Menerjemahkan Karya Klasik Korea: Upaya Pelestarian Budaya

on in Literature
Printemps Parfumé, yang diterjemahkan oleh J. H. Rosny. Foto: Koreana Museum

Penerjemahan karya klasik Korea merupakan salah satu upaya penting dalam memperkenalkan sejarah, budaya, dan nilai-nilai tradisional Korea kepada dunia. Dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya minat terhadap sastra Korea, karya klasik kini dapat diakses dengan lebih mudah oleh pembaca global. Penerjemahan yang akurat dan berkualitas tidak hanya menjaga esensi karya aslinya, tetapi juga memungkinkan pembaca dari berbagai latar belakang untuk memahami dan mengapresiasi warisan budaya Korea.

Penerjemahan karya klasik Korea ke dalam bahasa asing memiliki sejarah panjang, yang dimulai sejak akhir abad ke-19. Salah satu terjemahan pertama yang dikenal adalah Printemps Parfumé (Fragrant Spring), yang diterbitkan dalam bahasa Prancis pada tahun 1892 oleh Hong Tjyong-Ou dan J. H. Rosny. Karya ini menjadi pintu masuk bagi dunia internasional untuk mengenal sastra Korea.

Pada awal abad ke-20, misionaris Kanada James A. Gale turut berperan besar dalam penerjemahan sastra klasik Korea. Pada tahun 1922, ia menerjemahkan The Cloud Dream of the Nine ke dalam bahasa Inggris. Setelahnya, Gale juga menerjemahkan berbagai teks klasik lain, termasuk Chunhyangjeon dan beberapa cerita rakyat. Upayanya tersebut membantu dalam memperkenalkan budaya dan bahasa Korea kepada dunia Barat.

Pada paruh kedua abad ke-20, penerjemahan karya klasik Korea mulai mendapatkan perhatian yang lebih sistematis. Pada tahun 1996, pemerintah Korea mendirikan Dana Penerjemahan Sastra Korea, yang kemudian berkembang menjadi Lembaga Penerjemahan Sastra Korea (LTI Korea) pada tahun 2001. Lembaga ini berperan besar dalam mendukung penerjemahan dan publikasi karya sastra Korea, baik klasik maupun modern, dalam rangka untuk meningkatkan kualitas penerjemahan sehingga dapat diakses oleh masyarakat global.

Pendekatan terhadap penerjemahan sastra klasik mengalami perubahan dalam beberapa dekade terakhir. Di tahun 1990-an, proyek ini lebih berorientasi pada ekonomi, kini proyek penerjemahan berfokus pada aspek budaya. Perubahan ini membawa pendekatan yang lebih kontekstual terhadap nuansa budaya dalam penerjemahan karya sastra, sehingga esensi tradisi sastra Korea dapat tetap dipertahankan sambil tetap menarik bagi pembaca internasional.

Joseon Wangjo Sillok. (Foto public domain)

Kemajuan teknologi digital telah membuka peluang baru bagi penyebaran karya klasik yang telah diterjemahkan. Pada tahun 2017, LTI Korea meluncurkan The Digital Library of Korean Classics, koleksi e-book yang mencakup 28 karya klasik Korea dalam berbagai terjemahan. Inisiatif ini memungkinkan akses lebih luas bagi pembaca global, sekaligus mempermudah penelitian dan apresiasi terhadap sastra Korea.

Institut Penerjemahan Klasik Korea (ITKC) telah menerjemahkan sejumlah karya penting dalam sastra dan sejarah Korea. Salah satu proyek terbesar mereka adalah penerjemahan Sůngjŏngwŏn ilgi (Catatan Harian Sekretariat Kerajaan) dan Chosŏn wangjo sillok (Sejarah Dinasti Joseon).

Penerjemahan Sůngjŏngwŏn ilgi dimulai pada tahun 1994, dan hingga tahun 2017 sekitar 20% dari teks telah berhasil diterjemahkan. Proyek ini menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk mempercepat proses, dengan target penyelesaian pada tahun 2035. Sementara itu, Chosŏn wangjo sillok dipilih sebagai proyek penerjemahan baru, dengan menggunakan metode berbasis korpus dan bantuan teknologi untuk meningkatkan efisiensi.

Selain itu, ITKC juga telah menerjemahkan dan mendigitalisasi berbagai karya sastra klasik dan kontemporer Korea, termasuk esai yang ditulis oleh wanita dari era Joseon. Hasil terjemahan ini tersedia secara daring, memungkinkan akses lebih luas bagi pembaca dan peneliti di seluruh dunia.

ITKC bekerja sama dengan LTI Korea untuk memperluas jangkauan karya sastra Korea klasik dan modern di dunia internasional. Kolaborasi ini mencakup pertukaran akademik untuk memperkenalkan sastra Korea ke luar negeri, berbagi sumber daya guna meningkatkan kualitas penerjemahan, serta pelatihan penerjemah profesional.

Salah satu inisiatif utama dalam kerja sama ini adalah pengembangan platform digital untuk mendistribusikan karya terjemahan secara lebih luas. Dengan menggabungkan keahlian kedua lembaga, sastra Korea dapat menjangkau dan memperkaya pemahaman dari pembaca di seluruh dunia tentang budaya Korea.

Penerjemahan karya klasik Korea berperan penting dalam pelestarian warisan budaya Korea. Salah satu alasan utamanya adalah untuk memberikan akses kepada dokumen sejarah yang bernilai tinggi. Sebagai contoh, Sůngjŏngwŏn ilgi dan Chosŏn wangjo sillok menyediakan wawasan mendalam mengenai perkembangan politik, sosial, dan budaya Korea di masa lampau, yang sangat berharga bagi para peneliti dan sejarawan.

Selain itu, karya klasik yang telah diterjemahkan turut berkontribusi pada kajian sastra perbandingan. Dengan tersedianya teks-teks Korea dalam berbagai bahasa, para akademisi dapat menganalisis dan membandingkannya dengan karya dari budaya dan negara lain. Proses ini memperkaya wacana sastra global dan meningkatkan apresiasi terhadap karakteristik unik dalam sastra Korea.

Poster drama My Love from the Star

Penerjemahan juga memainkan peran dalam pelestarian bahasa dan ekspresi budaya. Seiring dengan berkembangnya zaman, bahasa pun mengalami perubahan, dan beberapa bentuk bahasa lama menjadi kurang dipahami oleh pembaca modern. Dengan menerjemahkan teks-teks lama, hubungan dengan bentuk bahasa dan ekspresi budaya yang lebih tua dapat tetap terjaga.

Selain itu, banyak produk budaya populer Korea saat ini, seperti drama dan sastra modern, memiliki referensi terhadap karya klasik. Misalnya, dalam drama My Love from the Star, terdapat adegan yang merujuk pada puisi abad ke-14 The Dream of the Nine Clouds karya Yi Saek. Dengan memahami latar belakang sastra klasik ini, apresiasi terhadap budaya populer Korea dapat semakin meningkat.

Penerjemahan karya klasik Korea juga berkontribusi terhadap pengakuan sastra Korea di dunia internasional. Dengan semakin banyaknya karya yang tersedia dalam berbagai bahasa, sastra Korea dapat menginspirasi penulis dan seniman dari berbagai latar belakang budaya, memperkaya pertukaran budaya global.