Fenomena Not in Employment, Education, or Training (NEET) merujuk pada individu muda yang tidak sedang bekerja, menempuh pendidikan, ataupun mengikuti pelatihan vokasi. Saat ini, Korea Selatan menghadapi masalah NEET yang semakin dalam, dengan data menunjukkan peningkatan mengkhawatirkan dari jumlah dan proporsi pemuda yang termasuk dalam kategori ini.
Definisi NEET
Definisi NEET secara umum mencakup kaum muda dalam rentang usia 15 hingga 29 tahun yang tidak terdaftar dalam pendidikan formal ataupun program pelatihan, dan tidak memiliki pekerjaan berbayar setidaknya satu jam per minggu selama periode survei yang relevan. Kategori ini mencakup baik mereka yang menganggur (mencari pekerjaan) maupun mereka yang berada di luar angkatan kerja (tidak memiliki dan tidak sedang mencari pekerjaan).
NEET dianggap sebagai indikator yang lebih komprehensif dibandingkan angka pengangguran tradisional karena mampu menangkap dinamika dan tingkat keaktifan pemuda di pasar tenaga kerja.
Data dari Statistik Korea
Menurut Statistik Korea, jumlah pemuda NEET berusia 15 hingga 29 tahun yang tidak mencari pekerjaan mencapai 443.000 orang pada bulan Juli 2024, menunjukkan peningkatan sebesar 42.000 orang dari tahun sebelumnya. Saat ini, pemuda NEET mencakup 5,4 persen dari sekitar 8,15 juta populasi pemuda di Korea Selatan, sebuah kontras tajam dibandingkan kisaran 2 persen pada awal tahun 2010-an.
Peningkatan ini juga terlihat pada kelompok usia di bawah 30 tahun, di mana jumlah individu NEET lebih tinggi (sekitar 443.000 orang pada Juli) dibandingkan kelompok usia 30-an (288.000), 40-an (284.000), dan 50-an (384.000 orang). Data tahun 2024 ini menggarisbawahi bahwa masalah NEET di Korea Selatan terkonsentrasi pada populasi muda, yang memiliki implikasi jangka panjang bagi demografi dan ekonomi negara.
Perbandingan Internasional
Secara global, tingkat NEET di Korea Selatan relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Pada tahun 2021, tingkat NEET untuk kelompok usia 15-29 tahun di Korea Selatan mencapai 20%. Angka ini menempatkan Korea Selatan di peringkat ketiga tertinggi di antara 11 negara anggota utama Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pada tahun 2022, di mana pada tahun itu angka NEET di Korea Selatan mencapai angka 18,3 persen, jauh melampaui rata-rata OECD sebesar 12,6 persen.
Namun, yang lebih mengkhawatirkan dari angka ini adalah trennya. Sementara negara-negara OECD lainnya berhasil mengurangi populasi NEET mereka sejak tahun 2014, Korea Selatan justru terus mengalami peningkatan.
Profil Demografi NEET
Tingkat NEET di Korea Selatan cenderung lebih tinggi pada kelompok usia yang lebih tua dalam rentang 20-an akhir dibandingkan dengan remaja (15-19 tahun), sejalan dengan tren di sebagian besar negara OECD. Hal ini mencerminkan tantangan transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja yang lebih kompleks seiring dengan bertambahnya usia dan ekspektasi yang lebih tinggi.
Meskipun secara keseluruhan jumlah laki-laki yang tidak aktif secara ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita, persentase angka wanita yang tidak aktif secara ekonomi telah meningkat secara stabil selama satu dekade terakhir di Korea Selatan.
Pada kelompok usia 15 hingga 24 tahun, proporsi wanita yang tidak aktif meningkat dari 40 persen pada tahun 2015 menjadi 42,3 persen pada tahun 2024. Demikian pula, pada kelompok usia 25 hingga 34 tahun, angka wanita yang tidak aktif meningkat dari 35 persen menjadi 40,9 persen. Ini menunjukkan adanya tantangan spesifik yang dihadapi oleh wanita muda dalam memasuki atau tetap berada di angkatan kerja.
Tingkat Pendidikan
Salah satu aspek yang paling mencolok dari profil NEET di Korea Selatan adalah banyaknya individu dengan tingkat pendidikan tinggi. Lebih dari 4 juta lulusan perguruan tinggi di Korea Selatan, termasuk dari perguruan tinggi teknik, dikategorikan sebagai tidak aktif secara ekonomi pada paruh pertama tahun 2024. Peningkatan ini menandai angka enam bulanan tertinggi sejak tahun 1999, ketika pemerintah mulai mengumpulkan data terkait populasi tidak aktif secara ekonomi.
