
Lembaga les berbayar, atau dikenal juga dengan istilah hagwon, telah tersebar di seluruh Korea Selatan dan kini tumbuh menjadi sektor ekonomi bernilai puluhan triliun won. Partisipasi siswa sangat tinggi dan biaya yang dikeluarkan oleh setiap rumah tangga untuk kelas privat terus meningkat. Fenomena ini mengubah cara keluarga dalam merencanakan keuangan, memengaruhi pola hunian di kota besar, dan mendorong lahirnya korporasi pendidikan berskala besar.
Skala dan Pasar Premium
Angka belanja pendidikan privat mencapai sekitar 26 triliun won pada tahun 2022, dengan mayoritas siswa sekolah dasar mengikuti setidaknya satu program hagwon. Di banyak keluarga, biaya ini dihitung sebagai kebutuhan pokok yang tidak dapat dihindari karena dianggap dapat menentukan peluang masuk sekolah unggulan dan universitas ternama. Permintaan yang tinggi membantu dalam mempertahankan ragam pasar les privat, mulai dari bimbingan dasar hingga program intensif untuk ujian masuk perguruan tinggi.
Kawasan Daechi-dong di Gangnam, Seoul, menunjukkan kaitan langsung antara konsentrasi hagwon dan harga properti. Kepadatan lembaga unggulan menciptakan premi lokasi, terlihat dari kenaikan harga apartemen dan bangunan komersial secara pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Perpindahan sementara keluarga ke daerah ini selama masa krusial pendidikan anak turut memengaruhi pola sewa dan jual beli, sementara proyek rekonstruksi meningkatkan ekspektasi kepadatan hunian dan mempertahankan tekanan harga. Pola tersebut menegaskan bahwa akses ke ekosistem pendidikan unggul menjadi variabel penting dalam nilai lahan perkotaan.
Pertumbuhan hagwon turut ditopang oleh integrasi teknologi pembelajaran. Platform digital, perangkat keras kelas, dan konten adaptif semakin memperluas jangkauan serta memfasilitasi personalisasi materi. Di sisi bisnis, pasar pendidikan privat tersegmentasi menjadi layanan les standar dengan biaya terjangkau hingga program premium berintensitas tinggi. Program asrama bagi pengulang ujian masuk, misalnya, menampilkan struktur biaya yang jauh lebih tinggi di atas kursus daring reguler, mencerminkan perbedaan proposisi nilai dan intensitas dukungan belajar.
Tekanan pada Rumah Tangga Berpendapatan Menengah
Konsekuensi finansial paling terasa jelas pada keluarga berpendapatan menengah. Ketika biaya pokok meningkat namun penghasilan rumah tangga stagnan, biaya yang digunakan untuk hagwon semakin menambah tekanan pengeluaran.
Banyak keluarga harus memangkas tabungan atau memanfaatkan kredit untuk mempertahankan ritme belajar anak. Beban ini bersifat struktural karena anak sekolah menambah kebutuhan tetap rumah tangga, sementara literasi keuangan yang memadai belum selalu berujung pada pengelolaan yang efektif di tengah ketidakseimbangan pendapatan dan pengeluaran.
Perusahaan Raksasa
Hagwon berevolusi dari usaha standar menjadi korporasi pendidikan dengan pendapatan ratusan miliar won per kuartalnya. Beberapa perusahaan berfokus pada bahasa, sedangkan sebagian lainnya pada persiapan ujian dengan layanan intensif, termasuk program berasrama. Namun, kinerja keuangan dan harga saham sektor ini berfluktuasi tajam mengikuti kebijakan pendidikan. Perubahan kecil pada aturan ujian atau pengakuan sertifikat bahasa dapat mengubah prospek bisnis, sebagaimana terlihat pada kasus investasi yang melemah ketika terjadi adanya pengurangan bobot materi tertentu.
Pasar pendidikan privat Korea sering dianggap ekstrem karena skala dan intensitasnya. Meskipun begitu, kecenderungan serupa juga tampak di berbagai negara, terutama di kawasan Asia Pasifik, seiring dengan bertumbuhnya kelas menengah dan meningkatnya persaingan akademik. Diversifikasi kurikulum, adopsi teknologi, dan penawaran premium menjadi pola yang umum dijumpai. Dengan demikian, ekosistem hagwon Korea dapat dipandang bukan hanya sekadar anomali saja, melainkan menjadi salah satu ujung spektrum dari transformasi pendidikan yang lebih luas.
Ekonomi pendidikan privat Korea menunjukkan bagaimana preferensi pendidikan, kebijakan publik, dan pasar properti saling berkaitan. Permintaan yang tinggi terhadap layanan hagwon mempertahankan pengeluaran rumah tangga pada jumlah yang signifikan, menggeser peta hunian perkotaan, serta melahirkan korporasi besar. Pola ini menandai pergeseran prioritas keluarga dan institusi menuju layanan yang semakin tersegmentasi, dengan implikasi jangka panjang terhadap kesetaraan akses.