Ondol: Hangatnya Budaya Korea di Tiap Langkah Kehidupan

on in Culture
Kamar Ondol Tradisional: Desa Hanok Gongju. Foto: KTO Indonesia

Ondol merupakan lantai pemanas yang dirancang secara cerdas dan telah menjadi bagian integral dari rumah Korea selama berabad-abad. Sistem pemanasan yang unik ini tidak hanya menyediakan kehangatan, tetapi juga melambangkan kekayaan budaya dan kedalaman sejarah Korea. Pada artikel ini, kita akan menggali lebih dalam esensi, sejarah, serta signifikansi budaya dari ondol.

Ondol, sebagai lantai pemanas khas Korea, memiliki jejak sejarah yang panjang dan menarik. Awal mula ondol dapat ditelusuri kembali ke periode Tiga Kerajaan Korea, di mana sistem pemanas ini mungkin telah digunakan dalam bentuk yang lebih primitif. Lalu, pada periode Goryeo (918–1392), ondol mulai berkembang dan menjadi lebih canggih. Namun, puncak perkembangan ondol terjadi selama Dinasti Joseon (1392–1910).

Selama Dinasti Joseon, ondol tidak hanya menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga mencerminkan struktur sosial dan hierarki. Misalnya, di istana kerajaan, lantai pemanas ondol digunakan di ruang istirahat para bangsawan dan juga di ruang pelayan. Desain ondol mencapai puncaknya selama masa pemerintahan Raja Injo (1624) ketika teknologi ini diadopsi secara luas di seluruh semenanjung Korea.

Era ‘Little Ice Age’ pada abad ke-16 dan ke-17 mendorong penyebaran ondol ke daerah selatan Korea yang lebih dingin. Dalam periode ini, ondol tidak hanya berfungsi sebagai pemanas tetapi juga sebagai simbol status sosial. Rumah-rumah dengan sistem pemanas yang baik dikaitkan dengan keluarga yang lebih berada dan berpengaruh.

Desain ondol adalah sebuah karya seni yang menggabungkan keahlian teknik dengan kebutuhan praktis. Sistem ondol tradisional dibangun dengan saluran udara (flue) yang diletakkan di bawah lantai batu. Panas dari api yang dibakar di tungku dapur atau ruangan lainnya akan mengalir melalui saluran ini, memanaskan batu dan lantai di atasnya.

Desain saluran udara ondol bervariasi tergantung pada tata letak dan kebutuhan rumah. Ada beberapa pengaturan yang umum digunakan, seperti:

  1. Saluran Lurus: Pengaturan paling sederhana, saluran lurus mengarah langsung dari tungku ke cerobong asap.
  2. Saluran Bentuk Kipas: Digunakan di rumah dengan beberapa kamar, saluran ini membagi panas secara merata ke berbagai area.
  3. Saluran Diagonal: Biasa ditemukan di rumah dengan tata letak ruangan yang lebih kompleks, memungkinkan distribusi panas yang lebih efisien.

Cerobong asap dalam ondol berperan penting dalam mengeluarkan asap dan mempertahankan sirkulasi udara yang sehat serta bersih. Berbeda dari cerobong asap tinggi yang umum dijumpai di negara barat, cerobong asap di Korea cenderung lebih rendah untuk memaksimalkan ketahanan panas di dalam ruangan.

Material utama dalam pembangunan ondol adalah batu dan tanah liat. Batu menjadi penghantar panas yang baik, sementara tanah liat membantu dalam menyegel dan mengisolasi saluran udara. Lapisan akhir dari lantai biasanya dibuat dari kayu atau bambu, menambah estetika sekaligus fungsi.

Desain ondol merefleksikan kecerdikan dan kreativitas masyarakat Korea dalam mengadaptasi lingkungan alam mereka untuk kehidupan sehari-hari. Sistem ini tidak hanya memberikan kehangatan tetapi juga telah menjadi bagian penting dari identitas budaya dan sejarah Korea.

Meskipun teknologi pemanasan telah berkembang pesat, ondol tetap memiliki relevansi kuat dalam kehidupan sehari-hari orang Korea di era modern. Sistem ondol tradisional telah beradaptasi dengan kemajuan teknologi, mengakomodasi kebutuhan tanpa menghilangkan esensi budayanya. Di banyak rumah modern Korea, ondol telah diintegrasikan dengan sistem pemanasan sentral, menunjukkan komitmen terhadap pelestarian warisan budaya sambil memenuhi kebutuhan kehidupan modern.

