Daedongyeojido: Peta Warisan Dinasti Joseon

on in History
Daedongyeojido buatan Kim Jeong-ho (Gambar public domain)

Daedongyeojido merupakan pencapaian besar dalam kartografi Korea di abad ke-19. Peta ini, yang dibuat oleh Kim Jeong-ho pada tahun 1861 dan diperbarui pada tahun 1864, menjadi salah satu contoh terbaik dari pemetaan geografis yang akurat pada masanya.

Baru-baru ini, edisi langka dari peta ini kembali ke Korea Selatan setelah sebelumnya diambil oleh Jepang, memberikan wawasan baru mengenai perkembangan kartografi pada era Joseon.

Kim Jeong-ho, yang juga dikenal dengan nama pena Gosanja, adalah seorang kartografer dan geografer berpengaruh di Dinasti Joseon. Lahir pada tahun 1804 di Hwanghaedo, ia menghabiskan lebih dari 30 tahun hidupnya untuk menjelajahi Semenanjung Korea dengan berjalan kaki untuk mengumpulkan data geografis secara langsung. Ia mengumpulkan informasi dari berbagai lanskap, seperti pegunungan, lembah, hingga sungai.

Kim Jeong-ho (Gambar public domain)

Meskipun berasal dari kalangan rakyat biasa, Kim Jeong-ho mampu menghasilkan peta dengan tingkat akurasi yang sebanding dengan karya para ahli yang menggunakan alat modern. Ia memperkenalkan inovasi dalam kartografi dengan menciptakan peta berbentuk buku lipat dan menggunakan simbol untuk mempermudah dalam membaca peta. Teknik ukiran pada balok kayu yang digunakannya memungkinkan peta ini untuk dicetak dalam jumlah besar, sehingga masyarakat umum dapat mengakses informasi geografis yang sebelumnya hanya tersedia bagi kalangan elit.

Daedongyeojido terdiri dari 22 buku lipat, yang masing-masing memetakan area sekitar 47 km dari utara ke selatan dan 31,5 km dari timur ke barat. Jika digabungkan, peta ini memiliki lebar 6,7 meter dan panjang 3,8 meter dengan skala 1:162.000. Proses pencetakannya menggunakan 70 balok kayu basswood yang diukir di kedua sisi.

Peta ini menampilkan berbagai elemen geografis dengan detail yang tinggi. Kontur pegunungan, aliran sungai, dan jalur transportasi digambarkan secara akurat. Selain itu, peta ini juga mencantumkan area permukiman, wilayah administratif, bangunan pemerintahan, situs militer, gudang umum, makam kerajaan, dan lainnya secara lengkap. Penggunaan teknik kartografi Korea yang dikombinasikan dengan pengaruh Barat menghasilkan representasi geografis yang lebih akurat dibandingkan dengan peta-peta lain pada masanya.

Selain berfungsi sebagai karya kartografi, Daedongyeojido juga memiliki makna budaya dan historis yang mendalam bagi Korea. Peta ini menjadi simbol identitas nasional, terutama selama masa penjajahan Jepang (1910-1945), ketika peta Korea mengalami distorsi. Keakuratan dan detailnya membuktikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Korea pada abad ke-19. Bukti ini juga menjadi bantahan terhadap narasi kolonial yang menggambarkan Korea sebagai negara tertinggal.

Daedongyeojido digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk administrasi pemerintahan, perencanaan militer, dan perdagangan. Para kartografer modern Korea pun banyak terinspirasi oleh karya Kim Jeong-ho. Peta ini juga menjadi sumber penting bagi penelitian sejarah dan budaya Korea pada zaman pra-modern.

Dibandingkan dengan peta kontemporer dari Eropa dan Amerika pada abad ke-19, Daedongyeojido memiliki tingkat ketelitian yang luar biasa. Ketepatan dan cakupan informasinya mampu menyaingi peta yang dibuat dengan alat ukur modern. Saat kartografi Eropa berkembang dengan pencetakan litografi dan teknik pemetaan tematik, Kim Jeong-ho berhasil menghasilkan peta dengan pendekatan berbeda tetapi dengan kualitas yang setara.

Peta Ulleungdo dan Usan dalam Daedongyeojido (Gambar public domain)

Peta ini memberikan gambaran menyeluruh tentang Semenanjung Korea secara menyeluruh, berbeda dengan peta Barat yang sering kali hanya berfokus pada wilayah tertentu. Inovasi dalam penggunaan simbol dan desain buku lipat menjadikannya lebih praktis dibandingkan peta-peta lainnya. Jika peta Eropa sering kali mencantumkan elemen religius atau mitologis, Daedongyeojido lebih menitikberatkan informasi geografis dan administratif.

Pada tahun 2023, sebuah edisi langka dari Daedongyeojido telah dikembalikan oleh Jepang ke Korea Selatan. Versi ini terdiri dari 23 buku—22 di antaranya berisi peta dan satu berisi katalog. Edisi ini menggabungkan elemen Daedongyeojido dengan Dongyeodo, peta lain dari abad ke-19, sehingga mencakup informasi tambahan mengenai fasilitas militer dan jalur pelayaran di masa itu.

Detail dalam Daedongyeojido (Gambar public domain)

Pengembalian edisi ini kembali meningkatkan minat peneliti terhadap sejarah kartografi Korea. Penelitian terhadap peta ini dapat membantu memahami lebih dalam tentang struktur geografis, rute transportasi, serta situs budaya pada era Joseon. Dengan semakin banyaknya kajian terhadap peta ini, Daedongyeojido terus memainkan peran penting dalam pelestarian warisan budaya Korea.