Ilustrasi kehamilan. Foto: Anna Hecker (Unsplash)

Bagi warga asing, melahirkan di Korea Selatan berarti masuk ke dalam sistem kesehatan yang terstruktur rapi dan didukung oleh berbagai skema bantuan pemerintah. Namun, syarat keikutsertaan asuransi, perhitungan biaya, dan jenis tunjangan yang bisa diakses perlu dipahami sejak awal, terutama jika kehamilan sudah direncanakan berlangsung di Korea.

Sistem asuransi kesehatan di Korea Selatan dikelola oleh National Health Insurance Service (NHIS). Warga asing yang tinggal dalam jangka waktu menengah hingga panjang pada prinsipnya dapat ikut serta dan menerima perlindungan yang sama seperti warga Korea lainnya, selama mereka memenuhi persyaratan administratif.

Ilustrasi asuransi. Foto: Vlad Deep (Unsplash)

Umumnya, syarat dasar bagi warga asing untuk mengikuti NHIS adalah calon peserta memiliki Alien Registration Card (ARC) dan telah tinggal di Korea selama kurang lebih enam bulan. Pekerja yang terikat kontrak dengan perusahaan biasanya didaftarkan secara otomatis sebagai peserta asuransi karyawan, sedangkan mereka yang tidak bekerja, pekerja lepas, ataupun keluarga yang tidak memiliki penghasilan tetap dapat mendaftar sebagai peserta regional.

Besaran premi untuk pekerja dihitung sebagai persentase dari gaji. Persentase ini ditanggung bersama oleh perusahaan dan karyawan. Untuk peserta regional, besaran iuran per bulan didasarkan pada perhitungan pendapatan dan kondisi rumah tangga. Dalam banyak kasus, pasangan dan anak dapat didaftarkan sebagai tanggungan tanpa tambahan premi tersendiri, selama penanggung utama telah terdaftar sebagai anggota.

Bagi keluarga asing, salah satu tahapan yang sering memakan waktu adalah pengurusan dokumen keluarga, seperti buku nikah, kartu keluarga, atau dokumen lainnya yang sudah dilegalisir. Dokumen ini digunakan saat mendaftarkan pasangan dan anak sebagai tanggungan.

Secara umum, biaya medis di Korea terbilang tinggi sebelum dikurangi dengan asuransi, termasuk untuk persalinan. Untuk persalinan normal di rumah sakit besar, total biaya yang dibutuhkan bisa mencapai beberapa juta won. Untuk operasi caesar, biaya kotor awalnya jauh lebih besar, namun sistem asuransi dan kebijakan terbaru telah mengurangi beban biaya ini secara signifikan.

Ilustrasi rawat inap di rumah sakit. Foto: Stephen Andrews (Unsplash)

Persalinan normal pada dasarnya telah ditanggung oleh NHIS sehingga porsi biaya yang dibayarkan oleh pasien menjadi jauh lebih kecil. Untuk operasi caesar, pemerintah menghapus biaya pribadi bagi peserta NHIS mulai 1 Januari 2025, sehingga prosedur ini menjadi gratis dalam kerangka asuransi kesehatan nasional. Sebelumnya, pasien masih harus menanggung sekitar lima persen dari biaya medis. Dalam praktik di lapangan, keluarga biasanya tetap mengeluarkan sejumlah uang untuk kamar yang lebih nyaman atau layanan tambahan, tetapi biaya utama tindakan medis tetap ditanggung oleh NHIS.

Dengan NHIS aktif, banyak keluarga melaporkan pengeluaran akhir di kisaran angka ratusan ribu won untuk persalinan di rumah sakit, termasuk rawat inap selama beberapa hari, bergantung pada jenis kamar dan layanan tambahan yang dipilih.

Dukungan Pemerintah

Selain perlindungan asuransi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga menyediakan berbagai bantuan finansial terkait kehamilan, persalinan, dan pengasuhan anak. Sebagian besar program ini dirancang untuk warga negara Korea, tetapi beberapa bantuan dapat diakses oleh warga asing dengan status tertentu.

Ibu hamil yang terdaftar di NHIS umumnya dapat mengajukan kartu subsidi kehamilan yang sering disebut sebagai National Happiness Card atau Go Un Mom Card. Kartu ini berisi saldo khusus yang dapat digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, tes laboratorium, dan biaya persalinan. Untuk kehamilan tunggal, nilai bantuan yang diberikan umumnya sekitar satu juta won. Untuk kehamilan kembar atau kelahiran jamak, bantuan ditambah beberapa ratus ribu won.

