Dongui Bogam: Warisan Medis Tradisional Korea

on in History

Dongui Bogam (동의보감) adalah sebuah teks medis asal Korea yang disusun oleh Heo Jun di bawah perintah Raja Seonjo pada tahun 1610. Teks ini telah diakui dunia karena kontribusinya yang signifikan terhadap sejarah dan praktik pengobatan tradisional di Asia Timur. Dongui Bogam memadukan pengetahuan medis dari Korea dan Tiongkok, yang kemudian mendapat pengakuan UNESCO sebagai Memory of the World pada tahun 2009.

Proses penyusunan Dongui Bogam berlangsung lebih dari satu dekade dan dipengaruhi oleh berbagai peristiwa sejarah. Pekerjaan ini dimulai pada tahun 1596, ketika Raja Seonjo memerintahkan para tabib utama Naeuiwon, atau klinik kerajaan, untuk menyusun teks medis yang komprehensif. Heo Jun menjadi pemimpin utama dalam proyek ini.

Sayangnya, penyusunan tersebut terhenti sementara akibat invasi Jepang pada tahun 1597. Setelah perang berakhir, Heo Jun melanjutkan pekerjaannya dan pada tahun 1600, ia diangkat menjadi tabib utama Naeuiwon, yang memungkinkan Heo Jun memiliki lebih banyak sumber daya untuk menyelesaikan proyek ini.

Namun, posisinya sebagai tabib utama tidak selalu aman. Ketika Raja Seonjo wafat pada tahun 1608, Heo Jun dituduh bertanggung jawab atas kematian raja, yang mengakibatkan ia diasingkan ke Ulju. Meskipun demikian, ia tetap melanjutkan penulisan teks tersebut. Pada tahun 1609, Raja Gwanghaegun, penerus Raja Seonjo, memulihkan posisi Heo Jun di istana, sebuah langkah yang kontroversial dan penuh penolakan dari para pejabat kerajaan. Berkat dukungan ini, Heo Jun berhasil menyelesaikan Dongui Bogam pada tahun 1610 setelah bekerja keras selama 15 tahun.

Potret Heo Jun. (Gambar public domain)

Edisi pertama Dongui Bogam dicetak oleh pemerintah Joseon pada tahun 1613. Edisi ini kini disimpan di Perpustakaan Nasional Korea dan menjadi bukti penting dari nilai historisnya. Tak lama setelah diterbitkan, Dongui Bogam mulai dikenal di luar Korea. Buku ini dipublikasikan di beberapa negara, termasuk Tiongkok, Jepang, dan Vietnam, dan segera diakui sebagai salah satu karya klasik dalam bidang pengobatan Timur.

Selama berabad-abad, Dongui Bogam dicetak ulang berkali-kali di Korea dan negara-negara lain. Edisi pertama di Tiongkok diterbitkan pada tahun 1763, disusul edisi berikutnya pada tahun 1796 dan 1890. Di Jepang, edisi pertama terbit pada tahun 1724, dan edisi lainnya rilis pada tahun 1799. Publikasi internasional ini menunjukkan betapa berpengaruhnya teks ini dalam sejarah medis dan kesehatan di Asia Timur.

Heo Jun meninggalkan warisan medis yang jauh melampaui Dongui Bogam itu sendiri. Sebagai seorang tabib kerajaan, Heo Jun berupaya agar pengetahuan medis dapat diakses oleh masyarakat umum. Ia menggunakan aksara hangul yang lebih sederhana dalam karyanya dibandingkan dengan hanja yang rumit. Dalam penulisan karyanya, Heo Jun memadukan praktik medis tradisional Korea dengan pengetahuan medis dari Tiongkok, serta mengintegrasikan pengalaman klinis dan pengamatan pribadinya sendiri.

Daftar isi dari Dongui Bogam. (Foto public domain)

Dongui Bogam juga menekankan pentingnya perawatan preventif dan menjaga keseimbangan tubuh, serta menuliskan tentang konsep keterhubungan antara organ tubuh dengan penyakit. Selain itu, buku ini juga menyertakan penggunaan bahan alami yang mudah ditemukan, membuat pengobatan lebih terjangkau oleh masyarakat umum. Hingga hari ini, banyak formula herbal dan metode perawatan yang diuraikan oleh Heo Jun masih digunakan dalam praktik medis Korea.