Persentase lulusan perguruan tinggi yang tidak mencari pekerjaan juga meningkat signifikan, dari 19,4 persen pada tahun 2015 menjadi 23,7 persen pada tahun 2024 untuk kelompok usia muda, dan dari 54,3 persen menjadi 58,8 persen untuk individu yang lebih tua. Yang lebih mengejutkan, 45% dari individu NEET di Korea Selatan memiliki gelar sarjana, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata OECD yang hanya 18%.
Faktor-faktor Penyebab Fenomena NEET
Fenomena NEET di Korea Selatan merupakan hasil interaksi kompleks antara faktor ekonomi makro, sistem pendidikan, budaya sosial, dan karakteristik individu.
Salah satu pendorong utama peningkatan NEET adalah kurangnya pekerjaan berkualitas. Sebanyak 42,9 persen dari pemuda NEET yang menyatakan ingin bekerja menyebutkan kurangnya peluang kerja yang berkualitas, terutama dalam hal kondisi kerja dan upah, sebagai alasan mereka tidak aktif mencari pekerjaan.
Ketidakcocokan pekerjaan (job mismatch) juga menjadi faktor krusial. Korea Selatan menghasilkan angkatan kerja yang sangat terdidik, namun pasar domestik belum berhasil untuk menghasilkan cukup lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan atau ambisi para pencari kerja. Posisi di konglomerat terkemuka (chaebol) sangat langka dan sangat kompetitif, sementara banyak pemuda enggan menerima pekerjaan bergaji rendah ataupun berisiko di perusahaan kecil atau menengah.
Selain itu, preferensi perusahaan terhadap pekerja berpengalaman semakin menghambat lulusan baru. Perusahaan cenderung merekrut pekerja berpengalaman daripada membuka rekrutmen untuk pencari kerja muda yang baru lulus universitas. Ini memperpanjang waktu yang dibutuhkan para lulusan untuk mendapatkan pekerjaan pertama mereka, dengan rata-rata 14 bulan pada Mei tahun ini, naik 1,7 bulan dari tahun sebelumnya.
Perlambatan ekonomi dan penurunan investasi juga berkontribusi pada masalah ini. Ketika investasi swasta menurun dan pengeluaran konsumen berkurang, perusahaan cenderung mengurangi perekrutan, yang pada akhirnya mengurangi jumlah peluang kerja yang baik. Hal ini menciptakan lingkaran setan di mana golongan muda semakin sulit menemukan pekerjaan yang diinginkan, yang dapat menyebabkan mereka menyerah dalam pencarian kerja.
Faktor Sosial Budaya
Salah satu hal yang mengkhawatirkan adalah banyak pemuda NEET menunjukkan kurangnya motivasi untuk mencari pekerjaan. Sebanyak 75,6 persen dari populasi NEET pemuda menjawab ‘tidak’ ketika ditanya apakah mereka ingin bekerja. Alasan umum untuk “mengambil jeda” meliputi kurangnya keinginan untuk mencari pekerjaan (38,1%), fokus pada pendidikan dan pengembangan diri (35%), kelelahan (27,2%), dan masalah psikologis (25%). Penurunan kemauan untuk bekerja ini mengindikasikan bahwa periode status tidak aktif dapat berlangsung lebih lama, memperburuk masalah NEET.
Selain itu, biaya hidup yang tinggi di Korea Selatan, ditambah dengan budaya kerja yang berat, berkontribusi pada penurunan angka kelahiran dan penundaan pernikahan atau bahkan pilihan untuk tidak menikah sama sekali. Meskipun tidak secara langsung menyebabkan status NEET, masalah demografi ini mencerminkan tekanan ekonomi dan sosial yang luas yang dapat memengaruhi keputusan pemuda terkait pekerjaan dan masa depan. Stigma sosial terhadap profesi tertentu juga menghalangi pemuda untuk mengejar bidang-bidang tersebut, memperparah masalah pengangguran.
Fenomena NEET di Korea Selatan semakin memprihatinkan. Peningkatan jumlah NEET dipicu oleh kurangnya pekerjaan berkualitas, ketidakcocokan antara keterampilan lulusan dan kebutuhan pasar, preferensi perusahaan terhadap pekerja berpengalaman, serta perlambatan ekonomi. Selain itu, faktor sosial budaya turut memperparah kondisi ini, menciptakan tantangan multidimensional bagi masa depan ekonomi dan sosial Korea Selatan.