Patbingsu, es serut khas Korea yang sangat digemari, memiliki sejarah panjang yang berakar pada masa Dinasti Joseon. Hidangan menyegarkan ini kini menjadi ikon musim panas yang dinikmati di seluruh Korea dan bahkan di luar negeri. Menggabungkan es serut halus dengan berbagai topping manis, patbingsu terus berkembang hingga hari ini dengan variasi rasa yang unik.
Patbingsu bermula dari tradisi kuliner Asia kuno yang dapat ditelusuri hingga ke Tiongkok sekitar 3000 SM. Di masa itu, orang mengumpulkan salju dalam mangkuk dan menambahkannya dengan madu serta buah. Tradisi ini kemudian masuk ke Korea selama Dinasti Joseon (1392-1897). Pada masa itu, para pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas “kotak es kerajaan” memotong es dan menyajikannya dengan buah. Praktik ini menjadi dasar bagi patbingsu yang kita kenal sekarang. Es yang digunakan pada zaman itu biasanya diambil dari sungai yang membeku di musim dingin dan disimpan dalam ruang es bawah tanah yang disebut “seokbinggo” (석빙고) untuk digunakan pada musim panas.
Penambahan kacang merah manis, yang memberikan patbingsu nama dan cita rasanya yang khas, diperkirakan terjadi pada awal abad ke-20. Inovasi ini mengubah hidangan ini menjadi salah satu sajian khas Korea. Nama “patbingsu” secara harfiah berarti “es serut kacang merah,” mencerminkan bahan penting dari hidangan ini.
Evolusi Patbingsu
Perang Korea (1950-1953) menjadi titik balik penting dalam evolusi patbingsu. Masuknya pengaruh asing, terutama dari Amerika Serikat, memperkenalkan bahan dan metode pengolahan yang baru. Selama periode ini, patbingsu mulai menggabungkan elemen seperti es krim, koktail buah, dan bahkan pewarna makanan buatan.
Pada tahun 1970-an, penambahan krim kocok dan ceri maraschino semakin mencerminkan pengaruh kuliner Barat. Seiring dengan semakin meluasnya penggunaan kulkas, ketersediaan patbingsu meningkat, dan hidangan ini beralih dari jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima menjadi sajian utama di kafe dan restoran.

Saat ini, patbingsu tetap menjadi hidangan musim panas yang sangat digemari di Korea, dengan berbagai variasi tersedia untuk memenuhi berbagai selera. Meskipun beberapa orang lebih menyukai versi tradisional dengan kacang merah, tidak sedikit pula yang menikmati patbingsu modern dengan beragam topping dan rasa. Evolusi berkelanjutan patbingsu mencerminkan adaptabilitas kuliner Korea dan kemampuannya untuk menggabungkan elemen tradisional dengan pengaruh kontemporer, menjadikannya simbol sejarah budaya negara tersebut.
Bahan Tradisional dan Modern
Patbingsu telah mengalami perkembangan signifikan dari waktu ke waktu, menggabungkan bahan tradisional Korea dan rasa internasional era modern. Versi klasik, yang dikenal sebagai patbingsu, menyajikan es serut yang ditaburi pasta kacang merah manis (pat) sebagai bahan utamanya. Kombinasi ini sudah ada sejak awal abad ke-20 dan masih populer hingga sekarang.
Bahan tradisional yang sering digunakan antara lain adalah tteok (떡), kue beras kenyal yang menambah tekstur dan rasa manis halus; misutgaru (미숫가루), bubuk biji-bijian panggang yang memberikan cita rasa seperti kacang; dan susu kental manis untuk menambah rasa manis. Seiring dengan meningkatnya popularitas patbingsu dan pengaruh asing setelah Perang Korea, bahan-bahan baru diperkenalkan, seperti buah segar (stroberi, kiwi, blueberry, dan lainnya), es krim (biasanya rasa vanilla atau kacang merah), krim kocok, dan sereal sarapan (seperti cornflakes) untuk menambah tekstur renyah.
Variasi modern telah memperluas profil rasa bingsu, melampaui cita rasa kacang merah dari versi tradisional. Beberapa rasa kontemporer yang populer termasuk teh hijau (nokcha-bingsu), stroberi (ttalgi-bingsu), cokelat (choko-bingsu), mangga, kopi, dan yogurt. Banyak kafe dan toko makanan penutup sekarang menawarkan kombinasi serta topping yang unik, seperti oreo, injeolmi (bubuk kedelai panggang), melon, biji wijen hitam, dan bingsu dengan keju.

Dasar hidangan ini juga telah berkembang. Meskipun umumnya dibuat dengan es serut biasa, banyak versi modern menggunakan es berbasis susu (ooyu bingsu) untuk tekstur yang lebih creamy. Beberapa tempat bahkan menawarkan alternatif non-susu untuk memenuhi berbagai preferensi diet. Variasi bahan dan rasa dari bingsu mencerminkan kemampuan hidangan ini untuk beradaptasi dan menggabungkan elemen tradisional Korea serta pengaruh internasional, menjadikan patbingsu sebagai sajian yang terus berkembang dan digemari dalam kuliner Korea.
Makna Budaya
Selain menjadi hidangan penutup yang menyegarkan, patbingsu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya musim panas dan interaksi sosial di Korea. Popularitasnya memuncak selama bulan-bulan musim panas yang lembap, biasanya pada bulan Juni hingga Agustus, ketika hidangan ini menjadi penyegar yang digemari oleh semua kalangan. Kemunculan patbingsu di kafe, restoran, dan bahkan kios pinggir jalan menandai kedatangan musim panas di Korea, mirip dengan truk es krim di negara-negara Barat.
Patbingsu juga berfungsi sebagai katalis sosial, menyatukan orang-orang. Tidak jarang teman, keluarga, dan pasangan berkumpul untuk berbagi semangkuk besar patbingsu. Aspek komunal dalam menikmati patbingsu ini memperkuat ikatan sosial dan menciptakan pengalaman bersama, menjadikannya bagian integral dari budaya sosial Korea.
Evolusi hidangan ini juga mencerminkan sejarah dan perubahan budaya Korea. Penambahan bahan Barat seperti es krim dan koktail buah setelah Perang Korea melambangkan peningkatan pengaruh internasional terhadap budaya Korea. Inovasi berkelanjutan dalam rasa dan topping menunjukkan kemampuan Korea untuk beradaptasi dan menggabungkan elemen tradisional dengan tren modern.
Patbingsu juga memiliki nilai nostalgia bagi banyak warga Korea. Generasi yang berbeda mengaitkan hidangan ini dengan variasi spesifik yang populer pada masa muda mereka. Misalnya, beberapa warga Korea yang lebih tua mungkin mengenang patbingsu sederhana yang dijual oleh pedagang kaki lima sebelum kulkas tersebar luas, sementara mereka yang tumbuh pada tahun 1970-an mungkin mengenang patbingsu yang ditaburi krim kocok dan ceri maraschino.
Dalam dunia kuliner, patbingsu berfungsi sebagai kanvas untuk kreativitas dan inovasi. Koki dan kafe terus bereksperimen dengan rasa dan presentasi baru, mengubah hidangan es serut yang sederhana menjadi karya seni. Inovasi kuliner ini mencerminkan sifat dinamis dari kuliner Korea.
Patbingsu menjadi lebih dari sekadar hidangan penutup, hidangan ini juga menjadi fenomena budaya yang mencerminkan sejarah Korea, kebiasaan sosial, inovasi kuliner, dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan.