Hwatu: Permainan Kartu Tradisional Korea

on in Culture
Hanafuda, asal dari kartu hwatu Korea. Foto: Marcus Richert

Hwatu adalah permainan kartu tradisional Korea yang berasal dari hanafuda Jepang, yang diperkenalkan pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Permainan ini menggunakan satu dek yang berisi 48 kartu dengan ilustrasi dan tema yang menggambarkan alam serta pergantian musim. Hwatu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Korea, mencerminkan dinamika sosial dan tradisi rekreasi di negara tersebut.

Hwatu berasal dari hanafuda, kartu permainan Jepang yang terkenal dengan ilustrasinya yang unik, menggambarkan tanaman, hewan, burung, dan objek lainnya. Kartu hanafuda lebih kecil dari kartu remi Barat namun lebih tebal dan kaku, sering kali dengan lengkungan yang menonjol. Meskipun awalnya diperkenalkan oleh Portugis, kartu ini lalu diadaptasi oleh Jepang dan kemudian dibawa ke Korea selama periode kolonial Jepang. Di Korea, hwatu mengalami perubahan dan adaptasi, mencerminkan kemampuan masyarakat Korea dalam mengasimilasi dan mentransformasi pengaruh eksternal menjadi tradisi yang khas.

Seiring dengan menyebarnya permainan ini di seluruh Korea dan bahkan di luar negeri, variasi regional hwatu mulai bermunculan. Di Korea Selatan, set kartu hwatu memiliki beberapa elemen khas yang berbeda dengan hanafuda Jepang, seperti kartu bergambar pita biru menggantikan gambar pita ungu pada hanafuda, serta teks Korea menggantikan teks Jepang pada beberapa kartu. Salah satu ciri khas hwatu Korea lainnya adalah adanya cakram kecil dengan karakter Tionghoa “guang” (berarti “cahaya”) pada lima kartu “cahaya”, yang tidak ada pada edisi Jepang.

Di Hawaii, terdapat versi lokal hwatu yang disebut “Hanafuda Hawaii Style”, diciptakan untuk mempromosikan permainan Sakura. Varian ini memiliki penanda yang menunjukkan bulan, nilai poin, dan yaku (kombinasi skor) untuk setiap kartu, membuatnya lebih mudah dimainkan bagi pemain baru. Variasi hwatu lainnya juga dapat ditemukan di berbagai daerah dan bahkan rumah tangga di seluruh Korea.

Set kartu hwatu terdiri dari 48 kartu yang dibagi menjadi 12 suit, masing-masing mewakili bulan dalam satu tahun. Setiap suit berisi empat kartu yang menggambarkan tanaman atau hewan yang berhubungan dengan bulan tersebut. Versi Korea dari kartu hwatu sedikit berbeda dari hanafuda Jepang, terutama menggunakan tinta hitam alih-alih hijau untuk daun dan detail lainnya, yang membuat beberapa gambar lebih sulit dibedakan. Beberapa set juga mencakup kartu joker tambahan, yang meningkatkan variasi dalam permainan.

Kartu hwatu Korea memiliki desain unik, mempertahankan bentuk dan pola dasar kartu tradisional Korea sambil menampilkan gaya yang khas. Salah satu fitur yang menonjol adalah cakram kecil dengan karakter Tionghoa “guang” (berarti “cahaya”) pada lima kartu “cahaya”, yang biasanya dicetak dalam warna putih ataupun kuning yang berfungsi sebagai pengingat bagi pemula.

Elemen khas lainnya adalah teks Jepang pada kartu tanzaku (pita) digantikan dengan karakter Korea, seperti “hung-don” (pita merah) pada kartu pinus, plum, dan ceri, serta “chung-don” (pita biru) pada kartu peony, krisan, dan maple. Beberapa edisi menampilkan logo produsen pada kartu bulan, subjek tertinggi dari suit Eulalia.

Gambar-gambar pada kartu sering kali memiliki makna budaya yang berakar pada tradisi Korea dan Asia Timur. Misalnya, suit pinus (Januari) melambangkan umur panjang dan ketekunan, sementara suit krisan (September) mewakili kebangsawanan dan kehormatan.

Simbolisme ini juga meluas ke kombinasi kartu tertentu. Dalam permainan Go-Stop, mengumpulkan ketiga kartu “terang” (pinus dengan bangau, bunga ceri dengan tirai, dan bulan purnama dengan langit merah) disebut “hongdan” atau “pita merah”, yang melambangkan keberuntungan. Kartu pita biru, yang hanya ada pada hwatu Korea, ditandai dengan “cheongdan” (청단), menambahkan elemen khas Korea pada simbolisme permainan.

Elemen simbolis ini tidak hanya meningkatkan daya tarik estetika kartu hwatu saja, tetapi juga memperdalam makna budaya permainan, menghubungkan pemain dengan nilai-nilai tradisional Korea melalui permainan.

Ada beberapa permainan populer yang dimainkan dengan kartu hwatu, masing-masing dengan peraturan dan strategi yang unik:

  1. Go-Stop (고스톱): Umumnya dimainkan dengan 2-3 pemain, melibatkan pencocokan kartu dan mengumpulkan kombinasi tertentu untuk mendapatkan poin.
  2. Seotda (섯다): Permainan dua kartu yang sering dikaitkan dengan perjudian, di mana pemain bertaruh pada kekuatan nilai dari kartu di tangan mereka.
  3. Sakura (삼봉): Mirip dengan permainan Jepang Koi-Koi, pemain mengumpulkan kartu untuk membuat kombinasi kartu tertentu.
  4. Nailongppong: Varian yang menggabungkan elemen Go-Stop dan poker.
  5. Minhwatu: Permainan yang lebih sederhana di mana pemain mencocokkan kartu berdasarkan bulan, populer di kalangan pemula.

