Pasar e-book di Korea Selatan berada di persimpangan antara kemajuan teknologi dan preferensi membaca buku cetak, dengan pendapatan diproyeksikan mencapai US$546,59 juta pada 2025. Meskipun demikian, hanya 43% orang dewasa di Korea Selatan yang membaca setidaknya satu buku per tahun, dan angka ini merupakan yang terendah sejak tahun 1994.
Platform e-Book di Korea
Ekosistem e-book di Korea Selatan didominasi oleh beberapa platform utama, masing-masing menawarkan pendekatan yang berbeda terhadap pembaca buku digital. Ridibooks, yang dioperasikan oleh Ridi Corporation, muncul sebagai pemimpin pasar dan menghasilkan pendapatan signifikan dengan konsep “Netflix untuk e-book” melalui pembelian ebook per judul dan layanan langganan RIDI Select. Layanan langganan ini diluncurkan pada Juli 2018, dan sejak tahun 2019 Ridibooks telah mempersiapkan penawaran umum perdana (IPO) dengan target valuasi melebihi 1 triliun won.
Millie’s Library merevolusi pasar ini sebagai pelopor platform layanan e-book berbasis langganan, mengubah kebiasaan pembaca dari membeli per judul menjadi akses tak terbatas. Didirikan pada 2016, Millie memiliki 3,5 juta pelanggan dan menawarkan lebih dari 100.000 judul, menjadikannya platform e-book pertama yang mengincar pencatatan saham publik. Pendapatan utamanya berasal dari biaya berlangganan bulanan, dan platform ini akhirnya diakuisisi oleh raksasa telekomunikasi, yaitu KT.

Kyobo Books merupakan platform yang diluncurkan pada Februari 2013 dan menjalin kemitraan dengan lebih dari 4.000 penerbit, menyediakan lebih dari 150.000 judul. Fokus utamanya mencakup buku humaniora, bisnis, buku praktis, dan fiksi populer seperti roman maupun fantasi. Sementara itu, YES24 Bookclub melengkapi jangkauan digitalnya dengan keberadaan toko buku fisik.
Naver Webtoon memimpin lanskap penerbitan digital yang lebih luas pada tahun 2024, menghasilkan pendapatan tertinggi di sektor e-book Korea Selatan, jauh melampaui pesaing seperti Ridi Corporation. Platform ini memanfaatkan kekuatannya dalam webtoon dan novel web, di mana format digital sepenuhnya mendominasi karena pola konsumsi layanan yang mobile-first.
Keseluruhan platform diproyeksikan akan melayani sekitar 7,4 juta pembaca e-book pada 2030 secara bersama-sama. Rata-rata pendapatan per pengguna mencapai US$81,46, mencerminkan preferensi pasar terhadap model langganan dibandingkan pembelian per judul. Penggunaan smartphone mendominasi pengalaman membaca, dengan 44,1% pengguna e-book Korea memilih perangkat mobile dibandingkan e-reader khusus (2,3%) atau komputer desktop (38,1%).
Inisiatif Pendidikan Digital Pemerintah
Pemerintah Korea Selatan meluncurkan berbagai inisiatif pendidikan digital yang berdampak langsung pada pasar e-book, dengan komitmen anggaran besar untuk mengubah cara pengguna untuk mengakses dan mengonsumsi konten digital ini. Pada 2024, pemerintah mengumumkan Proyek “AI-Digital (AID) 30+”, dengan investasi lebih dari 110 miliar won (sekitar US$80 juta) untuk membangun ekosistem pembelajaran seumur hidup secara digital bagi warga berusia 30 tahun ke atas.
Program ini memperkenalkan “AID Career Jump Pass”, voucher pendidikan digital senilai 350.000 won per orang per tahun, yang diberikan kepada 10.000 peserta untuk mengakses program pendidikan digital dari berbagai universitas dan lembaga swasta.
Rencana besar lainnya adalah “Rencana Komprehensif untuk Mengembangkan SDM Digital”, yang bertujuan untuk mencetak satu juta profesional digital pada 2026 dengan memperluas jam pelajaran TIK dan menggelar Digital Education Sprout Camps. Untuk pendidikan K-12, pemerintah mengalokasikan US$70 juta pada tahun 2024 untuk infrastruktur digital bertenaga AI, menargetkan siswa kelas tiga dan empat SD serta kelas satu SMP dan SMA.
Salah satu inisiatif utama adalah pengenalan buku pelajaran digital berbasis AI yang akan menggantikan materi cetak secara bertahap pada tahun 2025. Kementerian Pendidikan berencana untuk memeriksa jaringan di 12.000 sekolah dan menempatkan 1.200 “tutor digital” untuk dukungan teknis, yang berfungsi untuk mengurangi beban administratif guru. Buku pelajaran digital ini menawarkan pengalaman belajar personal melalui analitik data, sehingga pengajar dapat menyesuaikan materi dengan kemampuan dan kecepatan belajar setiap siswa.
Komitmen pemerintah juga mencakup pembentukan 1.000 pusat pembelajaran digital di perpustakaan, pusat kesejahteraan, dan pusat layanan masyarakat. Fasilitas ini menargetkan kelompok rentan seperti lansia, penyandang disabilitas, dan keluarga multikultural, dengan pelatihan keterampilan digital dasar untuk kegiatan sehari-hari seperti perbankan digital dan pemesanan tiket online. Untuk warga dengan keterbatasan mobilitas, program menyediakan layanan kunjungan rumah demi inklusi digital yang menyeluruh.
