Ssireum adalah olahraga gulat tradisional Korea yang telah ada sejak abad keempat. Ssireum berakar mendalam pada sejarah panjang bangsa Korea, berawal dari latihan militer hingga menjadi kegiatan rekreasi dan akhirnya diakui sebagai olahraga nasional. Pada tahun 2018, ssireum memperoleh pengakuan penting sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO yang diakui bersama oleh Korea Selatan dan Korea Utara. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang perkembangan ssireum, perannya dalam festival tradisional Korea, hingga pengakuannya oleh UNESCO.
Asal Usul dan Perkembangan Ssireum
Sejarah ssireum bermula lebih dari 1.600 tahun yang lalu, tepatnya pada periode Goguryeo (37 SM – 668 M). Ssireum awalnya digunakan sebagai bentuk latihan militer, sebelum berkembang menjadi kegiatan rekreasi. Dalam mural-mural makam Goguryeo, ditemukan lukisan yang menggambarkan pertandingan ssireum, menunjukkan betapa pentingnya olahraga ini dalam kehidupan masyarakat Korea pada masa itu.
Salah satu mural yang ditemukan di Makam Anak No. 3 di Korea Utara menggambarkan dua pegulat yang bergulat di bawah pohon besar, dengan seorang juri tua yang mengawasi. Hal ini menunjukkan adanya peraturan yang telah ditetapkan dan kompetisi yang terorganisir sejak masa lampau.
Pada masa Dinasti Goryeo (918-1392) dan Dinasti Joseon (1392-1910), ssireum menjadi aktivitas yang dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, mulai dari elit kerajaan hingga rakyat biasa. Ssireum sering dimainkan pada hari-hari penting dalam kalender agraris, seperti perayaan Dano (hari kelima bulan kelima dari kalender lunar) dan Chuseok (Thanksgiving Korea). Pada perayaan-perayaan ini, ssireum tidak hanya menjadi ajang untuk menunjukkan kekuatan fisik, tetapi juga menjadi acara sosial yang mempererat hubungan antar anggota komunitas.
Ssireum di Era Modern
Pada awal abad ke-20, ssireum mengalami transisi menjadi olahraga modern. Kompetisi ssireum pertama yang bersifat kontemporer diselenggarakan pada Oktober 1912 di Teater Dansungsa, Seoul. Pembentukan Pan Chosun Ssireum Association pada tahun 1927 turut memainkan peran penting dalam standardisasi olahraga ini, sekaligus berperan dalam menyelenggarakan kompetisi tahunan berskala nasional.
Setelah Korea merdeka dari kolonialisme Jepang pada tahun 1945, ssireum terus berkembang. Pada tahun 1946, Pan Chosun Ssireum Association berubah nama menjadi Daehan (Korea) Ssireum Association. Perubahan penting lainnya terjadi pada tahun 1956, saat kelas berat mulai diperkenalkan pada Kejuaraan Ssireum Nasional ke-12, yang lebih lanjut membantu standardisasi kompetisi ssireum.
Ssireum semakin dikenal oleh publik pada paruh kedua abad ke-20 berkat tayangan televisi yang memperkenalkan olahraga ini ke khalayak luas. Sponsor dari berbagai perusahaan besar juga turut meningkatkan popularitas ssireum. Namun, krisis finansial Asia tahun 1997 menyebabkan penurunan popularitas ssireum akibat berkurangnya dukungan dari sponsor perusahaan.
Peran Ssireum dalam Festival Dano
Ssireum memainkan peran penting dalam perayaan Festival Dano. Pada festival ini, kompetisi ssireum menjadi sorotan utama yang menunjukkan akar budaya dari olahraga ini. Di Festival Gangneung Danoje, salah satu perayaan Dano terbesar di Korea, pertandingan ssireum digelar dengan meriah dan diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya yang signifikan.
Dalam tradisi Festival Dano, ssireum diikuti oleh peserta dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pemenang pertandingan sering kali mendapatkan hadiah berupa seekor lembu, yang melambangkan kelimpahan hasil pertanian dan penghormatan terhadap para petani. Tradisi ini menyoroti peran ssireum dalam melestarikan warisan Korea sekaligus mempromosikan kohesi sosial melalui kompetisi fisik dan pengalaman budaya yang dibagikan bersama.
Pengakuan Ssireum oleh UNESCO
Pada tahun 2018, ssireum mendapatkan pengakuan penting ketika olahraga ini secara bersama-sama didaftarkan oleh Korea Selatan dan Korea Utara dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Pendaftaran bersama ini menandai momen bersejarah dalam hubungan antar-Korea, sekaligus menyoroti pentingnya ssireum di seluruh Semenanjung Korea. Pengakuan oleh UNESCO tidak hanya mengakui nilai sejarah ssireum yang berusia lebih dari 1.600 tahun, tetapi juga peran sosialnya dalam mempererat solidaritas dan kolaborasi antarkomunitas.
Ssireum menjadi item ke-20 dari Korea Selatan dan yang ke-3 dari Korea Utara yang masuk dalam daftar UNESCO. Pengakuan ini tidak hanya menjaga warisan budaya ssireum saja, tetapi juga meningkatkan visibilitasnya di panggung global, yang diharapkan dapat mendorong kebangkitan dan keberkelanjutan dari olahraga ini dalam masyarakat Korea modern.
Tantangan dan Masa Depan Ssireum
Meskipun popularitasnya sempat menurun pada akhir abad ke-20, ssireum terus menunjukkan ketahanannya dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pengakuan UNESCO memberikan dorongan baru bagi pelestarian ssireum dan membangkitkan minat generasi muda terhadap olahraga tradisional ini. Ssireum kini masih menjadi bagian penting dari perayaan dan festival tradisional di Korea, yang menjadikannya sebagai jembatan antar generasi dan sumber kebanggaan nasional.
Sebagai sebuah tradisi yang menghubungkan nilai-nilai tradisional dengan praktik olahraga modern, ssireum menghadapi tantangan untuk menjaga keseimbangan antara tradisi dan daya tarik kontemporer. Meskipun demikian, keberadaan ssireum yang terus bertahan dalam kebudayaan Korea hingga hari ini menunjukkan masa depan yang cukup menjanjikan. Ssireum bukan hanya tentang kekuatan dan teknik, tetapi juga tentang menghargai warisan budaya yang telah ada selama berabad-abad.
Ssireum, gulat tradisional Korea, telah mengalami perjalanan panjang dari latihan militer hingga menjadi olahraga yang diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Mengakar dalam pada sejarah bangsa Korea, ssireum tidak hanya menjadi ajang pertarungan fisik, tetapi juga simbol dari solidaritas komunitas dan kolaborasi budaya. Pengakuan bersama oleh Korea Utara dan Korea Selatan menunjukkan nilai universal dari warisan budaya ini dan menjadi salah satu simbol harapan bagi persatuan di Semenanjung Korea.