Haetae: Makhluk Mitologi Korea Penjaga Keadilan

on in Culture
Patung Haetae. Foto: Carty239 (Wikipedia)

Haetae, yang juga dikenal sebagai Haechi atau “singa bertanduk satu,” adalah makhluk legendaris dalam mitologi Korea yang melambangkan keadilan dan perlindungan. Berakar dari cerita rakyat Tiongkok kuno, makhluk ini kemudian menjadi simbol penting dalam budaya Korea, terutama sebagai lambang resmi Seoul sejak 2009.

Haetae digambarkan memiliki tubuh berotot mirip singa atau sapi, dengan satu tanduk di dahinya yang ditutupi oleh bulu tebal atau sisik tajam. Beberapa penggambaran juga menyertakan lonceng di leher dan sayap atau bulu di sekitar kakinya. Dalam berbagai budaya Asia Timur, makhluk ini dikenal dengan nama “xiezhi” dalam mitologi Tiongkok dan “kaichi” dalam cerita rakyat Jepang.

Haetae dihormati karena kemampuannya untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, melambangkan keadilan dan kebijaksanaan moral dalam cerita rakyat Korea. Makhluk mitologi ini diyakini memiliki kekuatan untuk menilai kesalahan dan kepolosan, sering digambarkan menyerang pelaku kejahatan dengan tanduknya.

Selain perannya dalam keadilan, haetae juga dipandang sebagai penjaga yang kuat, melindungi dari kebakaran, bencana alam, dan roh jahat. Sifat inilah yang menjadikan patung haetae digunakan secara luas dalam arsitektur dinasti Joseon, terutama di pintu masuk bangunan dan istana kerajaan.

Patung haetae banyak ditemukan di seluruh Korea Selatan, terutama di Seoul, mencerminkan signifikansi budaya dan simbolisme dari makhluk ini sebagai pelindung. Patung-patung haetae dari era Joseon ini masih dapat ditemukan di berbagai lokasi di ibukota, termasuk stasiun kereta bawah tanah, museum, taman, dan lainnya.

Penggunaan luas simbol haetae dalam arsitektur menekankan keyakinan yang bertahan lama dalam kekuatannya sebagai penjaga terhadap bencana alam dan roh jahat, sambil juga berfungsi sebagai pengingat visual tentang pentingnya keadilan dan kebijaksanaan moral dalam masyarakat Korea.

Patung haetae sering ditampilkan di gerbang istana Korea, terutama di Istana Gyeongbokgung di Seoul. Makhluk-makhluk mitologi ini dapat ditemukan menghiasi tangga Gerbang Geunjeong (Geunjeongmun) di Gyeongbokgung, di mana ukiran haetae yang rumit berfungsi sebagai elemen dekoratif sekaligus pelindung. Gerbang utama Gyeongbokgung, yang dikenal sebagai Gwanghwamun, juga dilengkapi dengan patung haetae yang berdiri menjaga pintu masuk istana.

Penempatan patung-patung haetae di gerbang istana juga mengalami perubahan sepanjang sejarahnya, termasuk relokasi selama era kolonial Jepang dan rekonstruksi setelah Perang Korea, menyoroti signifikansi budaya dari makhluk mitologi ini dalam tradisi arsitektur Korea.

Simbol haetae juga diintegrasikan ke dalam desain pagoda di seluruh Korea. Makhluk-makhluk mitologi ini sering ditemukan menghiasi dasar atau sudut pagoda, berfungsi sebagai penjaga pelindung terhadap kebakaran dan bencana lainnya. Integrasi haetae ke dalam struktur pagoda menunjukkan perpaduan yang mulus antara elemen arsitektur Buddha dengan simbol mitologi asli Korea.

