Perempuan Pembaru dalam Sastra Korea

on in Literature
One Hundred Shadows karya Hwang Jung-eun. Foto: TheBookCastle

Dalam kancah sastra Korea, peran wanita telah mengalami transformasi yang signifikan, terutama selama abad ke-20, ketika konsep “Perempuan Baru” (신여성, sinyeoseong) mulai muncul.

Era ini menandai kemunculan penulis wanita profesional pertama di Korea, seperti Na Hyesòk, Kim Myòngsun, dan Kim Wònju, yang tidak hanya mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah perempuan elit, tetapi juga menjadi advokat kuat bagi hak-hak wanita dan penentuan nasib sendiri.

Keberadaan dan karya mereka mendapat pengawasan publik yang ketat, sering kali mereka harus menghadapi kritik karena menantang peran gender tradisional dan mendukung konsep cinta bebas serta menentang konvensi perkawinan monogami. Meski menghadapi tantangan berat, penulis wanita terus meninggalkan jejak mereka dalam sastra Korea, dengan beberapa di antaranya mencapai kesuksesan yang menonjol pada akhir abad ke-20.

Perkembangan signifikan peran wanita dalam sastra Korea tidak terlepas dari berbagai faktor historis dan sosial yang mempengaruhi posisi mereka dalam masyarakat. Dari era “Perempuan Baru” hingga kehadiran mereka yang semakin menonjol di panggung sastra internasional, berikut adalah beberapa aspek penting yang menandai evolusi tersebut:

  • Tantangan terhadap Peran Gender Tradisional: Penulis wanita era “Perempuan Baru” memulai langkah berani dengan menantang peran gender tradisional. Mereka mendorong pendidikan untuk wanita dan memperjuangkan hak-hak wanita untuk diakui sebagai individu yang memiliki pikiran dan keinginan sendiri, bukan hanya sebagai perwakilan domestik keluarga dan rumah.
  • Peningkatan Visibilitas dan Partisipasi: Sejak akhir 1960-an, jumlah wanita yang menulis secara profesional di Korea meningkat secara signifikan. Penulis wanita menjadi lebih terlihat dan lebih aktif dalam dunia literatur, yang sebelumnya didominasi oleh penulis, penyair, dan kritikus pria.
  • Menangani Isu-Isu Sosial: Penulis wanita menggunakan karya mereka untuk menangani isu-isu sosial yang terkait dengan seksisme, komodifikasi, dan peran individu dalam masyarakat Korea. Tulisan mereka sering berfokus pada fiksi yang berpusat pada karakter, yang memiliki resonansi dengan pembaca Barat, mewakili pemisahan kuat dengan fiksi Korea mainstream yang sering kali didorong oleh kekuatan sejarah dan sosial yang luas dan di luar kendali karakternya.
  • Bahasa dan Pendidikan: Penciptaan hangul, alfabet Korea asli, membuat menulis menjadi semakin mudah bagi wanita, di mana mereka awalnya dikecualikan dari dunia literatur karena penggunaan huruf dan karakter Tionghoa dalam sastra Korea klasik. Selain itu, modernisasi Korea dan dorongan untuk kesetaraan membawa ide kesetaraan ke khalayak umum, membuka lebih banyak peluang bagi wanita dalam sastra.
  • Internasionalisasi dan Terjemahan: Internasionalisasi sastra Korea telah meningkatkan minat terhadap sastra Korea di luar negeri, terutama karya-karya penulis wanita. Hal ini menghasilkan “gelombang Korea” literatur yang didorong oleh wanita, saat peran mereka menjadi dominan di Korea dan semakin terlihat dalam terjemahan.

Wanita telah memberikan kontribusi signifikan terhadap sastra Korea, dengan menantang peran gender tradisional, meningkatkan partisipasi, menangani isu-isu sosial, dan memanfaatkan penciptaan hangul serta dorongan untuk kesetaraan guna membuka peluang bagi wanita dalam sastra.

