
Terletak di Suwon, Korea Selatan, Benteng Hwaseong adalah salah satu situs Warisan Dunia UNESCO yang dibangun pada akhir abad ke-18. Benteng ini menggambarkan perpaduan antara arsitektur militer Timur dan Barat yang inovatif di masanya. Didirikan antara tahun 1794 hingga 1796 di bawah perintah Raja Jeongjo dari Dinasti Joseon, benteng ini mencakup wilayah sepanjang hampir 6 kilometer dan melingkupi sebagian besar pusat kota Suwon. Pembangunan benteng ini tidak hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan, tetapi juga menjadi simbol kekuatan baru di luar ibu kota Seoul.
Asal Usul Benteng Hwaseong
Sejarah Hwaseong tidak dapat dipisahkan dari kisah tragis Pangeran Sado dan bakti Raja Jeongjo kepada ayahnya. Pada tahun 1762, Pangeran Sado dihukum mati oleh ayahnya, Raja Yeongjo, dengan cara dikurung dalam peti beras karena perilakunya yang dianggap tidak stabil dan berbahaya.
Peristiwa ini meninggalkan dampak yang sangat mendalam pada putra Pangeran Sado, yaitu Jeongjo, yang kemudian naik takhta pada tahun 1776. Sebagai bentuk penghormatan kepada ayahnya, Raja Jeongjo memutuskan untuk memindahkan makam Pangeran Sado dari Yangju ke Suwon pada tahun 1789. Selain sebagai bentuk bakti kepada orang tuanya, pemindahan makam ini juga merupakan langkah strategis untuk menghindari perselisihan politik di Seoul.
Pembangunan Benteng Hwaseong dimulai pada tahun 1794 dan selesai hanya dalam waktu dua setengah tahun. Proyek ini diawasi oleh Jeong Yak-yong, seorang cendekiawan gerakan Silhak yang dikenal dengan pemikirannya yang praktis.
Dalam pembangunannya, Jeong Yak-yong menggunakan teknik-teknik canggih, menggabungkan inovasi yang bersumber dari Timur dan Barat. Raja Jeongjo juga menunjukkan kepeduliannya terhadap para pekerja dengan memberikan Cheokseodan, ramuan tradisional untuk mencegah kelelahan akibat panas selama musim panas yang terik. Benteng ini mencakup area seluas 130 hektar dengan dinding sepanjang 5,74 kilometer, dan kota di dalamnya dirancang secara cermat sesuai dengan visi Raja Jeongjo untuk tata kota yang ideal.
Penglihatan Strategis Raja Jeongjo
Hwaseong dibangun bukan hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap ayahnya, tetapi juga sebagai bagian dari rencana ambisius Raja Jeongjo. Salah satu tujuan utama pendirian benteng ini adalah untuk membuat basis kekuatan politik baru di luar Seoul, yang pada saat itu dipenuhi dengan perselisihan antar faksi. Selain itu, benteng ini juga berfungsi sebagai benteng pertahanan untuk melindungi jalur selatan menuju ibu kota dan untuk mengembangkan Suwon sebagai pusat ekonomi yang potensial, bahkan sebagai calon ibu kota baru.

Dengan menggabungkan fungsi militer, administratif, dan komersial, Hwaseong mencerminkan visi Raja Jeongjo untuk menciptakan kota modern yang memperkuat otoritas kerajaan, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi. Pembangunan benteng ini juga memberikan kesempatan kepada Raja Jeongjo untuk menunjukkan kemurahan hatinya dengan memberikan upah yang adil kepada para pekerja serta mengabadikan nama mereka dalam struktur benteng.
Inovasi Arsitektural Benteng Hwaseong
Hwaseong mengintegrasikan beberapa fitur dan teknik arsitektur yang inovatif, membedakannya dari benteng-benteng lain di Korea pada masa itu. Benteng ini menggabungkan desain benteng tradisional Korea, Tiongkok, dan Eropa, termasuk penggunaan batu bata sebagai material tambahan, yang meningkatkan daya tahan dan efisiensi konstruksi. Penggunaan peralatan konstruksi seperti derek dan katrol juga mempercepat proses pembangunan.
Selain itu, Benteng Hwaseong juga dilengkapi dengan berbagai struktur pertahanan seperti pintu air, menara pengintai, gerbang rahasia, dan bastion (selekoh) senjata api. Benteng artileri berbentuk bundar serta platform pemanah yang unik semakin memperkuat pertahanan dari Hwaseong. Sistem komunikasi yang menggunakan sinyal asap dari menara api turut menambah efektivitas komunikasi militer di dalam benteng.
