
Haegeum adalah alat musik gesek tradisional Korea dengan dua senar yang dimainkan secara vertikal. Suaranya yang menyerupai vokal manusia telah menjadikan instrumen ini sebagai bagian penting dari musik Korea selama lebih dari seribu tahun. Berasal dari Tiongkok pada masa Dinasti Goryeo, haegeum kemudian diadaptasi sehingga menjadi instrumen khas Korea yang digunakan dalam musik istana, rakyat, hingga musik kontemporer.
Perkembangan Sejarah
Jejak awal haegeum dalam catatan sejarah Korea dimulai pada era Dinasti Goryeo (935–1392), ketika alat musik ini dibawa dari Tiongkok sebagai bagian dari pertukaran budaya Asia Timur. Pada masa itu, haegeum digunakan dalam musik istana dan sebagai pengiring dalam upacara keagamaan, terutama yang berhubungan dengan Buddhisme.

Perkembangannya berlanjut pesat pada era Raja Sejong (1397–1450) di Dinasti Joseon, ketika musik tradisional Korea mengalami standardisasi melalui sistem notasi jeongganbo. Haegeum menjadi bagian integral dari hyangak, yaitu musik yang menggabungkan unsur lokal dan Tiongkok kuno.
Haegeum menghadapi tantangan besar pada masa penjajahan Jepang (1910–1945). Kebijakan kolonial yang menekan identitas budaya Korea mengancam kelangsungan haegeum, namun para musisi dan akademisi tetap berusaha untuk mempertahankan teknik dan repertoar tradisional dari instrumen ini.
Memasuki abad ke-20, modernisasi dan pengaruh Barat sempat menggeser peran musik tradisional. Meskipun demikian, gerakan pelestarian gugak turut memperkenalkan kembali haegeum ke khalayak umum. Pemerintah dan lembaga budaya mulai mendokumentasikan serta mengajarkan teknik permainannya secara sistematis.
Material Haegeum
Haegeum unik karena dibuat dari delapan jenis bahan tradisional yang disebut paleum, yaitu logam, batu, sutra, bambu, labu, tanah liat, kulit, dan kayu. Badannya berbentuk silinder berongga, biasanya dari bambu atau kayu paulownia, dengan papan suara dari kayu paulownia berusia minimal 30 tahun.
Dua senar yang awalnya dibuat dari sutra kini lebih umum dibuat dengan nilon atau logam, disetel selang kuint sempurna (umumnya C4 dan G3). Busurnya terbuat dari rambut kuda yang diikat permanen di antara senar, memungkinkan kontrol nada dan warna suara melalui ketegangan busur.
Teknik Permainan
Haegeum dimainkan dengan posisi tegak di atas lutut kiri pemain, sambil menggerakkan busur secara horizontal. Teknik khasnya adalah yeokanbeop atau “teknik membalik busur,” dengan tarikan (danggim hwal) dan dorongan (mineun hwal).
Pemain menggunakan tangan kiri untuk menekan senar tanpa papan penekan, menuntut keakuratan pendengaran untuk menghasilkan intonasi yang tepat. Berbagai teknik lanjutan mencakup chuseong (menaikkan nada), toeseong (menurunkan nada), glissando, harmonik, hingga petikan perkusif.
Makna Budaya
Lebih dari sekadar alat musik, haegeum juga memiliki nilai spiritual dalam budaya Korea. Kemampuannya dalam meniru suara manusia membuatnya ideal untuk mengekspresikan han, atau emosi kompleks yang mencakup kesedihan, keteguhan, dan harapan. Dalam teori musik tradisional Korea, haegeum dikategorikan sebagai instrumen tiup karena kemampuannya menjaga kesinambungan suara, menjembatani peran antara instrumen tiup dan gesek.

Haegeum diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Penting Korea, dengan pengrajin seperti Goh Heung-gon yang mempertahankan metode pembuatan autentik dari instrumen ini sambil beradaptasi dengan panggung modern. Festival dan program pendidikan internasional terus mempopulerkan suaranya di kancah global.
Musisi Terkemuka
Kang Eun-il dikenal luas sebagai duta internasional haegeum melalui karya-karyanya yang menggabungkan musik tradisional dengan orkestra dan jazz.
Selain itu, karya Kim Young-jae seperti “Jomyeonggok” juga menunjukkan kemampuan haegeum dalam meniru suara alam. Repertoar tradisional seperti “Haegeum Sanjo” tetap menjadi ajang demonstrasi teknik dan ekspresi dari instrumen ini.
Haegeum telah menjadi simbol dari perjalanan sejarah musik Korea yang panjang, merefleksikan sejarah dan nilai dari kebudayaan ini. Dari istana Goryeo hingga panggung internasional, haegeum terus menghubungkan masa lalu dengan masa kini.