasaan dan meningkatkan tata kelola korporasi telah menjadi subjek perdebatan yang intensif, mencerminkan dilema antara pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial.

Meskipun terus menuai kritik, peran mereka dalam transformasi ekonomi negara tidak dapat diabaikan. Masa depan chaebol, dalam keseimbangan antara pertumbuhan, inovasi, dan reformasi sosial ekonomi, akan terus menjadi topik penting dalam diskursus ekonomi dan politik Korea Selatan.