Getbol: Dataran Lumpur yang Berharga di Korea Selatan

on in Travel

Gaetbeol (갯벌, translit: getbol) atau dataran lumpur pasang surut di Korea Selatan, adalah sistem sedimen pesisir yang berfungsi sebagai habitat penting bagi berbagai organisme, termasuk burung dan fauna laut. Pada tahun 2021, empat situs getbol di Korea Selatan diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO karena nilai alam dan signifikansi ekologisnya. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang pembentukan getbol, keragaman hayati, tantangan dalam konservasi, serta pengalaman ekowisata yang ditawarkannya.

Getbol mulai terbentuk sekitar 7.000 tahun yang lalu, ketika Laut Kuning mulai stabil setelah periode kenaikan permukaan laut yang cepat sekitar 20.000 tahun yang lalu. Ekosistem pesisir ini terbentuk ketika sedimen menumpuk di sepanjang garis pantai, menciptakan lanskap beragam yang terdiri dari lumpur, pasir, serta campuran lainnya.

Getbol di Suncheon Bay. Foto: Korea Tourism Organization

Getbol di Korea selalu berubah tiap musimnya, sebuah keunikan yang membedakannya dari dataran lumpur lain di wilayah Laut Kuning. Pada musim dingin, gelombang kuat menciptakan dataran pasir yang luas, sedangkan di musim panas, arus pasang lebih dominan, mengubah getbol menjadi dataran lumpur. Siklus musiman ini menghasilkan lingkungan yang dinamis, berubah sepanjang tahun dari dataran lumpur, campuran, hingga pasir.

Secara geologis, getbol di Korea berusia tergolong muda, dengan pembentukan yang terjadi pada periode Holosen. Sedimen yang membentuk getbol diperkirakan berasal dari berbagai sumber di Laut Kuning, bukan hanya dari sungai-sungai lokal di Korea. Sistem transportasi sedimen yang kompleks ini memberikan karakteristik unik pada getbol.

Perkembangan getbol juga dipengaruhi oleh proses alami dan aktivitas manusia. Secara historis, komunitas pesisir di Korea telah berinteraksi dengan ekosistem ini selama berabad-abad melalui praktik penangkapan ikan tradisional dan produksi garam. Pembentukan cheniers, atau deposit pasir dan kerang berbentuk punggungan, juga berperan penting dalam membentuk lanskap pesisir dan menjadi tembok pelindung yang mencegah air laut mengalir ke daratan.

Namun, seiring berjalannya waktu, intervensi manusia telah memengaruhi ukuran dan kondisi getbol. Proyek reklamasi lahan, terutama pada paruh kedua abad ke-20, menyebabkan hilangnya sebagian besar wilayah getbol di Korea. Diperkirakan lebih dari 65% getbol hilang selama periode ini, dengan tingkat kehilangan tertinggi terjadi antara tahun 1980-an hingga 2000-an. Meskipun begitu, getbol yang tersisa tetap berkembang dan beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Getbol di Korea dikenal dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, bahkan melebihi Laut Wadden yang terkenal dengan kekayaan spesiesnya. Ekosistem ini mendukung kehidupan yang beragam, termasuk 375 spesies diatom bentik, 152 spesies makroalga laut, 857 spesies makrobentos, 118 spesies burung air, serta 47 spesies invertebrata laut endemik. Terdapat juga lima spesies invertebrata laut yang terancam punah.

Burung kedidi paruh sendok (Calidris pygmaea). Foto: JJ Harrison (Wikipedia)

Beberapa penghuni dari getbol di antaranya adalah gurita lumpur (Callistoctopus minor), kepiting lumpur Jepang, kepiting fiddler, dan burung kedidi paruh sendok (Calidris pygmaea) yang sangat terancam punah. Keanekaragaman hayati yang kaya ini menegaskan pentingnya getbol dalam upaya konservasi global serta alasan penetapannya sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Meskipun telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO, getbol di Korea masih menghadapi berbagai tantangan konservasi. Reklamasi lahan yang dulu menjadi ancaman utama kini telah dilarang di situs-situs yang ditetapkan. Namun, aktivitas manusia lainnya masih berpotensi merusak getbol, seperti pengerukan pelabuhan dan jalur laut, pembangunan jembatan antar pulau, pengembangan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai, serta penambangan agregat laut. Selain itu, spesies invasif dan aktivitas penangkapan ikan lokal turut memberikan tekanan pada ekosistem yang rapuh ini.