Infrastruktur pendidikan digital ini mendorong adopsi e-book dengan menciptakan konsumen yang paham akan dunia digital dan nyaman membeli konten melalui platform lokal. Fokus pada pembelajaran mobile-first selaras dengan preferensi membaca di smartphone, sementara personalisasi berbasis AI meniru sistem rekomendasi di platform seperti Ridibooks dan Millie’s Library.
Metode Pembayaran Kartu Asing
Kartu kredit dan debit asing menghadapi tingkat penerimaan yang bervariasi di platform e-book Korea, bergantung pada infrastruktur pembayaran masing-masing dan kebijakan penerbit kartu. Sebagian besar platform utama kini mendukung opsi “해외 발행 신용카드” (kartu kredit asing), meskipun implementasi tiap layanan berbeda.
Visa dan Mastercard umumnya memiliki tingkat keberhasilan tertinggi, terutama di platform seperti Ridibooks dan Kyobo eBook yang telah memodernisasi sistem pembayaran internasionalnya. Penerimaan American Express terbatas, sementara Discover hampir selalu ditolak. Transaksi kartu asing biasanya diproses dalam mata uang won, dengan konversi bank sesuai tarif standar ditambah biaya transaksi asing (2–3%).
Masing-masing platform memiliki struktur pembayaran yang berbeda. Ridibooks memproses kartu asing melalui pembayaran langsung dan sistem top-up Ridicash, di mana Ridicash sering lebih andal untuk langganan berulang. Pembayaran langganan Kyobo dapat dilakukan secara langsung dengan sebagian besar kartu internasional, sedangkan sistem e-cash memerlukan verifikasi tambahan.
Pembelian melalui aplikasi mobile menjadi opsi paling andal bagi pengguna asing, karena transaksi di Apple App Store dan Google Play melewati infrastruktur pembayaran internasional mereka. Ini menjadi alasan Millie’s Library membatasi langganan hanya via aplikasi mobile.
Beberapa faktor teknis memengaruhi keberhasilan transaksi. Kode kategori pedagang Korea (MCC 5942 untuk toko buku) dapat memicu deteksi penipuan otomatis, terutama untuk transaksi pertama atau jumlah besar. Penerbit kartu di negara dengan kebijakan anti-penipuan ketat mungkin memerlukan otorisasi manual atau verifikasi SMS sebelum menyetujui transaksi.
Kartu prabayar dan virtual menghadapi pembatasan tambahan, karena banyak platform mengharuskan verifikasi alamat penagihan. Kartu korporat biasanya memiliki tingkat keberhasilan lebih rendah karena protokol keamanan yang lebih ketat, sedangkan kartu pelajar dari beberapa penerbit dapat diblokir sepenuhnya untuk transaksi internasional.
Tantangan Pasar dan Isu Pembajakan
Pembajakan digital merupakan tantangan terbesar di industri e-book Korea, dengan pelanggaran hak cipta dan distribusi ilegal yang merugikan pendapatan penerbit dan kompensasi penulis. Kemudahan reproduksi digital telah menciptakan akses tidak sah yang luas terhadap konten sastra Korea, memaksa penerbit menginvestasikan anggaran yang besar dalam teknologi manajemen hak digital (DRM) dan penegakan hukum.
Kekhawatiran perlindungan konten semakin meningkat seiring dengan berkembangnya pasar penerbitan digital Korea, yang diproyeksi dapat mencapai valuasi 570 miliar dolar Amerika pada tahun 2033. Penerbit kesulitan dalam menghadapi jaringan pembajakan canggih yang menyebarkan judul baru ke platform peer-to-peer dan situs ilegal dalam hitungan jam setelah rilis resmi. Pembajakan ini paling sering menargetkan genre populer seperti roman dan fantasi, yang menjadi sumber pendapatan utama platform seperti Ridibooks dan Kyobo Books.
Kejenuhan pasar merupakan tantangan lain, di mana kompetisi ketat antara penerbit mapan dan kreator konten baru menciptakan tekanan harga yang menipiskan margin keuntungan. Persaingan ini sering mendorong taktik promosi tidak berkelanjutan dan konten gratis yang merendahkan nilai e-book. Pengguna semakin menuntut akses murah atau gratis, menciptakan dinamika yang mengancam keberlanjutan ekonomi industri.
Penerbit Korea juga menghadapi tantangan konten berkualitas rendah yang membanjiri pasar, yang berdampak memperlambat adopsi e-book dibandingkan negara maju lain. Proliferasi judul digital yang kurang diedit atau diproduksi terburu-buru merusak kepercayaan konsumen, membuat pembaca enggan beralih dari buku cetak. Masalah ini diperparah oleh kurangnya e-reader yang dioptimalkan untuk konten bahasa Korea, terutama untuk publikasi akademik dan teknis dengan format yang kompleks.
Perkembangan teknologi yang cepat menuntut investasi berkelanjutan dalam inovasi, memberatkan penerbit kecil yang harus terus memperbarui platform dan sistem distribusi. Mereka harus mengelola perpustakaan konten lama sambil beradaptasi dengan teknologi baru seperti rekomendasi berbasis AI dan fitur augmented reality, yang membutuhkan keahlian teknis dan sumber daya modal yang besar.
Tantangan-tantangan ini memerlukan koordinasi strategis antara penerbit, operator platform, dan regulator pemerintah untuk mengembangkan solusi komprehensif yang melindungi kekayaan intelektual sambil tetap mendorong pertumbuhan pasar e-book Korea yang berkelanjutan.