Dongui Bogam memberikan perhatian khusus pada teknik akupunktur, yang merupakan bagian penting dalam pengobatan tradisional Korea. Bab “Chimgupyeon” (침구편) secara rinci membahas berbagai prosedur akupunktur untuk mengobati penyakit dan gangguan kesehatan. Pendekatan Heo Jun terhadap akupunktur mencakup penggunaan titik Lima Shu dan hubungannya dengan teori Lima Elemen, serta integrasi konsep “tonifikasi dan sedasi” untuk menguatkan atau mengurangi aliran energi dalam tubuh.

Buku ini juga memperkenalkan metode “Empat Jarum”, yang menggunakan siklus penciptaan dan pengendalian untuk memilih titik akupunktur yang tepat. Teknik-teknik ini sangat memengaruhi perkembangan akupunktur khas Korea, seperti akupunktur Saam yang muncul pada abad ke-17.

Dongui Bogam memiliki pengaruh besar yang bertahan lama dalam pengobatan tradisional Korea. Pengaruh ini dapat dilihat pada beberapa aspek, seperti pendekatan holistik terhadap kesehatan, yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial. Perspektif ini sejalan dengan definisi kesehatan modern oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mencerminkan sifat Dongui Bogam yang revolusioner. Pendekatan ini tetap menjadi landasan utama dalam praktik pengobatan tradisional Korea.

Potret Raja Seonjo. (Gambar public domain)

Prinsip perawatan preventif yang diuraikan Heo Jun masih menjadi bagian fundamental dalam pengobatan Korea. Dongui Bogam memperkenalkan konsep “pengobatan preventif” dan “perawatan kesehatan oleh negara”, ide-ide yang revolusioner pada abad ke-17. Selain itu, teks ini juga berhasil menyatukan pengetahuan medis yang telah terkumpul selama dua milenia di Asia Timur dengan sistem yang rapi, menjadikannya referensi standar bagi pengobatan tradisional Korea.

Penggunaan hangul dalam teks, bahasa yang sederhana, dan fokus pada bahan-bahan yang mudah didapat menjadikan Dongui Bogam mudah diakses oleh masyarakat umum, mengurangi kesenjangan akses terhadap perawatan kesehatan. Dalam dunia pendidikan, Dongui Bogam telah menjadi teks inti bagi para praktisi pengobatan Korea sejak penerbitannya dan masih menjadi dasar bagi penelitian modern dalam berbagai bidang, seperti diagnosa dan bahan obat.

Dongui Bogam diakui sebagai Memory of the World oleh UNESCO pada tahun 2009, yang menggarisbawahi nilai sejarah dan budaya dari karya ensiklopedis ini serta pengaruhnya dalam pengetahuan medis di Asia Timur. Namun, pengakuan ini juga menimbulkan beberapa kontroversi. Asosiasi Medis Korea memperingatkan bahwa pengakuan UNESCO seharusnya dipahami sebagai penghargaan terhadap nilai historis buku ini, bukan sebagai dukungan terhadap efektivitas pengobatan tradisional. Pernyataan ini mencerminkan debat yang terus berlangsung di kalangan medis mengenai peran dan validitas praktik tradisional dalam sistem kesehatan modern.

Meskipun Dongui Bogam berasal dari abad ke-17, pengaruhnya tetap terasa hingga saat ini, baik dalam dunia pengobatan maupun budaya Korea. Di Korea Selatan, buku ini masih menjadi teks dasar dalam pendidikan dan praktik pengobatan tradisional. Banyak inisiatif penelitian saat ini, termasuk dalam bidang diagnosa dan bahan obat, yang terinspirasi oleh teks dari Dongui Bogam.

Dampak budaya karya ini juga meluas di luar bidang medis. Pada tahun 2013, memperingati 400 tahun penerbitannya, pemerintah Korea Selatan membentuk komisi khusus untuk mempromosikan Dongui Bogam, termasuk upaya untuk membuat edisi baru. Buku ini juga menginspirasi media populer, menjadi sumber bagi drama sejarah dan dokumenter tentang Korea abad ke-17.

Dongui Bogam tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya Korea, tidak hanya sebagai sumber pengetahuan medis tetapi juga sebagai simbol budaya yang mendefinisikan identitas dan perkembangan ilmu kesehatan di Korea. Pengakuannya oleh UNESCO dan penggunaannya yang berkelanjutan dalam dunia medis menunjukkan betapa besarnya pengaruh teks ini, baik sebagai warisan budaya maupun sebagai dasar bagi penelitian medis modern.