Sejarah DMZ (Demilitarized Zone) Korea

on in History
Foto: Driedprawns (Wikipedia)

Zona Demiliterisasi (DMZ) di Semenanjung Korea merupakan jalur tanah sepanjang 150 mil yang berfungsi sebagai zona penyangga antara Korea Utara dan Korea Selatan. DMZ didirikan pada tahun 1953 sebagai bagian dari Perjanjian Gencatan Senjata Korea untuk mengakhiri Perang Korea. DMZ memiliki lebar sekitar 2,5 mil dan mencakup wilayah di kedua sisi dari garis gencatan senjata.

DMZ menjadi rumah bagi ekosistem yang beragam, termasuk hutan, estuari, dan lahan basah, yang merupakan tempat perlindungan bagi berbagai spesies seperti bangau leher putih dan bangau mahkota merah, ikan, dan mamalia seperti beruang hitam Asia, lynx, dan lainnya. Namun, area ini juga dipenuhi dengan ranjau darat dan pagar berduri, membuatnya sulit untuk dilewati.

DMZ juga menjadi area yang diperkuat secara maksimal, dengan kedua belah pihak selalu bersiaga dengan pasukan yang besar. Area Keamanan Bersama (JSA) di Panmunjom, atau juga dikenal sebagai “desa gencatan senjata,” merupakan lokasi unik di mana perwakilan dari Korea Utara dan Korea Selatan, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Tiongkok bertemu untuk menandatangani Perjanjian Gencatan Senjata.

Perjanjian Gencatan Senjata merupakan momen krusial dalam sejarah Semenanjung Korea yang mengakhiri Perang Korea dan menghasilkan pembentukan Zona Demiliterisasi Korea (DMZ). Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 27 Juli 1953. Terlepas dari itu, JSA menjadi salah satu destinasi wisata populer, menawarkan pemandangan sekilas dari Semenanjung Korea yang terbagi dua.

Perjanjian tersebut menciptakan DMZ sebagai zona penyangga antara Korea Utara dan Korea Selatan. DMZ memiliki lebar sekitar 4 kilometer, membentang sepanjang 250 kilometer, dan secara efektif memisahkan kedua Korea di sepanjang Garis Demarkasi Militer. DMZ dirancang untuk mengurangi ketegangan dan mencegah bentrokan langsung antara kedua negara. Di dalam perjanjian tersebut, kedua pihak berkomitmen untuk tidak menambahkan senjata atau pasukan ke dalam zona ini, menjadikannya salah satu wilayah paling berat pengawasannya di dunia.

Perjanjian gencatan senjata ini dihasilkan dari negosiasi yang panjang dan sulit, sekaligus melibatkan berbagai pihak, termasuk di antaranya:

  • Korea Utara dan Tiongkok, yang mendukung Korea Utara.
  • PBB (terutama Amerika Serikat dan sekutunya), yang mendukung Korea Selatan.

Peran mereka dalam kesepakatan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Korea Utara dan Pasukan Rakyat Tiongkok setuju untuk menghentikan semua aktivitas militer dan mundur ke utara DMZ.
  • PBB dan Korea Selatan setuju untuk menghentikan semua operasi militer dan mundur ke selatan dari DMZ.
  • Komisi Pengawas Netral dibentuk untuk memantau gencatan senjata dan memastikan kedua belah pihak mematuhi ketentuan perjanjian.

Meskipun perjanjian ini berhasil mengakhiri pertempuran aktif, tidak ada perjanjian damai formal yang ditandatangani, yang berarti secara teknis Korea Utara dan Korea Selatan masih dalam keadaan perang. Dengan demikian, DMZ tetap menjadi simbol pemisahan yang mendalam antara utara dan selatan, serta titik fokus ketegangan geopolitik di wilayah tersebut.

Perjanjian Gencatan Senjata 1953 dan pembentukan DMZ telah menjadi bagian penting dari sejarah Korea, mencerminkan kompleksitas hubungan internasional dan konsekuensi jangka panjang dari konflik yang belum terselesaikan.

Zona ini juga telah menjadi saksi berbagai peristiwa penting sejak pembentukannya pada tahun 1953. Berikut adalah rangkuman peristiwa penting yang terjadi di DMZ dan sekitarnya.

  1. Pendirian DMZ (1953): DMZ didirikan sebagai bagian dari Perjanjian Gencatan Senjata Korea untuk mengakhiri Perang Korea, menciptakan zona penyangga sepanjang 250 kilometer dan lebar sekitar 4 kilometer antara Korea Utara dan Korea Selatan.
  2. Pertemuan Panmunjeom (27 April 2018): Pertemuan bersejarah antara Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Panmunjeom, yang menandai kunjungan pertama seorang pemimpin Korea Utara ke Korea Selatan semenjak perang. Keduanya menandatangani Deklarasi Panmunjeom, berkomitmen untuk denuklirisasi di Semenanjung Korea dan mengurangi ketegangan militer.
  3. Pertemuan Lanjutan Panmunjeom (26 Mei 2018): Sebuah pertemuan lanjutan diadakan di Panmunjeom untuk memperkuat komitmen yang dibuat dalam Deklarasi Panmunjeom dan membahas persiapan untuk KTT Korea Utara-AS.
  4. KTT Pyongyang (18 September 2018): KTT ketiga antara Korea Utara dan Selatan diselenggarakan di Pyongyang, di mana Kim Jong Un dan Moon Jae-in menandatangani Deklarasi Bersama Pyongyang yang mencakup langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan militer dan memajukan hubungan ekonomi.

DMZ tidak hanya mencerminkan ketegangan dan konflik bersejarah antara Korea Utara dan Selatan, tetapi juga menjadi harapan untuk masa depan yang lebih damai. Peristiwa-peristiwa penting di bawah ini menyoroti perubahan dinamika dalam hubungan inter-Korea dan peran DMZ sebagai simbol yang kuat dari pembagian serta potensi rekonsiliasi:

  1. Pembukaan Kompleks Industri Kaesong: Terletak dekat dengan DMZ di sisi Korea Utara, Kompleks Industri Kaesong adalah simbol kerja sama ekonomi antara dua Korea. Walaupun telah mengalami penutupan sementara karena ketegangan politik, kompleks ini tetap menjadi contoh dari kerjasama bilateral.
  2. Reuni Keluarga yang Terpisah: Sebagai bagian dari upaya peningkatan hubungan antar-Korea, reuni keluarga yang terpisah oleh perang telah diadakan, memungkinkan anggota keluarga yang terpisah selama beberapa dekade untuk bertemu kembali.
  3. Simbol Perdamaian dan Konservasi: Meskipun menjadi salah satu perbatasan yang paling diperkuat di dunia, DMZ telah menjadi tempat perlindungan bagi keanekaragaman hayati, termasuk spesies terancam punah, dan menjadi simbol potensial perdamaian dan rekonsiliasi.