Bae Suah: Suara Eksperimental Sastra Korea

on in Literature

Lahir di Seoul pada tahun 1965, Bae Suah adalah salah satu penulis paling dikenal di Korea Selatan. Gaya eksperimental dan suaranya yang unik dalam kesusastraan telah disebut-sebut sebagai “melakukan kekerasan pada bahasa Korea.” Dengan lebih dari selusin karya, termasuk novel, kumpulan cerita pendek, dan karya terjemahan, Bae telah mendapatkan pengakuan kritis dan berbagai penghargaan bergengsi karena pendekatannya yang khas terhadap penceritaan dan bahasa.

Bae Suah tidak mengikuti jalan yang lazim untuk menjadi penulis ternama di Korea Selatan. Berawal dari studinya di bidang kimia di Ewha Womans University dan bekerja sebagai pegawai negeri, Bae menemukan dunia sastra secara tidak terduga. Ia menulis cerita pertamanya sambil berlatih mengetik, dan karya ini memenangkan kompetisi sastra untuk penulis muda pada tahun 1988. Keberhasilan yang tidak terduga ini membuat Bae memutuskan untuk meninggalkan karirnya sebagai pegawai negeri dan mengejar dunia penulisan secara penuh.

Bae Suah kemudian memulai debutnya di dunia sastra pada tahun 1993 dengan penerbitan karyanya yang berjudul “A Dark Room” (천구백팔십팔년의 어두운 방). Sejak saat itu, ia telah menghasilkan banyak karya, termasuk kumpulan cerita pendek dan novel yang memperkuat reputasinya sebagai suara yang berani dan inovatif dalam sastra Korea.

Salah satu karyanya yang paling representatif adalah “Highway with Green Apples” (푸른 사과가 있는 국도), diterbitkan pada tahun 1995, yang memperlihatkan gaya awal Bae yang dipenuhi dengan sinisme khas. Selain itu, novel “Rhapsody in Blue” (랩소디 인 블루), yang juga diterbitkan pada tahun 1995, memperkenalkan sudut pandang penceritaan yang menantang dan menarik.

Terbit pada tahun 1998, novel pendek “Nowhere to Be Found” (철수) mendapatkan pengakuan internasional saat versi terjemahan bahasa Inggrisnya masuk ke daftar panjang untuk PEN Translation Prize dan Best Translated Book Awards. Karya ini menggambarkan eksplorasi Bae mengenai keterasingan dan identitas dalam masyarakat Korea kontemporer.

Novel “A Greater Music” (에세이스트의 책상) yang terbit pada tahun 2003 menandai titik balik dalam karir sastra Bae Suah. Novel ini, yang berlatar di Berlin, mengeksplorasi tema musik, seni, identitas, dan bahasa, mencerminkan pengalaman Bae saat tinggal di Jerman serta ketertarikannya yang semakin besar pada sastra Jerman. Karya ini adalah salah satu dari karya-karya awal Bae yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yang dipublikasikan pada tahun 2016.

Untold Night and Day. Gambar: GoodReads

Salah satu novel terbaru dan paling dikenal dari Bae adalah “Untold Night and Day” (알려지지 않은 밤과 하루), yang diterbitkan pada tahun 2013. Karya ini digambarkan sebagai “lukisan surealis” oleh The Guardian dan menampilkan gaya Bae yang lebih matang, dengan narasi yang eksperimental dan kaburnya batas antara realitas dan mimpi.

Teknik naratif eksperimental adalah ciri khas Bae Suah yang paling menonjol, di mana ia mendorong batasan konvensi penceritaan dan menantang ekspektasi pembaca. Gaya naratifnya ditandai oleh garis waktu yang tidak linear, perspektif yang terfragmentasi, dan batas antara kenyataan dan imajinasi yang buram.