Tekanan lingkungan lainnya seperti polusi laut, perubahan iklim, dan erosi pesisir juga menjadi ancaman bagi kelestarian getbol. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, pemerintah Korea Selatan telah mengimplementasikan Undang-Undang Tidal Flat yang bertujuan untuk memperkuat pengelolaan berbasis sains, menilai jasa ekosistem, serta merestorasi getbol yang rusak. Targetnya adalah pemulihan kembali area getbol seluas sekitar 4,5 km² pada tahun 2025, dengan pemantauan dan penilaian yang terus berlangsung guna memastikan efektivitas upaya konservasi.

Selain memiliki keanekaragaman hayati yang kaya, ekosistem getbol juga berperan penting dalam mendukung migrasi burung di jalur terbang Asia Timur-Australasia (East Asian-Australasian Flyway/EAAF). Getbol menjadi area perhentian esensial, menyediakan sumber makanan yang kaya bagi jutaan burung air selama migrasi jarak jauh mereka. Getbol mendukung 101 dari 250 spesies burung air (40,4%) dan 47 dari 63 spesies burung pantai (74,6%) yang menggunakan jalur terbang EAAF.

Beberapa spesies yang dilindungi di getbol termasuk 27 spesies terancam punah secara global dalam Daftar Merah IUCN, seperti burung kedidi paruh sendok yang sangat rentan dengan populasi hanya 400-600 ekor di dunia. Habitat getbol yang beragam, mulai dari area berlumpur, berpasir, hingga berbatu, memenuhi kebutuhan spesies burung yang berbeda. Produksi primer yang tinggi di sedimen getbol juga mendukung ketersediaan sumber makanan yang melimpah bagi burung migrasi.

Mengunjungi getbol di Korea dapat menjadi pengalaman ekowisata yang unik. Salah satu situs yang paling populer dan mudah diakses adalah Suncheon Bay Wetland Reserve. Tempat ini memiliki jalur kayu yang ditinggikan, tur perahu, dan museum edukasi yang memungkinkan pengunjung belajar dan melihat ekosistem getbol secara langsung. Bagi yang tertarik dengan kegiatan mengamati burung, Ganghwa Tidal Flat Center menjadi lokasi yang tepat. Pusat ini menawarkan tur dengan pemandu dan informasi tentang dataran lumpur serta penghuninya.

Suncheon Bay Eco Park. Foto: Korea Tourism Organization

Saat mengunjungi situs getbol, penting untuk memerhatikan jadwal pasang surut karena dataran ini hanya dapat diakses saat air surut. Pengunjung juga disarankan untuk mengenakan alas kaki yang sesuai dengan kondisi berlumpur dan mengikuti panduan lokal untuk menjaga kelestarian ekosistem yang rapuh ini. Banyak situs getbol juga menawarkan kegiatan menangkap ikan dengan cara tradisional, seperti memancing kerang dengan teknik “bbeolbae”. Aktivitas ini memberikan wawasan tentang nilai budaya getbol dan praktik berkelanjutan yang telah berkembang selama berabad-abad.

Getbol di Korea Selatan merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki nilai ekologi dan budaya yang sangat penting. Sebagai habitat bagi ribuan spesies dan tempat perhentian bagi burung migrasi, getbol berperan vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem global.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan konservasi, upaya perlindungan dan restorasi terus dilakukan agar getbol tetap terjaga dan dapat diwariskan ke generasi mendatang. Ekowisata di getbol juga membuka kesempatan bagi publik untuk lebih memahami dan menghargai kekayaan alam yang dimiliki oleh ekosistem pesisir ini, serta pentingnya menjaga kelestariannya di tengah tekanan pembangunan dan perubahan lingkungan yang terus berlangsung.