Geumgangsan: Permata Alam Korea

on in Culture

Geumgangsan, atau yang juga dikenal sebagai Gunung Kumgang, adalah salah satu pegunungan paling terkenal di Semenanjung Korea. Dengan ketinggian mencapai sekitar 1.638 meter, pegunungan yang berada di Kangwon, Korea Utara ini telah menjadi sumber inspirasi bagi seniman dan penyair Korea selama berabad-abad. Keindahan alamnya yang memukau serta warisan budaya Buddha yang kaya menjadikan Geumgangsan sebagai simbol penting dalam sejarah dan kebudayaan Korea.

Pegunungan ini telah menarik perhatian banyak wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, yang ingin merasakan keagungan alam serta makna spiritual yang terkandung di Geumgangsan.

Salah satu daya tarik utama dari Geumgangsan adalah Air Terjun Kuryong. Air terjun ini memiliki ketinggian 74 meter dan lebar 4 meter, mengalir dengan deras di atas tebing granit yang curam. Nama “Kuryong”, yang berarti “Sembilan Naga”, terinspirasi dari mitologi lokal yang memercayai bahwa ada sembilan naga yang tinggal di daerah tersebut untuk melindungi Geumgangsan.

Legenda ini turut menguatkan pesona Air Terjun Kuryong. Dikatakan bahwa naga-naga tersebut meninggalkan jejak mereka di lingkungan sekitar, dan air terjun yang mengalir deras dianggap sebagai simbol dari kekuatan mereka. Kolam yang berada di bawah air terjun, yang dikenal juga sebagai Danau Kuryong, dipercaya menjadi tempat kediaman dari para naga.

Kuryong Falls. Foto: Allen R Francis (Wikipedia)

Pengunjung dapat menikmati keindahan air terjun ini dari Kuryong Pavilion, sebuah platform observasi yang menawarkan pemandangan spektakuler. Bagi mereka yang mencari tantangan lebih, terdapat jalur pendakian sejauh 700 meter dari Jembatan Ryondam yang menuju ke Kuryong Rock, sebuah titik pandang dengan pemandangan yang luas. Dari titik ini, delapan danau besar yang dikenal sebagai Danau Pal Atas dapat terlihat dengan jelas.

Daerah sekitar Air Terjun Kuryong juga kaya akan keanekaragaman hayati. Kabut yang dihasilkan oleh air terjun menciptakan iklim mikro yang mendukung pertumbuhan dari beragam spesies tumbuhan dan hewan, menambah nilai ekologis dari air terjun ini. Nilai keindahan alam dan perannya bagi ekosistem menjadikan Kuryong Falls sebagai salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Geumgangsan.

Selain itu, Air Terjun Kuryong juga memainkan peran penting dalam karya seni dan sastra Korea. Air terjun ini sering menjadi subjek dalam berbagai lukisan dan puisi, sering kali menyoroti kemegahan dan legenda yang menyertainya. Keindahan air terjun ini menjadikannya simbol dari keindahan alami dan daya tarik mistis Geumgangsan, sekaligus memperkokoh posisinya sebagai salah satu harta nasional Korea.

Birobong Peak, yang merupakan puncak tertinggi di Geumgangsan dengan ketinggian sekitar 1.638 meter, menawarkan pemandangan yang memukau dari seluruh Pegunungan Geumgang. Terletak di bagian Dalam Geumgang, puncak ini menjadi batas alami antara bagian dalam dan luar pegunungan.

Puncak Birobong dikenal dengan jalur pendakian yang menantang, menarik perhatian para pendaki yang mencari petualangan di alam terbuka. Formasi granit yang unik memberikan siluet yang khas bagi puncak ini, dan pemandangan panoramik dari 12.000 puncak Geumgangsan membuat pendakian ke Birobong menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Geumgangsan. Foto: Clay Gilliland (Wikipedia)

Selain itu, Puncak Birobong juga memiliki nilai penting dalam ajaran Buddha di Korea. Di area sekitar puncak terdapat beberapa kuil Buddha kuno yang semakin menambah nilai spiritual dari kawasan pegunungan ini.