Salah satu teknik khas Bae adalah penggunaan pengulangan dan sirkularitas dalam narasinya. Dalam karya seperti “Untold Night and Day”, ia menggunakan motif dan adegan yang berulang, menciptakan rasa déjà vu yang membingungkan pembaca dan meniru siklus waktu dan ingatan. Narasi yang sering berpindah perspektif juga merupakan ciri lain dari Bae, di mana sudut pandang narasi bergeser antara beberapa karakter, menciptakan pandangan kaleidoskopik atas peristiwa dan tokoh.

Nowhere to Be Found. Gambar: GoodReads

Selain itu, Bae juga sering kali memanipulasi struktur bahasa dan sintaksis. Ia menggunakan struktur kalimat yang tidak konvensional dan pola linguistik yang mencerminkan sifat terfragmentasi dari naratifnya. Teknik ini bertujuan untuk membuat pengalaman membaca menjadi lebih menantang dan mendorong pembaca untuk berinteraksi dengan teks secara lebih mendalam.

Gaya sastra dan eksplorasi tematik Bae Suah sangat dipengaruhi oleh keterlibatannya yang mendalam dengan sastra Jerman, yang dimulai ketika ia tinggal di Berlin pada tahun 2001. Pengalaman ini tidak hanya memengaruhi penulisannya saja, tetapi juga mendorongnya untuk menjadi penerjemah produktif karya-karya sastra Jerman ke dalam bahasa Korea.

Bae menerjemahkan karya-karya penulis Jerman seperti Franz Kafka, W.G. Sebald, dan Jenny Erpenbeck. Narasi surealis Kafka, prosa melankolis Sebald, dan gaya eksperimental Erpenbeck memiliki pengaruh yang signifikan pada karya Bae, baik dalam gaya maupun dalam tema. Hal ini terlihat dalam novel “A Greater Music”, yang menggambarkan bagaimana pengaruh budaya Jerman memperkaya palet sastra Bae, menciptakan fusi unik antara elemen-elemen cerita Korea dan Eropa.

Karya-karya Bae Suah banyak dipenuhi oleh tema keterasingan dan identitas, mencerminkan kompleksitas masyarakat modern Korea dan kondisi manusia secara lebih luas. Karakter-karakternya sering kali bergulat dengan perasaan keterasingan, baik secara fisik maupun emosional, saat mereka berupaya menjelajahi dunia yang semakin terpecah-pecah dan tidak dapat dipahami.

Dalam “Nowhere to Be Found”, Bae mengeksplorasi perasaan keterasingan dan perjuangan dari seorang wanita muda untuk menemukan tempatnya di Korea Selatan yang tengah berubah dengan cepat. Bahkan, tokoh utama dalam novel ini merasa asing dengan keluarganya sendiri, yang digambarkan sebagai “sekumpulan orang asing yang tak akan pernah kutemui lagi”.

Karakter-karakter Bae sering kali digambarkan terombang-ambing di tengah masyarakat yang nampak makmur, menghadapi ketidakpuasan dan keterasingan, serta keluarga-keluarga yang terpecah akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Kontras antara kemakmuran material dan kemiskinan emosional ini menjadi motif berulang dalam narasi Bae, menyoroti dampak psikologis dari modernisasi dan tuntutan masyarakat.

Kontribusi Bae Suah dalam dunia sastra telah mengokohkannya sebagai salah satu penulis paling inovatif dan menantang dalam sastra Korea kontemporer. Teknik naratif eksperimentalnya, yang dipengaruhi oleh sastra Jerman dan pengalamannya sebagai penerjemah, telah mendorong batas-batas fiksi Korea dan mendapatkan pengakuan kritis baik di dalam negeri maupun internasional.

Karya-karya Bae secara konsisten mengeksplorasi tema perasaan terasingkan, identitas, dan kompleksitas eksistensi modern, menawarkan perspektif yang unik mengenai kondisi manusia. Penceritaannya yang tidak linear, narasi yang terfragmentasi, dan eksperimen linguistik menciptakan pengalaman membaca yang memikat dan mencerminkan kondisi psikologis karakter-karakternya.