
Songpa Book Museum (송파책박물관) merupakan institusi budaya yang memusatkan perhatian pada buku sebagai benda, praktik sosial, dan warisan pengetahuan. Museum yang terletak di Songpa-gu, Seoul ini dikenal sebagai museum buku publik pertama di Korea yang beroperasi dengan model akses warga, menawarkan tiket masuk gratis pada hari buka reguler. Melalui arsitektur, program publik, dan koleksinya, museum ini tidak hanya menampilkan sejarah buku di Korea saja, tetapi juga mengatur ruang bagi praktik membaca, bermain, dan mengingat peristiwa sejarah dalam satu lanskap perkotaan.
Asal-usul
Penetapan Songpa Book Museum sebagai museum buku publik pertama menunjukkan pilihan kebijakan untuk melembagakan budaya membaca melalui format museum, bukan hanya melalui perpustakaan, festival, atau dukungan industri penerbitan. Buku diposisikan sebagai artefak budaya, praktik sosial, sekaligus perangkat teknologi pengetahuan.
Berbeda dengan perpustakaan umum yang berfokus pada sirkulasi koleksi dan fungsi belajar, museum ini menyusun narasi tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan buku dalam bentuk pameran. Selain hadir sebagai bahan bacaan, buku di museum ini juga menjadi objek yang memiliki nilai sejarah baik dari segi produksi, distribusi, dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea.

Penempatan museum di Distrik Songpa, sebuah kawasan dengan pembangunan perkotaan yang intensif dan dekat dengan destinasi wisata Jamsil lainnya, berkaitan dengan strategi pengembangan lingkungan yang menggabungkan fasilitas keluarga, ruang edukasi, dan destinasi berbasis warisan budaya. Dengan demikian, museum buku ini juga berfungsi sebagai simpul yang menghubungkan kebijakan kota mengenai keluarga, pendidikan, dan budaya baca.
Profil Museum
Songpa Book Museum menyebut dirinya sebagai ruang yang menghubungkan buku dan manusia, pintu yang melampaui ruang dan waktu, serta tempat komunikasi lintas generasi. Rumusan tersebut menempatkan Songpa dalam wacana museum kontemporer yang menekankan inklusivitas dan kohesi sosial.
Fokus pada “keterhubungan” menjadi dasar dari disediakannya ruang baca yang luas, kursi sosial, dan area berkumpul sebagai salah satu fasilitas inti. Museum menyediakan ruang pameran, ruang pertemuan (Eoullim Hall), ruang media, dan ruang anak dalam satu bangunan, sehingga pengunjung dapat berpindah dari aktivitas membaca ke program edukasi atau kegiatan komunitas lainnya.
Di tingkat tata kelola, museum mengikuti pola operasional lembaga publik pada umumnya, dengan jam buka tetap, hari tutup reguler, dan pengaturan reservasi untuk rombongan besar atau program edukasi tertentu.
Arsitektur dan Ruang
Secara arsitektural, Songpa Book Museum didesain dengan metafora rak buku yang terbuka dan irisan penampang sebuah buku. Bentuk bangunan dan susunan interiornya membangun kesan seolah pengunjung memasuki “halaman” buku. Metafora ini terlihat dari fasad berlapis, lorong yang memanjang seperti baris teks, serta ruang-ruang yang saling tersambung seperti bab dalam buku.

Lobi Songpa Book Museum menjadi ruang penting dalam pengalaman pengunjung. Tangga-tribun kayu di pintu masuk berfungsi sebagai tempat duduk, ruang tunggu, dan area baca spontan. Penggunaan kayu pada lantai dan dinding lobi menekankan suasana yang mendukung aktivitas duduk dan membaca dalam waktu lama.
Di berbagai titik bangunan, terdapat dinding dengan relung dan rak yang diisi dengan buku pilihan, memungkinkan pengunjung untuk membaca di tempat. Meskipun sebagian besar buku yang ada di museum tertulis dalam bahasa Korea, pengunjung internasional tetap dapat mengamati bentuk, ilustrasi, dan tata desain buku, terutama di bagian buku anak.
Salah satu ruang yang menonjol adalah rotunda dengan lembaran-lembaran kertas yang digantung mengelilingi sebuah meja. Di sekeliling rotunda, terdapat relung-relung yang menampilkan beragam karya dari berbagai penulis Korea, sehingga pembentukan kanon sastra berlangsung di dalam ruang yang sekaligus bersifat simbolik dan fungsional.
Pembagian Ruang dalam Museum
Pembagian ruang di dalam museum diatur sesuai dengan fungsinya. Lantai bawah (B1) digunakan untuk penyimpanan buku dan studio terbuka, yaitu ruang kerja atau lokakarya yang berhubungan dengan kegiatan produksi buku. Lantai satu berorientasi pada buku untuk keluarga dengan kehadiran Bookkium sebagai zona untuk anak pra-sekolah, Kids Studio, serta Eoullim Hall sebagai ruang pertemuan.
Lantai dua menjadi pusat pameran dan dokumentasi. Di sini terdapat pameran tetap tentang sejarah buku di Korea, ruang pameran khusus untuk pameran yang bersifat sementara, perpustakaan media, serta akses menuju taman luar ruangan. Dengan susunan ini, ruangan dengan aktivitas yang lebih ramai ditempatkan di bagian bawah, sedangkan fungsi yang lebih tenang dan kontemplatif diletakkan di lantai atas.