Di Istana Gyeongbokgung, sosok haetae dapat ditemukan pada pagoda batu bertingkat, menambahkan elemen perlindungan spiritual pada struktur suci tersebut. Fitur arsitektur ini tidak hanya meningkatkan daya tarik estetika pagoda, tetapi juga memperkuat peran haetae sebagai simbol kebijaksanaan dan keadilan.

Selain gerbang istana dan pagoda, patung haetae juga diletakkan pada atap arsitektur tradisional Korea, terutama pada bangunan penting. Haetae biasanya ditempatkan di ujung punggungan atap, yang dikenal sebagai “chimi” atau ornamen “ekor naga,” yang berfungsi baik sebagai elemen dekoratif maupun pelindung. Praktik arsitektur ini mencerminkan integrasi mendalam simbolisme haetae dalam budaya Korea, menggabungkan elemen estetika dengan keyakinan spiritual.

Sebagai simbol resmi kota Seoul sejak tahun 2009, haetae menghiasi berbagai lokasi di ibu kota. Tak hanya arsitektur, motif haetae juga sering menghiasi lentera selama festival budaya di Korea. Selain budaya, simbol haetae juga muncul pada sejarah. Signifikansi historis makhluk ini terlihat dalam penggunaannya pada lencana yang dikenakan oleh aparat penegak hukum dan pejabat kehakiman, melambangkan peran mereka dalam menegakkan keadilan.

Dalam budaya populer, haetae muncul dalam berbagai kartun dan media Korea. Makhluk ini membuat kontrak dengan Han Daewi dalam webtoon populer “The God of High School”. Di sini, haetae digambarkan sebagai binatang biru dengan penampilan yang mirip dengan anjing dan memiliki kemampuan seperti pengendalian air dan kekuatan penyembuhan. Di luar dunia hiburan, pengaruh haetae meluas ke ranah komersial, dengan gambar dan namanya diadopsi oleh produk makanan, tim olahraga, dan bahkan taman hiburan di seluruh Korea Selatan.

Meskipun haetae berasal dari Korea, makhluk ini berbagi kesamaan dengan makhluk mitologi Asia Timur lainnya. Dalam mitologi Tiongkok, makhluk serupa yang dikenal sebagai xiezhi (獬豸) dianggap sebagai pembantu Menteri Hukum kuno, Gao Yao. Sama seperti haetae, xiezhi jugs diyakini memiliki kemampuan untuk membedakan antara benar dan salah, sering menyerang pihak yang bersalah dengan tanduknya.

Dalam cerita rakyat Jepang, ada makhluk serupa yang disebut kaichi (獬豸), menunjukkan elemen mitologi yang sama di seluruh budaya Asia Timur. Kesamaan ini menyoroti sifat saling terkait mitologi Asia Timur, di mana konsep makhluk yang mewakili keadilan berkembang dengan karakteristik budaya yang berbeda. Meskipun ada kesamaan ini, haetae telah mengembangkan signifikansinya dalam budaya Korea, terutama dalam perannya sebagai pelindung dari bencana, dan kehadirannya yang menonjol dalam arsitektur Korea serta kehadirannya di dunia modern.

Haetae berdiri sebagai simbol yang kuat dalam mitologi dan budaya Korea, mewakili keadilan, perlindungan, dan kebijaksanaan moral. Dari asal-usulnya dalam legenda Tiongkok kuno hingga menjadi lambang resmi Seoul, haetae memiliki pengaruh yang mendalam pada masyarakat Korea. Kehadirannya dalam berbagai arsitektur mencerminkan keyakinan yang mendalam pada kekuatannya untuk melindungi dari bencana dan roh jahat.

Signifikansi haetae yang bertahan lama terlihat dalam representasinya yang luas di seluruh Korea Selatan, mulai dari stasiun kereta bawah tanah hingga festival, dan adopsinya dalam budaya populer serta perusahaan komersial. Haetae terus memikat imajinasi sekaligus menjadi ikon budaya yang kuat, menghubungkan tradisi kuno dengan simbolisme modern.