
Era Baru Keluarga: Menggali ‘Ganyeojangui Sidae’ Karya Sulla Lee
Sulla Lee, penulis esai yang terkenal melalui platform “Ilgan Isula,” telah merilis novel pertamanya yang berjudul “Ganyeojangui Sidae” atau “Era Ganyeojang.” Novel ini menciptakan konsep baru yang mengeksplorasi perubahan dinamika keluarga dan hubungan gender di Korea modern. Karya ini telah mendapatkan perhatian luas, bahkan mendapatkan kontrak adaptasi drama baru-baru ini. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang novel yang menantang struktur keluarga tradisional ini.
Pengertian ‘Ganyeojang’
Ganyeojang adalah istilah yang diciptakan oleh Sulla Lee, menggantikan ‘gabo’ (patriark) dengan ‘ganyeo’ (putri) sebagai kepala keluarga. Novel ini menceritakan tentang seorang anak perempuan yang lahir di keluarga di bawah kekuasaan kakeknya, tumbuh besar, dan kemudian menjadi pemimpin keluarga yang baru. Perubahan ini bukan hanya tentang perempuan yang mengambil alih peran dominan dalam keluarga saja, tetapi juga tentang mengubah pandangan masyarakat tentang kekuatan dan kepemimpinan dalam rumah tangga.
Alur Cerita dan Tema Utama
Novel ini mengikuti perjalanan seorang anak perempuan yang berhasil mengubah nasib keluarganya melalui kepiawaiannya dalam menulis. Dengan gaya bercerita yang ringan namun bermakna, Sulla Lee menggambarkan bagaimana sang tokoh utama mengambil alih kendali ekonomi dan politik keluarga, sesuatu yang hampir mustahil terjadi dalam keluarga dengan sistem patriarki tradisional. Transformasi ini tidak hanya mencerminkan dinamika yang berubah di masyarakat Korea modern, tetapi juga mengeksplorasi kompleksitas konflik antar generasi dan munculnya struktur keluarga baru.
Pergolakan Antargenerasi
Salah satu tema utama dalam “Ganyeojangui Sidae” adalah perubahan dan konflik antar generasi. Dalam novel ini, seorang anak perempuan yang lahir di bawah kekuasaan kakeknya akhirnya tumbuh dan mengambil alih kendali keluarga. Peralihan ini menggambarkan perubahan nilai dan perpindahan kekuasaan yang halus namun signifikan yang terjadi dalam keluarga. Tokoh utama tidak hanya menghadapi tantangan eksternal, tetapi juga harus berhadapan dengan warisan dan kesalahan yang ditinggalkan oleh patriark sebelumnya.
Kekuatan Bahasa dan Perubahan Sosial
Sulla Lee menggunakan istilah ‘mobu’ untuk menggantikan ‘bumo’ (orang tua), mengganti urutan biasa dari ‘ayah ibu’ menjadi ‘ibu ayah.’ Perubahan kecil ini menggambarkan bagaimana bahasa dapat membentuk dan mengubah persepsi kita tentang struktur keluarga dan hubungan gender. Dengan mengubah terminologi, Lee mengajak pembaca untuk mempertimbangkan kembali posisi perempuan dalam keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
Reinterpretasi Kesuksesan
Novel ini juga menyoroti konsep kesuksesan secara tradisional dalam masyarakat Korea. Tokoh utama yang berhasil meningkatkan kondisi ekonomi keluarganya melalui menulis, menawarkan pandangan baru tentang mobilitas sosial di Korea modern. Kisah ini menunjukkan bahwa kesuksesan dan peningkatan status sosial tidak lagi harus mengikuti jalur konvensional, tetapi dapat dicapai melalui berbagai cara yang kreatif dan inovatif.
Adaptasi Drama
Studio multi-konten Highground telah mendapatkan hak untuk mengadaptasi novel ini menjadi sebuah drama, dengan Sulla Lee turut berpartisipasi dalam penulisan skenario. Ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa pesan inti dan suasana unik dari novel dapat dipresentasikan dengan baik dalam format drama.
Adaptasi ini direncanakan untuk tayang pada tahun 2025, dan diharapkan dapat menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan, mulai dari generasi muda hingga kelompok usia yang lebih tua. Dengan penulis aslinya terlibat langsung dalam produksi drama ini, pembaca memiliki eskspektasi tinggi bahwa adaptasi ini akan tetap akurat pada sumber materinya dan mampu menyampaikan perspektif yang segar tentang struktur keluarga dan peran perempuan dalam masyarakat.
“Ganyeojangui Sidae” adalah sebuah karya yang berani dan inovatif, menawarkan pandangan baru tentang dinamika keluarga dan hubungan gender di Korea modern. Dengan menggantikan patriarki dengan konsep ganyeojang, Sulla Lee mengajak pembaca untuk mempertimbangkan kembali peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat.
Novel ini tidak hanya mencerminkan perubahan sosial yang sedang berlangsung tetapi juga membuka jalan bagi diskusi lebih lanjut tentang kesuksesan, mobilitas sosial, dan kekuatan bahasa dalam membentuk realitas kita. Adaptasi drama yang tengah dikerjakan juga menambah antisipasi, menjanjikan interpretasi visual yang menarik dari kisah yang sudah memikat banyak pembaca.