Perpustakaan media menambahkan lapisan pengalaman membaca dalam bentuk audiovisual dan digital. Kehadiran perangkat media memperluas definisi “bahan bacaan” menjadi spektrum teks, gambar bergerak, dan suara. Sementara itu, taman luar ruangan menghadirkan ruang membaca di ruang terbuka pada para pengunjung.
Ruang Pameran Tetap: Kegiatan Membaca di Masa Joseon hingga Penerbitan Modern
Pameran tetap Songpa Book Museum menelusuri lebih dalam tentang perjalanan buku di Korea, mulai dari praktik membaca pada masa Dinasti Joseon hingga industri penerbitan kontemporer.
Bagian awal dari ruang pameran menunjukkan tentang dunia membaca pada masa Dinasti Joseon. Rekonstruksi ruang belajar, posisi duduk, dan peralatan tulis memperlihatkan bagaimana literasi memengaruhi tata ruang rumah, pengaturan furnitur, dan ritme kehidupan sehari-hari.
Bagian berikutnya bergerak ke sejarah buku modern dengan menyoroti perkembangan teknologi cetak, lembaga penerbitan, berkembangnya pasar pembaca, dan ekosistem antara penulis-editor. Di sini, jejak proses kreatif penulis dan editor diperlihatkan melalui sketsa alur cerita, bagan struktur naskah, catatan kerja, dan rekonstruksi ruang kerja editorial. Sehingga, pengunjung dapat mempelajari bahwa buku merupakan hasil kerja berlapis dan kolaboratif, bukan produk individu semata.

Beberapa bagian pameran menyediakan elemen interaktif yang memungkinkan pengunjung untuk mencoba aktivitas sederhana seperti membuat pembatas buku, memahami prinsip dasar cetak huruf, atau melihat tahapan-tahapan dalam produksi buku. Pendekatan ini menempatkan pembuatan buku sebagai keahlian yang dapat diamati dan dicoba secara langsung.
Ruang Pameran Khusus
Selain ruang pameran permanen, Songpa Book Museum juga memiliki ruang pameran khusus untuk pameran yang bersifat sementara. Tema pameran yang ditampilkan pun beragam, mulai dari literasi, ilustrasi, desain buku, peringatan tokoh sastra, atau isu sosial yang dikaitkan dengan bacaan.
Penyelenggaraan pameran khusus sering dikaitkan dengan program pendukung seperti seminar, bedah buku, atau lokakarya lainnya yang memanfaatkan Eoullim Hall. Dengan demikian, isi pameran tidak berhenti pada koleksi objek di ruang pameran permanen saja, tetapi diperluas melalui diskusi dan pertemuan publik yang melibatkan pengunjung sebagai peserta aktif.
Dunia Buku Anak
Salah satu keunikan dari Songpa Book Museum adalah penataan zona yang menyeluruh khusus untuk pengunjung anak usia dini. Bookkium dan Kids Studio dirancang sebagai lingkungan yang menggabungkan imajinasi, kegiatan bermain, dan kontak awal antara anak dengan buku. Tema desain dan elemen permainan membantu anak untuk mengaitkan buku dengan pengalaman yang menyenangkan.
Akses ke ruang-ruang ini biasanya dikelola melalui aturan kapasitas atau reservasi, terutama pada akhir pekan atau musim liburan. Orang tua perlu memeriksa informasi terbaru sebelum berkunjung, karena periode penutupan sementara dapat terjadi. Pengelolaan seperti ini berkaitan dengan keselamatan, durasi kunjungan, dan alur keluar-masuk pengunjung anak.

Dengan memberi porsi ruang yang jelas untuk anak, museum menyusun jalur bertahap dari bermain dan eksplorasi fisik di lantai bawah menuju pameran yang lebih informatif di lantai atas. Pola vertikal ini dapat dibaca sebagai ruang yang menyatukan permainan, perhatian, dan literasi awal.
Fasilitas Keluarga
Songpa Book Museum memilliki ruang menyusui, toilet dengan meja untuk mengganti popok, dan kursi bayi, menunjukkan bahwa museum merancang gedung dengan mempertimbangkan kebutuhan keluarga dengan anak. Keberadaan kafe di area lobi memungkinkan pengunjung untuk mengatur ritme makan dan istirahat tanpa harus meninggalkan gedung.
Aturan mengenai larangan minuman dan makanan di ruang pamer sejalan dengan praktik pelestarian koleksi di banyak museum. Dengan cara ini, museum menjaga kondisi fisik koleksi dan kebersihan ruang bersama, sekaligus tetap menyediakan area khusus untuk makan dan minum di zona yang telah ditentukan.