Beberapa penulis wanita terkemuka dalam sastra Korea meliputi:

  1. Bae Suah: Lahir pada 1965, Bae Suah adalah seorang novelis dan penulis cerita pendek yang dikenal karena eksplorasinya tentang kondisi manusia dan kompleksitas identitas.
  2. Cheon Un-yeong: Lahir pada 1971, Cheon Un-yeong adalah seorang novelis yang telah menulis tentang kehidupan wanita Korea di era kontemporer.
  3. Choe Yun: Lahir pada 1953, ia adalah seorang novelis yang telah diakui karena karyanya yang mengeksplorasi kompleksitas dari hubungan manusia.
  4. Choi Eunmi: Wanita kelahiran tahun 1978 ini adalah seorang novelis yang telah menulis tentang kehidupan wanita Korea era kontemporer.
  5. Choi Jeongrye: Lahir pada 1955, Choi Jeongrye merupakan seorang penyair yang telah menulis tentang kondisi dan hubungan antar manusia yang rumit.
  6. Chung Bora: Lahir pada 1972, Chung Bora merupakan seorang penulis cerita pendek dan novelis yang telah berkarya tentang kehidupan wanita Korea di era modern.
  7. Han Malsook: Wanita kelahiran 1931 ini adalah seorang novelis yang telah menulis tentang kehidupan wanita di Korea selama abad ke-20.
  8. Han Moo-sook: Lahir pada 1918, Han Moo-sook merupakan seorang novelis yang telah menulis tentang kehidupan wanita di Korea selama abad ke-20.
  9. Heo Nanseolheon: Lahir pada 1563, Heo Nanseolheon adalah seorang penyair terkemuka dari masa pertengahan Dinasti Joseon.
  10. Heo Su-gyeong: Wanita kelahiran tahun 1964 ini adalah seorang penyair yang telah berkarya tentang kondisi kehidupan dan hubungan manusia yang kompleks.
  11. Hong Yun-suk: Wanita yang lahir pada tahun 1925 ini adalah seorang penyair terkenal yang telah berkarya tentang hidup manusia dan hubungannya yang penuh tantangan.
  12. Lady Hyegyeong: Lady Hyegyeong, yang lahir pada tahun 1735, adalah seorang putri mahkota dan penulis memoar dari masa akhir Dinasti Joseon.
  13. Hwang In-suk: Lahir pada 1958, Hwang In-suk adalah seorang penyair yang telah menulis tentang hubungan manusia yang penuh dengan lika-liku.
  14. Hwang Sun-mi: Lahir pada 1963, Hwang Sun-mi merupakan seorang penulis buku anak-anak dan ilustrator yang telah menulis tentang kehidupan anak-anak di Korea.
  15. Hwang Jung-eun: Wanita kelahiran 1967 ini adalah seorang penulis dan pembawa podcast yang telah menulis tentang kehidupan wanita Korea kontemporer di era modern.
  16. Hyewon Yum: Lahir pada 1976, Hyewon Yum adalah seorang ilustrator sekaligus penulis buku anak-anak yang menulis tentang cerita dan kehidupan anak-anak di Korea.
  17. Yun-I Hyeong: Lahir pada 1967, ia adalah seorang penyair yang telah berkarya seputar kehidupan manusia yang penuh tantangan.

Para penulis ini telah memberikan kontribusi signifikan terhadap sastra Korea dengan menantang peran gender tradisional, menyoroti isu-isu sosial, dan mengeksplorasi kompleksitas kondisi manusia. Karya-karya mereka telah berpengaruh dalam membentuk lanskap sastra baik di Korea maupun di dunia internasional.

Transformasi ini tidak hanya mencerminkan perjuangan individu melawan norma sosial yang ketat, tetapi juga menandai titik balik dalam cara masyarakat Korea memandang wanita dan peran mereka dalam dunia sastra.

Melalui karya-karya mereka, penulis wanita Korea telah berkontribusi pada dialog sosial yang lebih luas tentang isu-isu seperti emansipasi wanita, identitas, dan perjuangan sosial, membuka jalan bagi generasi mendatang untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan pengalaman wanita dengan lebih bebas dan kompleks. Dengan demikian, sastra Korea tidak hanya menjadi medium ekspresi artistik saja, tetapi juga arena perjuangan dan perubahan sosial, di mana wanita tidak hanya sebagai subjek cerita tetapi juga sebagai pembuat sejarah mereka sendiri.