Hanji adalah kertas tradisional Korea yang telah digunakan selama lebih dari 1.500 tahun. Terbuat dari kulit bagian dalam pohon mulberry (dak), hanji terkenal akan daya tahan dan kegunaannya yang luar biasa. Dalam sejarahnya, kertas ini digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari dokumen resmi hingga barang-barang rumah tangga. Tidak mengherankan jika hanji mendapat julukan “kertas kehidupan” dalam tradisi Korea. Artikel ini akan mengeksplorasi lebih dalam tentang asal-usul, teknik pembuatan, serta aplikasi modern dari hanji.
Asal-usul dan Evolusi Hanji
Sejarah hanji bermula lebih dari 1.500 tahun yang lalu, diperkirakan antara abad ke-3 dan ke-6 Masehi, setelah pembuatan kertas diperkenalkan oleh Tiongkok. Contoh awal dari hanji ditemukan di makam periode Lelang (108 SM – 313 M). Pada masa Tiga Kerajaan (57 SM – 668 M), produksi hanji berkembang pesat, dan tiap kerajaan menggunakan kertas ini untuk mencatat sejarah resmi mereka. Hanji mencapai puncak kejayaannya pada periode Goryeo (918 – 1392), saat kertas ini mulai mendapat kepopuleran di seluruh Asia karena kekuatan dan kilauannya.
Pada periode Joseon (1392 – 1910), hanji mulai masuk ke dalam kehidupan sehari-hari, digunakan untuk buku dan barang-barang rumah tangga lainnya. Namun, pada tahun 1884, metode pembuatan kertas dari Barat mulai diperkenalkan dan menyebabkan penurunan produksi hanji. Meski demikian, upaya untuk melestarikan dan menghidupkan kembali warisan budaya ini terus dilakukan hingga hari ini.
Teknik Pembuatan Hanji
Salah satu teknik khas dalam pembuatan hanji tradisional adalah metode We Bal. Teknik ini melibatkan penggunaan layar bambu yang digantung dengan satu tali, yang dicelupkan berulang kali ke dalam bak berisi campuran serat mulberry dan air. Pengrajin kertas menggerakkan layar tersebut ke depan dan ke belakang dengan gerakan terampil sehingga serat-seratnya terjalin rapat dan membentuk lembaran kertas yang kuat.
Teknik ini menghasilkan kertas dengan serat yang terdistribusi merata tanpa orientasi dominan, menjadikannya lebih tahan lama dibandingkan dengan kertas yang dibuat dengan metode lain. Meskipun proses ini memerlukan keterampilan dan pengalaman yang tinggi, hasilnya adalah kertas yang mampu bertahan hingga lebih dari 1.000 tahun.
Material Pembuatan Hanji
Pohon dak, atau dikenal sebagai pohon mulberry, merupakan bahan utama pembuatan hanji. Pohon ini dibudidayakan secara khusus untuk kulit bagian dalamnya, yang kemudian diproses menjadi serat berkualitas tinggi untuk membuat kertas. Dak biasanya ditanam di lahan yang memiliki drainase baik dan mendapatkan sinar matahari cukup. Proses panennya dilakukan setiap 2-3 tahun sekali saat getahnya berada dalam kondisi tidak aktif, sehingga menghasilkan serat yang optimal untuk pembuatan kertas.
Budidaya pohon dak sangat penting untuk menjaga kualitas hanji, karena karakteristik serat dari kulit pohon tersebut memengaruhi hasil akhir kertas yang diproduksi. Dengan praktik pengelolaan yang berkelanjutan, pasokan pohon dak untuk pembuatan hanji dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Jiseung: Seni Anyaman dari Hanji
Jiseung adalah salah satu teknik tradisional Korea yang melibatkan penganyaman potongan strip hanji untuk menciptakan berbagai barang yang tahan lama dan fungsional. Teknik ini mengubah hanji menjadi bahan yang bahkan lebih kuat. Dengan teknik jiseung, hanji bisa diolah menjadi benda-benda seperti tas, keranjang, hingga furnitur.
Prosesnya meliputi pemotongan hanji menjadi strip panjang, yang kemudian dipelintir menjadi tali seperti benang. Tali-tali ini dianyam dengan pola-pola tertentu untuk membentuk barang yang diinginkan. Kadang, lapisan tambahan hanji atau pernis juga diaplikasikan untuk meningkatkan ketahanan produk akhir. Dalam beberapa tahun terakhir, minat terhadap jiseung sebagai kerajinan tradisional maupun bentuk seni kontemporer mulai mengalami peningkatan.
Hanji dalam Arsitektur Tradisional Korea
Hanji juga memiliki peran penting dalam arsitektur tradisional Korea, khususnya dalam bangunan hanok. Kertas ini digunakan untuk penutup jendela, pintu, dan melapisi dinding, yang memberikan suasana khas dan meningkatkan kenyamanan dari tempat tinggal. Dalam hanok, hanji tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif, tetapi juga membantu dalam mengatur kelembaban dan suhu ruangan.
Salah satu aplikasi hanji yang paling umum adalah sebagai penutup jendela dan pintu geser, yang dikenal dengan istilah “changhoji”. Hanji pada jendela dan pintu geser ini memungkinkan cahaya untuk masuk sekaligus menjaga pertukaran udara. Selain itu, hanji juga digunakan untuk menutupi dinding bagian dalam, membantu menjaga suhu ruangan tetap nyaman sepanjang tahun.
Kebangkitan Hanji dalam Era Kontemporer
Dalam beberapa tahun terakhir, hanji telah mengalami kebangkitan. Para seniman dan desainer mengeksplorasi penggunaan inovatif bahan ini, mulai dari karya seni kontemporer hingga elemen desain interior. Sifat tahan lama dan ramah lingkungan dari hanji juga menarik perhatian terutama di bidang konservasi, yang menggunakan kertas ini untuk restorasi serta preservasi dokumen dan arsip kuno di museum.
Selain itu, pengakuan internasional terhadap nilai budaya dan ekonomi hanji semakin meningkat. Pada tahun 2023, “Hanji, Pengetahuan dan Teknologi Tradisional” dipilih sebagai kandidat untuk daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO, yang menyoroti pentingnya hanji bagi dunia. Hal ini semakin mendorong minat terhadap hanji, baik di dalam negeri Korea maupun internasional.