Surat keterangan hamil dari dokter diperlukan untuk menerima kartu subsidi ini. Dokumen ini, bersama dengan ARC, dibawa ke bank yang bekerja sama dengan program untuk pengajuan kartu. Setelah disetujui, kartu dikirim ke alamat pemohon dan dapat digunakan selama masa kehamilan hingga setelah persalinan dalam jangka waktu tertentu.

Di beberapa daerah, seperti Seoul, ibu hamil dapat menggunakan voucher transportasi yang dapat digunakan untuk perjalanan ke fasilitas kesehatan. Nilai voucher ini setara dengan beberapa ratus ribu won dan bertujuan untuk mengurangi beban biaya perjalanan untuk pemeriksaan rutin.

Pemerintah Korea juga menyediakan tunjangan pengasuhan anak dalam bentuk uang bulanan. Skema tunjangan orang tua (parent allowance) ditujukan untuk pengasuhan anak usia 0 sampai 23 bulan, dengan nilai lebih besar pada tahun pertama kehidupan anak. Setelah itu, anak dapat menerima tunjangan anak (child allowance) bulanan hingga usia sekolah dasar awal.

Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Jon Flobrant (Unsplash)

Besaran total yang dapat diterima oleh keluarga Korea dalam dua tahun pertama kehidupan anak bisa mencapai belasan juta won. Jika dihitung hingga beberapa tahun pertama, akumulasi bantuan tunai dari berbagai skema bisa mencapai puluhan juta won. Namun, bantuan ini umumnya berkaitan erat dengan status kewarganegaraan Korea atau jenis visa tertentu. Untuk keluarga asing, aksesnya bergantung pada status tinggal, jenis visa (seperti F-2, F-5, atau F-6), serta kewarganegaraan anak.

Salah satu aspek yang khas dari sistem persalinan di Korea adalah keberadaan postpartum care center atau sanhujoriwon. Fasilitas ini bukanlah rumah sakit, melainkan pusat perawatan khusus untuk ibu dan bayi setelah keluar dari rumah sakit. Masa tinggal di sanhujoriwon yang umum adalah sekitar dua minggu.

Di fasilitas ini, sang ibu akan mendapatkan makanan bergizi beberapa kali sehari, edukasi menyusui, bantuan laktasi, pemantauan kondisi pascapersalinan, serta bantuan perawatan bayi selama 24 jam. Fasilitas yang disediakan sangat bervariasi, mulai dari kamar sederhana hingga kamar suite dengan layanan premium.

Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Alexander Grey (Unsplash)

Biaya sanhujoriwon juga sangat beragam. Rata-rata biaya perawatan selama dua minggu berada pada kisaran beberapa juta won. Di Seoul, terutama di kawasan seperti Gangnam, tarifnya bisa jauh lebih tinggi dan termasuk menjadi yang termahal di negara tersebut. Sebaliknya, beberapa pusat milik pemerintah di daerah menawarkan tarif yang jauh lebih rendah. Pemerintah kota seperti Seoul mulai memperkenalkan program tarif standar dengan subsidi sebagian biaya pelayanan, sehingga ibu hanya harus membayar sebagian dari total biaya paket.

Banyak laporan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu baru di Korea memanfaatkan fasilitas sanhujoriwon, sehingga reservasi biasanya perlu dilakukan sejak trimester kedua atau awal trimester ketiga kehamilan.

Secara garis besar, tahapan persalinan di rumah sakit Korea kurang lebih sama dengan standar rumah sakit modern lainnya, tetapi dengan beberapa kebiasaan dan pola layanan yang agak berbeda dari Indonesia.

Ketika kontraksi teratur atau ketuban pecah, ibu datang ke rumah sakit dengan membawa ARC, kartu NHIS, kartu subsidi kehamilan, dan dokumen pemeriksaan kehamilan. Setelah registrasi, tenaga medis memeriksa pembukaan serviks dan kondisi ibu-bayi. Jika pembukaan sudah mulai atau ada indikasi medis, sang ibu akan dirawat inap.

Ilustrasi bangsal rumah sakit. Foto: Ronaldo Pangan (Unsplash)

Pada fase pembukaan, ibu dipantau dengan alat elektronik untuk mengukur kontraksi dan detak jantung bayi. Jika kontraksi lemah atau tidak teratur, dokter dapat memberikan obat perangsang kontraksi. Pengurang nyeri banyak mengandalkan epidural, yang umum digunakan di Korea dan diberikan oleh spesialis anestesi. Beberapa rumah sakit juga menawarkan kombinasi teknik nonfarmakologis seperti perubahan posisi berbaring atau birthing ball.

