Bulgogi, yang secara harfiah berarti “daging api”, telah menjadi salah satu hidangan Korea yang terkenal dan disukai banyak orang di seluruh dunia. Hidangan ini terbuat dari daging sapi yang diiris tipis, yang lalu direndam dalam saus manis dan kemudian dipanggang ataupun digoreng hingga matang sempurna. Bulgogi telah menarik perhatian dunia karena teksturnya yang lembut serta cita rasa umami yang kaya. Di balik popularitasnya, bulgogi menyimpan sejarah panjang yang melintasi berabad-abad perkembangan kuliner di Korea.
Asal Usul Bulgogi
Sejarah bulgogi dapat ditelusuri kembali ke masa Kerajaan Goguryeo (37 SM – 668 M) di Korea kuno. Pada masa itu, hidangan serupa bulgogi dikenal dengan nama “maekjeok,” yaitu daging yang direndam bumbu dan dipanggang di atas bara api. Ini adalah cikal bakal dari bulgogi yang kita kenal saat ini.
Selama Dinasti Goryeo (918-1392) dan Dinasti Joseon (1392-1910), maekjeok mengalami perubahan dalam proses pengolahannya. Pada masa ini, hidangan tersebut dikenal dengan nama “seoryamyeok.” Seoryamyeok adalah daging sapi yang dipanggang kemudian direndam dalam air dingin sebanyak tiga kali sebelum disajikan. Metode ini dianggap sebagai salah satu langkah awal menuju bulgogi modern.
Dalam perkembangannya di era Joseon, seoryamyeok mengalami perubahan lebih lanjut menjadi “neobiani”, yang berarti daging yang diiris tipis dan disebar rata. Neobiani menjadi makanan mewah yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan dan orang kaya pada masa itu. Daging dipotong tipis, diberi bumbu, dan dipanggang hingga sempurna, menambah keistimewaan hidangan ini.
Bulgogi dalam Bahasa Korea Modern
Istilah “bulgogi” sendiri baru muncul di leksikon Korea pada pertengahan abad ke-20. Pada tahun 1947, kata tersebut pertama kali tercantum dalam Kamus Bahasa Korea, yang mendefinisikan bulgogi sebagai daging yang dipanggang langsung di atas bara arang. Di Amerika Serikat, kata ini mulai dikenal dan tercatat dalam kamus Merriam-Webster sejak tahun 1961.
Namun, popularitas bulgogi mengalami penurunan selama periode penjajahan Jepang di Korea (1910-1945), ketika pasokan daging sapi menipis dan harga bahan pangan melonjak tajam. Hidangan ini baru kembali populer setelah Perang Korea (1950-1953), ketika teknologi pemotongan daging berkembang, sehingga memungkinkan persiapan irisan daging yang lebih tipis dan harga yang lebih terjangkau.
Di era 1990-an, bulgogi berhasil kembali menjadi salah satu makanan favorit di Korea. Tidak hanya itu, imigran Korea yang menyebar ke berbagai negara, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Imigrasi Amerika Serikat tahun 1965, turut membawa hidangan ini ke luar Korea. Popularitas bulgogi semakin meluas hingga dikenal secara global, terutama karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai preferensi dan kebutuhan diet, termasuk versi halal yang memungkinkan umat Muslim untuk menikmati hidangan ini.
Bumbu Tradisional Bulgogi
Salah satu hal yang membuat bulgogi istimewa adalah bumbu perendam yang digunakan. Bumbu ini memadukan rasa manis dan gurih yang seimbang, memberikan cita rasa yang khas pada daging. Bumbu tradisional bulgogi biasanya terdiri dari campuran kecap asin, gula, pir Asia, bawang putih, minyak wijen, jahe, dan bahan lainnya yang dapat menghasilkan rasa ynag kompleks. Semua bahan ini dicampur menjadi satu dan dioleskan merata pada daging, yang kemudian direndam selama beberapa waktu untuk mendapatkan rasa yang optimal.
