
Anyang Public Art Project (APAP) adalah sebuah inisiatif seni publik yang dimulai pada tahun 2005 di Anyang, Korea Selatan. Proyek ini bertujuan untuk mengubah ruang-ruang kota melalui berbagai bentuk kesenian, sekaligus mendorong masyarakat untuk melihat kembali hubungan mereka dengan lingkungan perkotaan.
APAP pertama kali diselenggarakan sebagai bagian dari program “Anyang Art City 21,” sebuah kebijakan yang mengintegrasikan seni ke dalam ruang publik. Dengan tema “Tipping the Balance,” APAP edisi pertama menampilkan karya dari 97 seniman dan kelompok seni dari berbagai negara, termasuk Teruya Yuken, Seung Ha Lee, Tess Jaray, dan Anri Sala.
Seiring berjalannya waktu, APAP terus berkembang dengan pendekatan dan tema yang beragam. Pada tahun 2010, proyek ini mengusung tema “New Community: In the Open City,” yang berfokus pada kolaborasi berbasis komunitas dan partisipasi warga. Kemudian pada APAP keempat yang dipimpin oleh Jee-sook Beck di tahun 2014 mengangkat tema “Public Story,” yang mengeksplorasi keterkaitan seni publik dengan sejarah dan masyarakat. Edisi kelima pada 2016 semakin memperkuat reputasi APAP dalam menghadirkan karya seni dan arsitektur inovatif di berbagai sudut kota Anyang.

Kolaborasi dengan seniman dan arsitek ternama juga terus meramaikan APAP. Beberapa nama yang terlibat dalam proyek ini di antaranya adalah Sylvie Fleury, Gimhongsok, Jeppe Hein, Kim Yong-Ik, Lee Bul, LOT-EK, MVRDV, Manfred Pernice, Rirkrit Tiravanija, Haegue Yang, dan lainnya. Beberapa dari karya mereka bahkan telah menjadi bagian dari lanskap kota Anyang hingga saat ini. APAP terus diadakan dalam format triennale, dengan edisi ketujuh pada tahun 2023 yang bertemakan “Zone 7” mengeksplorasi imajinasi dan seni publik dalam ruang yang lebih luas.
Instalasi Ekologi Perkotaan dalam APAP
Salah satu aspek utama dari APAP adalah instalasi ekologi perkotaan yang memadukan seni dan alam. Beberapa proyek memanfaatkan lahan terlantar untuk menciptakan ruang punlik baru yang menarik sekaligus fungsional. Salah satu contohnya adalah penggunaan ulang bangunan pusat karantina hewan di Anyang, yang kemudian diubah menjadi ruang pameran seni.
Instalasi ekologi dalam APAP sering kali mengadopsi berbagai pendekatan kreatif, seperti patung interaktif yang merespons pada perubahan lingkungan, taman hijau yang berfungsi sebagai ruang seni sekaligus ruang publik, serta desain ruang berkelanjutan yang meminimalkan dampak ekologis. Beberapa peserta dalam APAP juga menciptakan kebun komunitas yang melibatkan warga dalam upaya edukasi dan pelestarian lingkungan.
Konsep ini mencerminkan tren global dalam proyek seni publik yang semakin menekankan kesejahteraan kota dan kesadaran lingkungan. Dengan memadukan seni dan ekologi, APAP berkontribusi pada pengembangan ruang-ruang kota yang lebih asri dan mendukung keterlibatan masyarakat dalam pelestarian lingkungan.
Pyeongchon Central Park: Ruang Hijau di Tengah Kota
Pyeongchon Central Park adalah salah satu ruang publik utama di Anyang yang sering digunakan sebagai lokasi dari berbagai kegiatan seni dalam APAP. Taman seluas sekitar 119.843 meter persegi ini dibuka pada 31 Desember 1993 dan terus menjadi pusat aktivitas komunitas dan rekreasi hingga hari ini.

Berbagai fasilitas tersedia di taman ini, termasuk sistem air mancur yang terhubung dengan aliran buatan, lapangan olahraga untuk tenis, sepak bola, dan basket, serta panggung pertunjukan untuk konser dan acara budaya lainnya. Setiap akhir pekan, jalan di sisi utara taman ditutup untuk lalu lintas dan berubah menjadi area untuk pasar loak dan kegiatan anak-anak.
Taman yang terletak berdekatan dengan Anyang City Hall dan Acro Towers ini menjadikannya mudah diakses oleh warga. Pyeongchon Central Park tidak hanya berfungsi sebagai ruang terbuka hijau saja, tetapi juga menjadi tempat pertemuan masyarakat yang mendukung berbagai aktivitas seni dan budaya.
Paviliun Samseongsan: Seni di Alam Terbuka
Salah satu karya arsitektur yang paling dikenal dalam APAP adalah Secret Forest Pavilion di Gunung Samseongsan, yang dirancang oleh NEXT architects untuk APAP ketujuh. Struktur ini dibuat dari baja corten dan berbentuk spiral mengelilingi tiga pohon yang ada di lokasi tersebut.
Paviliun ini memberikan pengalaman unik bagi pengunjung dengan menggabungkan elemen alam dan arsitektur modern. Beberapa fitur utama dari instalasi ini mencakup ruang tertutup yang tetap mempertahankan elemen alami di dalamnya, penggunaan baja tahan karat yang menciptakan ilusi visual, serta jalur melingkar yang memungkinkan pengunjung untuk menikmati pemandangan hutan dari berbagai sudut.
Secret Forest Pavilion merepresentasikan pendekatan APAP dalam mengintegrasikan seni dengan lanskap alam dan budaya Anyang. Melalui proyek-proyek seperti Secret Forest, APAP terus menghadirkan eksplorasi baru tentang interaksi antara ruang publik, seni, dan lingkungan.