Gukje Market: Pasar Legendaris di Busan

on in Travel
Gukje Market. Foto: VisitKorea

Di tengah Kota Busan, Korea Selatan, berdiri Gukje Market, sebuah pasar yang lahir dari puing-puing peperangan dan kemudian berkembang menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar di negeri tersebut. Didirikan pada 1945, pasar ini kini terdiri dari enam zona utama dengan 12 gedung yang memuat lebih dari 1.500 toko dan lapak. Berbagai barang dagangan tersedia mulai dari mesin perkakas, alat dapur, pakaian, hingga jajanan khas Korea.

Sejarah Gukje Market berkaitan erat dengan dampak Perang Korea pada awal tahun 1950-an. Pada masa itu, Busan menjadi kota perlindungan bagi hampir 800 ribu pengungsi yang datang secara bertahap. Mulanya, sekitar 200 ribu pengungsi dari Seoul tiba pada Juni 1950, kemudian 500 ribu orang menyusul pada Januari 1951, serta tambahan 100 ribu pengungsi dari Korea Utara datang setelah Seoul jatuh ke tangan pasukan Tiongkok.

Para pengungsi yang datang dalam kondisi sulit ini berusaha bertahan hidup dengan berjualan di lahan kosong. Awalnya, pasar ini disebut Dotegi Market atau “Pasar Ramai” pada 1945, kemudian berganti nama menjadi Jayu Market atau “Pasar Kebebasan” di tahun 1948, hingga akhirnya bernama Gukje Market atau “Pasar Internasional” sejak Mei 1950.

Perkembangan Gukje Market juga dipengaruhi oleh kehadiran tentara Amerika Serikat di Busan. Hal ini memicu masuknya barang-barang impor yang sebelumnya tidak dapat dimiliki oleh warga Korea secara bebas. Situasi ini menciptakan pasar gelap yang berkembang pesat berdampingan dengan perdagangan resmi. Di sinilah julukan “doddaegi mart” muncul, mencerminkan suasana pasar yang selalu sibuk dan penuh keramaian.

Selain sebagai pusat ekonomi, Gukje Market juga menjadi simbol perjuangan hidup masyarakat Busan pasca perang. Menurut salah seorang pedagang lama di pasar tersebut, semua yang ada di Gukje lahir dari reruntuhan perang, dan pasar ini menjadi penyambung hidup bagi mereka yang telah kehilangan segalanya. Selain menjadi tempat usaha bagi warga lokal, pasar ini juga menjadi tempat para pengungsi yang kembali dari Jepang untuk mencari rezeki.

Namun, perjalanan Gukje Market tidak selalu mulus. Kebakaran besar pada tahun 1950 dan 1953 hampir memusnahkan pasar tersebut. Kebakaran tahun 1953 bahkan menghancurkan sekitar 1.600 bangunan dan menyebabkan lebih dari 22 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Meskipun demikian, semangat pantang menyerah masyarakat sekitar membuat pasar ini terus bertahan hingga kini.

Pasar ini memiliki tata letak unik berupa lorong-lorong sempit seperti labirin yang dipenuhi berbagai toko dan kios. Struktur ini memberikan pengalaman berbelanja yang unik karena setiap sudut dari pasar ini menawarkan berbagai produk yang menarik. Pengunjung dapat menemukan barang-barang seperti pakaian vintage, barang elektronik, hingga hasil bumi segar.

Penataan pasar diatur menurut jenis produk, sehingga memudahkan pengunjung untuk mencari barang tertentu sambil tetap memberikan ruang untuk menemukan barang lain secara tidak sengaja. Suasana pasar semakin hidup oleh interaksi antar pedagang yang akrab dan aroma makanan yang menggoda dari berbagai penjaja makanan.

Gukje Market memiliki kawasan kuliner terkenal bernama Meokja Golmok, sebuah lorong kios makanan yang telah eksis selama lebih dari 60 tahun. Di lorong ini, terdapat lebih dari 60 pedagang yang menawarkan berbagai hidangan khas Busan. Pengunjung dapat mencicipi makanan populer seperti chungmu gimbap (gulungan rumput laut dengan salad cumi asam manis), milmyeon (mi gandum dingin khas Busan), dwaeji gukbap (sup nasi babi), tteokbokki (kue beras pedas), dan eomuk (kue ikan).

Pedagang makanan di Gukje Market. Foto: VisitKorea

Suasana kuliner ini makin terasa autentik dengan pemandangan pengunjung yang duduk di kursi kecil sambil menikmati camilan di samping kios pedagang. Malam hari menjadi waktu terbaik bagi pengunjung untuk merasakan suasana pasar kuliner yang gemerlap.

Selain kuliner, Gukje Market juga menawarkan beragam kerajinan tangan dan cendera mata yang mencerminkan budaya Korea. Pengunjung bisa menemukan hahoetal dan talchum (topeng tradisional untuk tarian drama), aksesori berbasis hanbok, norigae (ornamen dekoratif dengan simpul rumit dan jumbai), bangjja (kerajinan perunggu tradisional Korea), dan lainnya.

Pedagang biasanya memberikan diskon khusus untuk pembelian dalam jumlah besar. Selain kerajinan tradisional, pasar ini juga menawarkan versi modern dari berbagai barang tersebut, menghadirkan perpaduan unik antara tradisi dan modernitas yang mencerminkan wajah Kota Busan masa kini.

Gukje Market, yang bermula sebagai tempat bertahan hidup para pengungsi, kini berkembang menjadi salah satu destinasi utama bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih jauh tentang sejarah, budaya, serta kehidupan sehari-hari warga Busan.