
Dalam dunia sastra Korea, “서시” atau “Foreword” merepresentasikan sebuah karya yang tidak hanya melampaui batas zaman, tetapi juga mengekspresikan kedalaman jiwa yang bersifat universal. Karya ini adalah salah satu puisi paling terkenal yang dibuat oleh Yoon Dong Ju, penyair Korea yang lahir pada tahun 1917. Puisi “서시” bukan sekadar karya sastra biasa, melainkan sebuah manifesto pribadi yang mengatur alur bagi seluruh koleksi puisinya, yaitu “Sky, Wind, Stars, and Poetry.” Dengan menggunakan simbol-simbol alam seperti langit, angin, daun, dan bintang, Yoon Dong Ju dengan apik mengungkapkan tekadnya untuk menjalani hidup tanpa rasa malu, mencintai segala sesuatu yang akan mati, dan berjalan di jalan yang telah ditentukan baginya.
Puisi ini tidak hanya dikenal luas di kalangan peminat sastra, tetapi juga telah menjadi bagian dari kurikulum pendidikan di Korea Selatan, sering kali dijumpai dalam buku teks sekolah menengah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya karya ini dalam sastra Korea modern.
Baca: Yoon Dong Ju dan pengaruhnya ke sastra Korea
Karya Yoon Dong Ju, terutama “서시”, membawa pembaca ke dalam refleksi mendalam tentang nilai-nilai kehidupan, perjuangan, dan perlawanan. Sebagai penyair, Yoon Dong Ju terkenal dengan karya-karya yang baitnya penuh dengan pesan perlawanan terhadap kolonialisme Jepang, mencerminkan semangat perjuangan dan kecintaan terhadap tanah airnya. Puisi-puisinya telah menjadi simbol perlawanan yang lembut namun kuat, yang terus menginspirasi banyak generasi hingga saat ini.
Baca: Tema-Tema Puisi Yoon Dong Ju
Puisi 서시
서시
윤동주
죽는 날까지 하늘을 우러러
한 점 부끄럼이 없기를,
잎새에 이는 바람에도
나는 괴로워했다.
별을 노래하는 마음으로
모든 죽어 가는 것을 사랑해야지
그리고 나한테 주어진 길을
걸어가야겠다.
오늘 밤에도 별이 바람에 스치운다.
Terjemahan Puisi 서시
MUKADIMAH
Aku menatap langit hingga tiba hari kematian
Berharap tak ada rasa berdosa yang tersisa
Semilir angin yang menisir dedaunan
Kurasakan sebagai derita
Dengan hati melagukan bintang
Akan kucintai segala yang nanti kan binasa
Aku pun akan melangkah di jalan yang telah ditentukan untukku
Malam ini, sekali lagi
Bintang berpapasan dengan angin
*Terjemahan oleh Shi Young Duk dan Nenden Lilis
Analisis Puisi “서시”
Puisi “서시” (SeoSi) karya Yoon Dong Ju merupakan sebuah karya yang lahir di tengah-tengah periode kolonial Jepang atas Korea pada tahun 1941. Saat puisi ini ditulis, Yoon Dong Ju masih berstatus sebagai mahasiswa universitas di Kyoto. Ia kemudian ditangkap serta dipenjarakan oleh polisi Jepang pada tahun 1943. Yoon Dong Ju meninggal tahun 1945 di penjara di Fukuoka, Jepang, pada usia 27 tahun. Penyebab meninggalnya tidak diketahui secara pasti, namun dicurigai ia menjadi korban eksperimen medis menggunakan suntikan air garam.
Konteks historis dari puisi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi penindasan dan tantangan dari kolonialisme Jepang yang berdampak signifikan pada kehidupan rakyat Korea, termasuk pada Yoon Dong Ju sendiri.
“서시” mencerminkan pemikiran dan nilai-nilai pribadi Yoon Dong Ju. Menggunakan berbagai macam elemen yang berkaitan dengan alam sebagai simbol, puisi ini menyatakan tekadnya untuk menjalani hidup tanpa perasaan malu, mencintai segala sesuatu yang akan mati, dan berjalan di jalan yang telah ditakdirkan. Kesederhanaan dan kedalaman makna puisi ini menjadikannya karya yang signifikan dalam sastra Korea modern.
Analisis puisi “서시” tidak dapat dipisahkan dari konteks historisnya. Dalam puisi ini, Yoon Dong Ju menggunakan metafora alam untuk menggambarkan perasaan dan pemikirannya. Puisi ini juga mencerminkan kecemasan dan kepedihan yang dirasakan oleh Yoon Dong Ju dalam menghadapi realitas kehidupan di bawah kolonialisme Jepang.
Penggunaan bahasa yang sederhana namun penuh makna dalam puisi “서시” menunjukkan keahlian Yoon Dong Ju dalam menyampaikan pesan yang mendalam dengan kata-kata yang sederhana. Puisi “서시” tidak hanya merupakan ekspresi pribadi dari seorang penyair, tetapi juga menjadi suara dari sebuah bangsa yang berjuang untuk identitas dan kebebasannya.
Selain mencerminkan perjalanan pribadi Yoon Dong Ju, puisi “서시” juga menjadi gambaran kehidupan rakyat Korea di masa kolonialisme Jepang. Tak hanya itu, puisi ini juga menjadi cerminan perjalanan spiritual dan introspeksi yang mendalam, mencerminkan renungan hati Yoon Dong Ju tentang eksistensi manusia dan perannya. Kesederhanaannya yang penuh makna menjadikan puisi ini sebuah karya klasik dalam sastra Korea yang akan terus dikenang.