
Seoul memiliki lanskap literasi beragam dan inovatif. Mulai dari toko buku di bawah tanah hingga toko buku independen mungil, Seoul menghadirkan pengalaman belanja buku yang unik. Seoul memiliki 511 toko buku, dan hampir separuhnya merupakan toko independen.
Toko Buku Populer

Kyobo Book Centre menjadi salah satu pemimpin pasar toko buku di Korea. Didirikan pada 1980 dan membuka toko pertamanya pada tahun 1981, Kyobo menjadi pelopor penjualan buku daring di Korea dengan filosofi “people make books, books make people.”
Lokasi toko pusatnya ada di Gwanghwamun, menempati area bawah tanah seluas 8.900 meter persegi dan menampung sekitar 2,3 juta buku. Di dalam toko, terdapat area musik, DVD, dan alat tulis. Layanan pengiriman internasional pun tersedia untuk pelanggan luar negeri melalui FedEx dengan pembayaran menggunakan Mastercard, Visa, atau JCB.

Youngpoong Bookstore menjadi pemain besar lainnya, dengan cabang utama di Jongno yang menempati area seluas 10.600 meter persegi di dua lantai bawah tanah. Lantai B1 menawarkan lebih dari 350.000 buku dalam berbagai bahasa, sementara lantai B2 menjadi “Stylish Gift Mall” berisi alat tulis, elektronik, dan produk merek ternama.

Aladin menjadi jaringan toko buku bekas terbesar di Korea. Aladin memiliki cabang di berbagai kota termasuk di beberapa lokasi populer seperti Gangnam dan Hongdae. Buku-buku Aladin dikenal berkualitas baik dengan harga terjangkau, bahkan seringkali menjual buku langka maupun buku yang sudah tidak lagi dicetak. Selain buku berbahasa Korea, Aladin juga menawarkan buku berbahasa Inggris, majalah, CD, DVD, serta area khusus tempat pengunjung dapat membaca sebelum membeli.
Bandi & Luni’s menawarkan berbagai pilihan buku sastra, bisnis, seni, dan buku impor, sedangkan Interpark Books hadir sebagai bagian dari platform e-commerce besar yang berfokus pada sastra, buku pelajaran, dan buku bahasa asing.
Destinasi Ikonis
Selain menjadi perpustakaan populer, Starfield Library di COEX Mall juga menjadi ikon perpustakaan sejak 2017 dengan rak buku setinggi 13 meter di atrium seluas 2.800 meter persegi yang memuat lebih dari 70.000 buku dari berbagai genre.
Perpustakaan ini diciptakan dengan investasi 6 miliar won oleh Shinsegae dengan biaya perawatan tahunan sekitar 500 juta won. Perpustakaan ini dilengkapi dengan iPad untuk membaca e-book dan terminal listrik di area duduk. Acara rutin seperti bedah buku dan penampilan juga diselenggarakan di sini. Cabang kedua dari Starfield Library dibuka di Suwon pada 2024 dengan desain serupa.

Seoul Book Repository di Songpa-gu memuat lebih dari 200.000 buku bekas dari berbagai toko independen dalam satu ruang sambil tetap mempertahankan karakter dari masing-masing toko. Terowongan raknya yang khas menjadi latar populer di media sosial, dan program-program seperti pameran, pertunjukan, dan diskusi juga diadakan di sini.

Arc N Book di Lotte World Mall menawarkan konsep “book tunnel” dengan pencahayaan neon dan desain unik. Sementara itu, Daeo Bookstore, toko buku tertua di Seoul, mempertahankan bangunan hanok bersejarah yang juga merupakan kafe.
Toko Buku Independen
Toko buku independen di Korea mengalami pertumbuhan pesat, dari 97 toko pada tahun 2015 menjadi 815 toko pada 2022. Bahkan, terdapat 225 toko independen di Seoul yang memadukan penjualan buku dengan pengalaman lain.

Yeonnam-dong adalah salah satu area tempat banyak toko buku independen berada. Deer Bookshop yang dikelola oleh pasangan ilustrator dan desainer, serta Book and Studio Jinbu yang menggabungkan buku, musik vinyl indie Korea, dan acara seni adalah contohnya. Sementara itu, Spring Flare hadir sebagai kolaborasi antara perusahaan alat medis dan galeri seni, menghadirkan filosofi “Everyday Art Bookstore.”
Di Hapjeong, Thanks Books merupakan toko buku, kafe, sekaligus galeri dengan catatan ulasan buku yang ditulis oleh staf. Boan Bookstore di Tongui-dong menempati lantai dua dari Boan1942, fokus menjual majalah seni sekaligus menjadi tempat menikmati pemandangan tembok Istana Gyeongbokgung.
Penerbitan independen juga makin berkembang, melahirkan bestseller nasional seperti “Dallergut Dream Department Store” yang terbit lewat crowdfunding dan “I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki” yang juga terbit secara mandiri.
Membaca 24 Jam
Seoul memiliki beragam ruang baca sepanjang hari, mulai dari study café dengan bilik belajar pribadi, meja baca bersama, hingga manga café yang menawarkan ribuan komik serta novel grafis.
Beberapa PC bang kini menyediakan akses perpustakaan digital, bahkan beberapa tempat sauna kini memiliki area membaca. Lotte World Tower pun memiliki sudut baca di dek observasinya, menawarkan pengalaman membaca ditemani pemandangan kota.
Buku Berbahasa Inggris dan Kafe Buku
Itaewon Books yang berdiri sejak 1973, adalah toko buku bekas bahasa Inggris tertua di Seoul. Sehwa’s English Bookstore di dekat Stasiun Gireum menawarkan pilihan buku baru dan bekas dalam bahasa Inggris, termasuk karya Korea yang telah diterjemahkan.
Budaya kafe buku berkembang dengan pesat, seperti Book Park Lounge di Hannam-dong yang memiliki 3.000 judul buku di ruang penuh cahaya alami, atau Hanyang Bookstore & Café di Myeongdong yang menawarkan suasana ruang baca di area bawah tanah yang modern.

Café Comma, yang dikelola oleh Munhakdongne Publishing House, memiliki enam lantai penuh buku dan area baca luas. Terdapat juga Literary Salon Chogo yang berubah menjadi bar anggur di malam hari. Inwangsan Shelter in the Woods juga menawarkan pengalaman membaca di pegunungan yang jauh dari keramaian kota.
Dari raksasa ritel seperti Kyobo hingga toko independen dengan kurasi unik, perpustakaan ikonis seperti Starfield hingga kafe buku bernuansa alam, Seoul membuktikan bahwa membaca adalah bagian integral dari kota.