Bahasa Isyarat Korea (Korean Sign Language/KSL) secara resmi diakui sebagai salah satu dari dua bahasa resmi di Korea Selatan pada tahun 2015. Sebagai sarana komunikasi utama bagi ratusan ribu penyandang tuli di negara tersebut, KSL memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perjuangan komunitas tunarungu untuk pengakuan dan hak-hak mereka.
Awal Mula dan Perkembangan KSL
Sejarah KSL bermula pada akhir abad ke-19, tepatnya pada tahun 1889, ketika sekolah pertama bagi penyandang tuli didirikan di Korea. Peristiwa ini menjadi langkah awal dalam memberikan pendidikan formal kepada komunitas tuli sekaligus menjadi dasar bagi pengembangan bahasa isyarat yang terstandar di negara tersebut.
Selama masa kolonial Jepang (1910-1945), KSL dipengaruhi oleh Bahasa Isyarat Jepang. Pengaruh ini menyebabkan adanya kemiripan antara kedua bahasa, yang juga terlihat pada Bahasa Isyarat Taiwan. Kesamaan tersebut mencerminkan sejarah kolonial yang dialami bersama oleh ketiga negara. Setelah Perang Dunia II, KSL berkembang secara independen dan mengadopsi karakteristik serta strukturnya tersendiri. Namun, pengakuan resmi baru datang pada akhir 2015, ketika KSL diakui sebagai bahasa resmi oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan.
Undang-Undang Bahasa Isyarat Korea yang disahkan pada tahun 2016 semakin memperkuat status KSL. Undang-undang ini mengharuskan pemerintah pusat dan daerah menyediakan layanan penerjemahan bagi penyandang tuli, yang semakin meningkatkan aksesibilitas dalam berbagai sektor publik. Selain itu, upaya untuk menstandarkan dan mendokumentasikan KSL terus dilakukan dengan bantuan dari Institut Bahasa Korea Nasional (National Institute of Korean Language/NIKL).
Struktur dan Karakteristik KSL
KSL adalah bahasa yang mandiri dengan struktur tata bahasa yang berbeda dari Bahasa Korea lisan. Bahasa ini menggunakan kombinasi gerakan tangan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh untuk menyampaikan makna.
Sebagai bahasa yang berkembang secara alami di komunitas tunarungu, KSL memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari Bahasa Isyarat Korea yang Diderivasi dari Bahasa Lisan (Korean Sign Language Derived from Spoken Language/KSDSL). Sesuai namanya, KSDSL merupakan representasi isyarat dari Bahasa Korea lisan, berbeda dengan KSL yang memiliki tata bahasa dan struktur yang sepenuhnya otonom.
Hubungan historis antara KSL dengan Bahasa Isyarat Jepang dan Taiwan dapat dilihat dari beberapa kemiripan, yang merupakan hasil dari pengaruh kolonial pada masa lalu. Namun, KSL tetap mempertahankan identitasnya sebagai bahasa yang unik dan terus berkembang di bawah pengaruh budaya dan kebutuhan komunitas tuli di Korea.
Tantangan dalam Implementasi
Meskipun telah mendapat pengakuan resmi, berbagai tantangan masih dihadapi dalam penerapan KSL secara luas. Salah satu masalah utama adalah kualitas penerjemahan dalam sektor publik dengan kualitas yang sering kali tidak memenuhi ekspektasi. Hal ini menghambat komunikasi efektif bagi penyandang tuli. Selain itu, integrasi KSL dalam sistem pendidikan masih memerlukan perhatian lebih untuk memastikan akses yang setara bagi siswa tunarungu.
Kritik juga muncul terhadap sumber daya yang dikembangkan oleh pemerintah, yang dianggap tidak selalu merefleksikan penggunaan bahasa dalam komunitas tuli. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan program pelatihan yang lebih komprehensif bagi guru dan penerjemah KSL serta peningkatan literasi KSL di masyarakat umum.
Representasi di Media
Penggambaran KSL di media juga menjadi sorotan, seperti dalam drama MBC berjudul When the Phone Rings (“지금 거실 전화는”) yang tayang perdana pada 22 November 2024. Drama ini menampilkan karakter Hong Hee-joo, seorang penerjemah bahasa isyarat dengan mutisme selektif. Namun, dalam salah satu adegan, penggunaan KSL dianggap tidak akurat dan bahkan diparodikan. Insiden ini memicu kritik keras dari komunitas tuli yang merasa bahwa bahasa mereka tidak dihormati.
Produser drama tersebut akhirnya mengeluarkan permintaan maaf resmi, berjanji untuk lebih menghargai sensitivitas terkait representasi KSL di masa mendatang. Kasus ini menunjukkan pentingnya konsultasi dengan komunitas tuli dalam produksi media untuk memastikan penggambaran yang autentik dan akurat.
Masa Depan KSL
Sebagai salah satu dari dua bahasa resmi Korea Selatan, KSL memiliki peran penting dalam membangun inklusivitas bagi komunitas tunarungu. Upaya untuk meningkatkan aksesibilitas, kualitas penerjemahan, dan pelatihan terus dilakukan. Dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan masyarakat, KSL memiliki peluang besar untuk berkembang lebih jauh sebagai bahasa yang tidak hanya menjadi sarana komunikasi saja, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya dan kebanggaan komunitas tuli di Korea Selatan.