Bagi para wisatawan yang mendaki ke Puncak Birobong, perpaduan antara keindahan alam, makna budaya, dan tantangan fisik membuat perjalanan ini menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan saat mengunjungi Geumgangsan.

Geumgangsan telah menjadi tujuan ziarah budaya yang dihormati dalam sejarah Korea. Sejak periode Tiga Kerajaan (57 SM – 935 M), pegunungan ini memegang tempat istimewa dalam budaya Korea, menarik seniman, penyair, dan peziarah selama berabad-abad. Prajurit Hwarang dari Silla merupakan salah satu kelompok yang melakukan ziarah ke puncak-puncaknya.

Pada masa Dinasti Joseon (1392-1910), Geumgangsan menjadi pusat bagi ekspresi sastra dan seni. Banyak penulis dan penyair yang menciptakan karya-karya yang terinspirasi dari keindahan pegunungan ini. Salah satu contoh terkenal adalah Jo Seong-ha, keponakan Ratu Sinjeong Jo, yang melakukan perjalanan selama 43 hari ke Geumgangsan pada tahun 1865 dan mendokumentasikan pengalamannya dalam buku “Geumgangsangi” (金剛山記). Buku ini mendapatkan popularitas yang besar dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Pengaruh Geumgangsan tak hanya terbatas pada dalam negeri Korea saja. Pada tahun 1894, penulis asal Inggris Isabella Bird Bishop menggambarkan gunung ini sebagai “Diamond Mountain” dalam buku perjalanannya, menyoroti ketenaran internasional Geumgangsan. Pada masa kolonial Jepang, daya tarik Geumgangsan semakin meningkat dengan pembangunan Jalur Geumgangsan, jalur kereta listrik pertama di Semenanjung Korea.

Lukisan Gunung Kumgang oleh Jeong Seon (Gambar public domain)

Seniman telah lama tertarik pada Geumgangsan, dan terus berusaha menangkap esensinya dalam berbagai medium. Pelukis terkenal Jeong Seon (1676-1759) adalah pelopor gaya realistik dalam menggambarkan pegunungan ini. Teknik seperti sapuan kuas vertikal tajam untuk puncak dan sapuan horizontal pendek untuk dedaunan menjadi ciri khasnya. Pengaruhnya dapat dilihat dalam karya-karya seni selanjutnya yang menggabungkan berbagai lokasi dari berbagai area pegunungan dalam satu lukisan.

Ziarah budaya ini telah menghasilkan warisan artistik yang kaya, dengan Geumgangsan menjadi salah satu subjek yang paling sering digambarkan dalam seni Korea. Representasi pegunungan ini dalam lukisan, puisi, dan sastra tidak hanya melestarikan keindahannya bagi generasi berikutnya, tetapi juga berkontribusi pada statusnya sebagai simbol kebanggaan nasional dan identitas budaya bagi masyarakat Korea.

Geumgangsan berdiri sebagai simbol dari keindahan alam dan warisan budaya Korea, melampaui batas-batas politik. Pegunungan ini tidak hanya dikenal karena pemandangannya yang menakjubkan, tetapi juga karena pengaruhnya yang mendalam dalam seni dan sastra Korea. Kombinasi unik antara puncak yang terjal, air terjun yang mengalir deras, dan kuil kuno membuatnya mendapatkan julukan “Diamond Mountains”, yang mencerminkan nilai dari pegunungan ini dalam budaya Korea.

Meskipun akses ke Geumgangsan sempat dibatasi karena ketegangan geopolitik, daya tariknya tetap kuat di hati masyarakat Korea, baik di Utara maupun Selatan. Bukti dari daya tarik abadi ini dapat dilihat dalam berbagai representasi artistik dan karya yang terinspirasi oleh pegunungan ini sepanjang sejarahnya. Sebagai simbol keindahan alam dan kesatuan budaya, Geumgangsan tetap menjadi pengingat akan warisan bersama yang menghubungkan seluruh masyarakat Korea, serta menawarkan harapan untuk rekonsiliasi di masa depan.