Permainan-permainan ini menunjukkan fleksibilitas kartu hwatu dan kemampuannya untuk mengakomodasi berbagai gaya bermain dan preferensi.

Go-Stop, juga dikenal sebagai Godori, adalah salah satu permainan populer yang dimainkan dengan kartu hwatu. Permainan ini biasanya dimainkan oleh 2-3 pemain, dengan tujuan mencetak sejumlah poin yang telah ditentukan, biasanya 3 poin untuk tiga pemain atau 7 poin untuk dua pemain.

Satu giliran dalam Go-Stop terdiri dari empat fase, yaitu memainkan kartu dari tangan, memainkan kartu dari tumpukan undian, mendapatkan kartu yang cocok, dan memutuskan apakah akan melanjutkan atau mengakhiri ronde. Pemain berusaha untuk membuat kombinasi skor yang disebut “yaku” dengan menangkap kartu. Ketika seorang pemain mencapai skor target, mereka dapat memilih untuk “Berhenti” dan mengakhiri ronde, atau “Lanjut” untuk terus bermain untuk mendapatkan skor yang lebih tinggi.

Permainan ini memiliki berbagai bonus skor, termasuk penggandaan poin untuk panggilan “Lanjut” berturut-turut, mendapatkan kombinasi kartu tertentu, dan penalti untuk lawan yang kekurangan jenis kartu tertentu. Aturan penilaian yang kompleks ini menambah kedalaman strategi pada permainan, menjadikan Go-Stop sebagai hiburan yang menantang dan menarik.

Variasi regional dalam aturan permainan Hwatu umum di seluruh Korea, mencerminkan kebiasaan dan preferensi lokal. Di beberapa daerah, aturan taruhan untuk seotda (섯다) mirip dengan poker, sementara platform online telah mengembangkan sistem taruhan unik mereka sendiri. Sistem penilaian untuk Go-Stop juga bervariasi berdasarkan daerah, dengan beberapa daerah memberikan 3 poin alih-alih 4 untuk satu set 4 kartu terang termasuk kartu Desember (hujan).

Di daerah tertentu, mendapatkan semua empat kartu burung (Februari, April, Agustus, dan Desember) mencetak 6 poin untuk “yukdori”, sementara mendapatkan hanya tiga mencetak 4 poin untuk “bidori” jika kartu burung Desember juga ada di tangan.

Sangat melekat dalam masyarakat Korea, hwatu sering dimainkan selama liburan dan pertemuan sosial, mempererat hubungan antara anggota keluarga dan teman-teman. Pengaruh dari hwatu tidak hanya terbatas untuk permainan saja, tetapi juga menjadi inspirasi lagu-lagu rakyat seperti “화투타령” (Hwatu Taryeong), yang menginterpretasikan gambar pada kartu dengan humor terkait kehidupan sehari-hari dan perjuangan era kolonial.

Meskipun terkadang kontroversial karena hubungannya dengan perjudian, hwatu tetap menjadi hiburan yang dicintai banyak orang Korea, terutama ketika dimainkan tanpa taruhan uang, mencerminkan signifikansi budaya permainan ini yang bertahan lama dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan norma sosial yang berubah.

Hwatu memiliki pengaruh yang signifikan dalam media Korea modern, mencerminkan makna budayanya yang mendalam. Permainan ini sering muncul dalam drama Korea dan acara varietas, digunakan sebagai perangkat plot atau untuk menunjukkan hiburan tradisional Korea. Misalnya, dalam beberapa drama Korea, karakter saling berinteraksi melalui permainan Go-Stop, menyoroti aspek sosial hwatu.

Selain televisi, referensi hwatu juga banyak muncul dalam musik dan sastra Korea. Integrasi permainan ini ke dalam budaya populer membantu mempertahankan relevansi hwatu dalam masyarakat Korea kontemporer, terutama di kalangan generasi muda yang mungkin kurang terpapar pada permainan tradisional. Selain itu, estetika kartu hwatu telah menginspirasi berbagai bentuk seni dan desain modern di Korea, semakin memperkokoh posisinya dalam lanskap budaya negara.

Kartu hwatu telah menginspirasi seniman era modern untuk menciptakan interpretasi dan adaptasi unik dari permainan tradisional ini. Seniman visual Estelle SO telah menghasilkan versi modern dari kartu hwatu yang mempertahankan bentuk dan pola dasar kartu tradisional Korea sambil menampilkan gaya artistik yang khas.

Kombinasi elemen tradisional dengan estetika kontemporer ini menunjukkan bagaimana hwatu terus berkembang dan tetap relevan dalam budaya Korea modern. Beberapa seniman bahkan telah memasukkan citra hwatu ke dalam karya seni bergaya Vanitas, menggabungkan tradisi seni Timur dan Barat. Interpretasi kreatif ini tidak hanya melestarikan warisan budaya tetapi juga memperkenalkan permainan kepada audiens baru, memastikan signifikansinya tetap hidup dalam seni dan masyarakat Korea.