Signifikansi Budaya Benteng Hwaseong
Hwaseong memiliki makna budaya yang sangat besar bagi Korea Selatan. Selain menjadi benteng pertahanan, benteng ini juga menjadi perwujudan ideal budaya dan filosofi Korea pada akhir abad ke-18. Benteng Hwaseong mencerminkan gerakan Silhak, sebuah tren intelektual yang menekankan pada pembelajaran praktis dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keputusan Raja Jeongjo untuk menggunakan tenaga kerja yang dibayar dan tidak menggunakan sistem kerja paksa adalah langkah progresif yang mencerminkan prinsip-prinsip Silhak mengenai reformasi sosial.
Desain Hwaseong menggabungkan estetika tradisional Korea dengan fungsi militer. Meskipun memiliki tujuan defensif, dinding benteng dirancang agar tetap menarik secara visual, dengan lengkungan yang anggun dan menara pengawas yang elegan. Benteng ini juga berperan penting dalam melestarikan warisan budaya Korea. Dokumentasi rinci pembangunannya tertulis dalam Hwaseong Seongyeok Uigwe, sebuah catatan komprehensif tentang desain dan proses pembangunan benteng ini. Catatan ini tentunya menjadi sumber berharga bagi upaya restorasi dan penelitian sejarah.
Hwaseong juga menjadi simbol ketahanan dan pelestarian identitas budaya Korea. Meskipun mengalami kerusakan parah selama periode kolonial Jepang dan Perang Korea, benteng ini telah direstorasi dengan seksama, menunjukkan komitmen Korea dalam mempertahankan warisan sejarahnya.
Di masa kini, Hwaseong berfungsi sebagai museum hidup dan pusat budaya, dengan berbagai acara reenactment (peragaan ulang) dan pertunjukan tradisional yang sering diadakan di tempat ini. Festival Budaya Hwaseong Suwon yang diadakan setiap tahun turut merayakan warisan benteng ini melalui demonstrasi seni bela diri, musik tradisional, dan parade sejarah.
Menjelajahi Hwaseong
Mengunjungi Benteng Hwaseong dapat memberikan pengalaman yang unik, memadukan eksplorasi sejarah dengan pemandangan indah. Benteng ini mudah diakses dari Seoul, menjadikannya destinasi ideal untuk perjalanan sehari.

Benteng Hwaseong berlokasi di 190, Yeonmu-dong, Jangan-gu, Suwon-si, Gyeonggi-do, Korea Selatan. Benteng ini buka setiap hari dari pukul 09.00 hingga 18.00, dengan jam operasional yang berbeda tergantung pada musim. Tiket masuk ke benteng ini seharga 1,000 KRW untuk dewasa dan 500 KRW untuk anak-anak. Pengunjung juga dapat menikmati fasilitas lain seperti tur kereta wisata dengan biaya tambahan.
Beberapa daya tarik utama di dalam benteng ini di antaranya adalah empat gerbang utama, yaitu Janganmun di utara, Paldalmun di selatan, Hwaseomun di barat, dan Changnyongmun di timur. Selain itu, terdapat juga Hwahongmun, pintu air di utara dengan paviliun yang indah, serta Hwaseong Haenggung Palace, sebuah istana sementara yang telah direkonstruksi di dalam dinding benteng. Bagi pengunjung yang ingin menikmati pengalaman lebih santai, tersedia kereta wisata yang dirancang menyerupai kendaraan kerajaan untuk tur nyaman ke atraksi-atraksi utama.
Hwaseong adalah bukti kepemimpinan visioner Raja Jeongjo dan kehebatan teknologi Korea pada akhir abad ke-18. Perpaduan arsitektur militer Timur dan Barat, ditambah dengan teknik konstruksi yang inovatif, menjadikannya salah satu keajaiban pada masanya. Benteng ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana pertahanan dan tujuan politik, tetapi juga menjadi simbol kebangkitan budaya dan pembelajaran praktis di era Dinasti Joseon.
Saat ini, Hwaseong tetap memikat pengunjung dengan struktur-strukturnya yang terawat baik dan nilai sejarahnya yang kaya. Statusnya sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO menekankan pentingnya benteng ini di tingkat global sebagai landmark budaya.