Hidangan Pelengkap Bulgogi
Bulgogi biasanya disajikan bersama berbagai macam lauk tradisional Korea, yang dikenal juga sebagai banchan. Lauk-lauk ini tidak hanya menjadi pelengkap saja, tetapi juga memperkaya cita rasa bulgogi. Salah satu pendamping yang paling populer adalah kimchi, yang dapat memberikan kontras rasa asam dan pedas pada bulgogi yang manis dan gurih. Selain itu, nasi putih juga menjadi pelengkap yang tak terpisahkan, memberikan dasar netral yang menyeimbangkan cita rasa kaya dari bulgogi.
Untuk menambah variasi tekstur dan kesegaran, salad mentimun Korea atau oi muchim sering disajikan sebagai lauk, menawarkan elemen yang renyah dan segar. Japchae, hidangan mi kaca yang ditumis dengan sayuran, juga sering dipadukan dengan bulgogi, memberikan tekstur kenyal dan tambahan sayuran pada makanan. Lauk lain yang sering disajikan bersama bulgogi adalah sigeumchi namul (bayam berbumbu), kongnamul (kecambah kedelai), dan berbagai macam acar sayuran lainnya.
Sebagai pelengkap yang lebih menyeluruh, bulgogi sering dibungkus dengan daun selada (ssam) dan dilengkapi dengan saus ssamjang yang pedas serta bawang putih mentah ataupun tumis. Kombinasi rasa dan tekstur ini menciptakan pengalaman makan yang lengkap dan memuaskan.
Adaptasi Halal Bulgogi
Bulgogi juga telah diadaptasi untuk memenuhi persyaratan halal, sehingga dapat dinikmati oleh lebih banyak orang. Dalam versi halal, bahan-bahan dan metode persiapannya disesuaikan agar tetap mematuhi standar makanan halal. Misalnya, irisan tipis daging sapi yang digunakan dalam bulgogi halal harus berasal dari pemasok bersertifikasi halal. Beberapa perusahaan bahkan telah mengembangkan produk bulgogi bersertifikasi halal, seperti Saus Bulgogi Halal dari Kikkoman yang telah menerima sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Adaptasi ini memungkinkan umat Muslim untuk menikmati kelezatan bulgogi tanpa melanggar aturan diet mereka, sekaligus berkontribusi pada semakin meluasnya popularitas hidangan ini di seluruh dunia. Pengembangan bulgogi halal menunjukkan kemampuan kuliner Korea untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dari budaya dan kepercayaan yang beragam.
Resep Sederhana Bulgogi Halal
Bagi yang ingin mencoba membuat bulgogi halal di rumah, berikut adalah resep sederhana yang bisa diikuti:
Bahan-bahan:
- 500g daging sapi halal, diiris tipis
- 4 sendok makan kecap asin
- 2 sendok makan gula merah
- 1 sendok makan minyak wijen
- 2 siung bawang putih, cincang
- 1/4 pir Asia, parut
- 1 sendok makan biji wijen panggang
- 1/4 sendok teh merica hitam
- 1 batang daun bawang, cincang
Cara membuatnya cukup sederhana. Campurkan semua bahan untuk bumbu dalam mangkuk, lalu masukkan daging yang sudah diiris tipis dan aduk hingga merata. Daging ini kemudian direndam selama setidaknya 30 menit atau semalaman agar bumbu meresap sempurna. Setelah itu, masak daging di atas panggangan atau wajan dengan api sedang hingga matang dan kecokelatan, sekitar 5-7 menit.
Kepopuleran Global Bulgogi
Bulgogi telah berhasil melintasi batas budaya dan menjadi salah satu hidangan Korea yang dikenal di seluruh dunia. Kemampuan bulgogi untuk beradaptasi dengan berbagai kebutuhan diet menjadi salah satu faktor yang mendorong popularitasnya. Perkembangan produk bulgogi bersertifikasi halal serta resep-resep yang sesuai dengan aturan diet agama tertentu mencerminkan semakin luasnya daya tarik internasional dari masakan Korea.
Hingga kini, bulgogi tetap menjadi bukti bahwa masakan tradisional dapat berkembang dan diterima secara global, tanpa kehilangan keasliannya. Sebagai bagian dari kekayaan kuliner Korea, bulgogi terus menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya melalui pengalaman kuliner yang dibagikan bersama.