Setelah pembukaan lengkap, ibu dipindahkan ke ruang bersalin. Proses mengejan dipandu oleh bidan atau dokter, dan bila diperlukan dilakukan episiotomi. Durasi proses ini bervariasi antara ibu yang pertama kali melahirkan dan yang pernah melahirkan sebelumnya. Setelah bayi lahir, plasenta dikeluarkan, perdarahan dipantau, dan jahitan dilakukan jika ada sayatan.

Untuk operasi caesar, prosedur dilakukan di ruang operasi dengan anestesi regional. Waktu tindakan biasanya singkat, namun pemulihan di ruang rawat inap lebih lama dibandingkan dengan persalinan normal.

Setelah persalinan, rumah sakit memberikan perawatan awal bagi ibu dan bayi. Beberapa rumah sakit menerapkan sistem nursery, di mana bayi dirawat di ruang khusus dan dibawa ke ibu pada jam menyusui. Rumah sakit lain lebih mendorong sistem rooming in, di mana bayi berada di kamar yang sama dengan ibu.

Tekanan darah, suhu, dan perdarahan dari sang ibu dipantau secara konsisten. Perawat atau penasihat laktasi membantu proses inisiasi menyusui dan mengajarkan cara menyusui yang nyaman. Di kamar, biasanya tersedia fasilitas mandi dan terkadang alat sitz bath untuk membantu pemulihan area perineum.

Durasi rawat inap untuk persalinan normal biasanya sekitar dua sampai tiga hari. Untuk operasi caesar, masa rawat inap umumnya adalah tiga hingga lima hari, tergantung kondisi ibu dan bayi serta kebijakan rumah sakit.

Bagi warga negara Indonesia yang melahirkan di Korea, setelah urusan medis selesai, tahap berikutnya adalah pengurusan dokumen sipil bayi. Rumah sakit akan mengeluarkan surat keterangan kelahiran dalam bahasa Korea. Dokumen ini menjadi dasar untuk melaporkan kelahiran ke perwakilan Indonesia, seperti KBRI Seoul. Pelaporan kelahiran dapat dilakukan dengan mengisi formulir, melampirkan surat keterangan lahir, paspor dan ARC orang tua, serta buku nikah yang sudah dilegalisir. Setelah proses selesai, perwakilan Indonesia menerbitkan surat keterangan kelahiran atau akta kelahiran Indonesia.

Ilustrasi paspor. Foto: Nicole Geri (Unsplash)

Setelah akta lahir terbit, orang tua dapat mengurus paspor Indonesia untuk bayi. Dengan paspor tersebut, orang tua kemudian mengurus izin tinggal dan ARC bayi di kantor imigrasi Korea sesuai status visa orang tua. Rangkaian ini penting dilakukan agar status hukum bayi dapat ditetapkan dengan jelas baik di Indonesia maupun di Korea.

Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sejak awal kehamilan. Pertama, pastikan keikutsertaan NHIS aktif paling tidak beberapa bulan sebelum perkiraan persalinan, karena masa tunggu dapat memengaruhi cakupan bantuan. Kedua, periksa apakah rumah sakit yang dipilih memiliki staf yang dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris ataupun bahasa lain yang dikuasai, terutama jika calon ibu belum nyaman dengan bahasa Korea.

Ketiga, cari informasi mengenai sanhujoriwon di sekitar tempat tinggal, termasuk biayanya, lalu tentukan apakah akan menggunakannya atau tidak. Keempat, pahami batasan program bantuan pemerintah untuk keluarga asing, terutama terkait kewarganegaraan anak dan jenis visa yang dimiliki oleh orang tua.

Sistem persalinan di Korea Selatan bertumpu pada kombinasi asuransi kesehatan nasional dan berbagai skema bantuan keuangan untuk mengurangi beban biaya kehamilan, persalinan, dan pengasuhan anak. Warga asing yang terdaftar di NHIS pada dasarnya mendapatkan perlindungan medis yang setara, termasuk keringanan untuk biaya persalinan normal dan operasi caesar yang kini digratiskan melalui asuransi nasional.

Namun, tidak semua program tunjangan tunai dan subsidi jangka panjang otomatis berlaku untuk keluarga asing. Status tinggal, kewarganegaraan anak, dan jenis visa menjadi faktor penentu. Karena itu, memahami lebih awal cara kerja NHIS, kisaran biaya rumah sakit, peran sanhujoriwon, serta prosedur pengurusan dokumen bayi akan membantu keluarga asing untuk merencanakan persalinan di Korea Selatan dengan lebih tenang dan terukur.