Shaker: Novel Fantasi Lee Hee-young yang Mengajak Pembaca Merenung

on in Literature
“Shaker” karya Lee Hee-young. Gambar: KJCstar

Lee Hee-young, penulis kenamaan Korea Selatan yang telah berhasil meraih perhatian besar lewat karya-karya literatur remajanya, kini kembali dengan novel terbarunya yang berjudul “Shaker.” Dirilis pada Mei 2024, “Shaker” menjadi novel pertama Lee dalam genre fantasi time-slip, sekaligus melanjutkan ciri khasnya dalam mengangkat tema kehidupan remaja yang mendalam dan penuh perenungan.

Lee Hee-young memulai karier sastranya dengan gemilang, ditandai dengan penerimaan penghargaan Rookie of the Year di Kim Seung-Ok Literary Award pada 2013. Kesuksesan awal ini diikuti dengan berbagai penghargaan prestisius lainnya, seperti 5.18 Literary Award, Deungdae Literature Award, KB Creative Writing Contest, hingga Changbi Prize for Young Adult Fiction. Namanya semakin melambung setelah novel dengan genre distopianya, “Paint,” berhasil terjual lebih dari 400 ribu eksemplar dan menjadi fenomena literatur remaja di Korea Selatan.

“Paint” karya Lee Hee-young. Gambar: M&C Gramedia

Novel “Paint” menampilkan kisah anak-anak terlantar di masa depan yang diberi pilihan untuk memilih orang tua mereka sendiri. Lewat novel ini, Lee Hee-young menunjukkan ketajamannya dalam membahas isu identitas dan hubungan keluarga secara realistis dan tanpa terkesan menggurui. Prinsip ini juga hadir dalam karya-karya lainnya seperti “Tester,” “Salt Child,” “Face,” “Do You Like Summer Tangerines,” dan “Challenge Blue.”

Sebagai penulis, Lee memiliki prinsip yang jelas, di mana ia tidak ingin berpura-pura memahami remaja, melainkan berusaha menjadi teman yang berjalan bersama mereka. Pengalaman pribadinya sebagai ibu dari seorang anak remaja memberikan tambahan keaslian emosional dalam setiap karyanya.

“Shaker” menghadirkan tokoh utama bernama Na-woo, seorang pria berusia 32 tahun yang secara misterius kembali ke masa lalunya saat ia berusia 19 tahun setelah bertemu seekor kucing liar. Kisah ini bukan hanya tentang perjalanan waktu biasa, melainkan tentang dilema besar yang melibatkan pilihan berat antara menyelamatkan seorang sahabat yang meninggal akibat kecelakaan atau mempertahankan hubungan cintanya saat ini dengan sang kekasih, Ha-je.

Struktur novel ini sangat unik, dengan lima perjalanan waktu Na-woo yang melewati berbagai tahapan dalam hidupnya, dimulai dari usia 32, 19, 15, 20, kembali ke 19, dan akhirnya kembali lagi ke usia 32. Metafora shaker, alat untuk mencampur berbagai bahan menjadi satu minuman, digunakan Lee untuk menggambarkan betapa kompleksnya hubungan antara masa lalu, kini, dan masa depan dalam kehidupan seseorang.

Lee Hee-young tidak sekadar bercerita saja, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan tema-tema universal seperti persahabatan, cinta, penyesalan, serta konsekuensi dari setiap pilihan yang kita ambil. Novel ini mengajak pembaca merenung melalui pertanyaan besar yang diutarakan Na-woo, yaitu “bagaimana cara untuk menjalani hidup agar tidak ada penyesalan di masa depan?”.

Pertanyaan filosofis ini mendasari setiap pilihan tokoh utama, menggali makna dari setiap konsekuensi yang muncul akibat keputusan-keputusan kecil di masa lalu. “Shaker” memang tidak memberikan jawaban yang mudah, tetapi karya ini tetap mengajak pembaca untuk memahami bahwa satu-satunya momen yang benar-benar kita kuasai adalah masa kini.

Di tengah maraknya narasi time-slip di fiksi populer Korea, “Shaker” tampil berbeda dengan lebih menitikberatkan pada dampak emosional dan etika dari perjalanan waktu dan tidak terlalu berfokus pada teknisnya. Novel ini mendapatkan perhatian khusus karena kemampuannya membahas isu sosial dan keadilan secara tersirat, sambil mempertahankan keaslian emosi dalam setiap karakternya.

Shaker untuk minuman. Foto: Clément Bucco-Lechat (Wikipedia)

Melalui metafora shaker yang terus-menerus mencampur masa lalu, masa kini, dan masa depan, Lee Hee-young menegaskan bahwa waktu adalah sebuah campuran kompleks yang terus berubah. Pada akhirnya, pembaca diajak untuk memahami bahwa kekuatan sejati untuk mengubah kehidupan tidak memerlukan perjalanan waktu, melainkan datang dari keputusan dan tindakan kita pada hari ini.

Dengan “Shaker,” Lee Hee-young tidak hanya memperluas repertoar genre yang ia kuasai tetapi juga memperkaya literatur remaja Korea dengan narasi yang penuh makna dan refleksi. Selain menjadi hiburan, novel ini juga menjadi sebuah ajakan untuk berpikir dan melihat kembali kehidupan dari sudut pandang yang lebih dalam dan autentik.