Ondol modern sering menggunakan pemanas air atau sistem pemanas listrik yang diletakkan di bawah lantai, meniru efek pemanasan ondol tradisional. Ini menunjukkan bagaimana ondol tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang, memadukan tradisi dengan inovasi. Ondol modern tidak hanya efisien dari segi energi tetapi juga ramah lingkungan, mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kenyamanan hidup.

Dalam desain bangunan baru, ondol sering diintegrasikan secara harmonis dengan elemen modern. Misalnya, di beberapa bangunan komersial dan rumah tinggal, ondol digabungkan dengan jendela kaca besar untuk efisiensi energi, menggabungkan kehangatan tradisional dengan estetika modern.

Ilustrasi sistem pemanas ondol. Sumber: ResearchGate

Dalam arsitektur Korea, ondol tidak hanya dilihat sebagai sistem pemanas ruangan tetapi juga sebagai elemen desain yang penting. Di banyak bangunan tradisional yang telah direnovasi, seperti hanok (rumah tradisional Korea), ondol dipertahankan sebagai fitur utama. Ini menunjukkan penghormatan terhadap warisan budaya dan keinginan untuk memelihara tradisi dalam konteks modern.

Istana-istana kuno dan bangunan bersejarah di Korea yang masih mempertahankan sistem ondol asli telah membuka wawasan tentang keahlian arsitektur di masa lalu. Di tempat-tempat seperti Istana Gyeongbokgung dan Changdeokgung, ondol dijadikan bagian penting dari tur, menyoroti peran penting sistem ini dalam arsitektur dan kehidupan kerajaan.

Dalam desain interior, ondol mendefinisikan bagaimana ruang diatur dan digunakan. Area dengan ondol sering menjadi pusat kegiatan keluarga, tempat berkumpul, beristirahat, dan bersosialisasi. Ini menunjukkan bagaimana ondol telah menyesuaikan diri dengan kebutuhan kontemporer sambil mempertahankan perannya sebagai jantung rumah.

Ondol dalam arsitektur kontemporer tidak hanya menggambarkan kekayaan sejarah dan budaya Korea tetapi juga menunjukkan bagaimana tradisi dapat beradaptasi dan berkembang dalam masyarakat modern. Dengan menggabungkan elemen kuno dan baru, ondol terus menjadi simbol hangatnya kebersamaan dan keharmonisan dalam kehidupan Korea.

Lebih dari sekadar sistem pemanas, ondol juga telah terintegrasi secara mendalam dalam siklus hidup masyarakat Korea. Dari kelahiran hingga kematian, ondol telah menjadi saksi bisu momen-momen penting dalam kehidupan setiap orang Korea. Bayi-bayi di Korea sering kali berbaring di lantai ondol, menikmati kehangatan yang nyaman. Selama masa kanak-kanak, ondol menjadi arena bermain, tempat berkumpul dengan keluarga, dan tempat belajar.

Sebagai orang dewasa, ondol tetap menjadi pusat kehidupan rumah tangga – tempat berkumpul, bersantai, dan berbagi cerita. Dalam kehidupan sehari-hari, ondol melambangkan kehangatan, keamanan, dan kenyamanan. Bahkan dalam pengobatan tradisional Korea, ondol digunakan untuk terapi kesehatan karena dipercaya dapat membantu mengatasi berbagai penyakit dan mempercepat pemulihan.

Di akhir kehidupan, ondol memberikan kenyamanan dan kehangatan pada hari-hari terakhir seseorang. Tradisi mengatakan bahwa orang Korea tidak hanya dilahirkan di atas ondol tetapi juga meninggal di atasnya, menutup siklus kehidupan. Bahkan setelah kematian, ondol menjadi tempat peringatan dan penghormatan, dengan keluarga berkumpul untuk mengenang dan menghormati leluhur mereka.

Dalam perjalanannya melintasi sejarah, ondol telah menjadi lebih dari sekadar metode pemanasan. Ini adalah warisan budaya yang berakar dalam identitas dan gaya hidup Korea. Selain mencerminkan inovasi dan kecerdasan teknis leluhur Korea, ondol juga mengekspresikan filosofi hidup yang menghargai keluarga, kebersamaan, dan harmoni dengan alam.

Walaupun bentuk dan fungsi ondol telah beradaptasi dengan kebutuhan zaman, esensinya tidak berubah. Ondol terus menjadi lambang kehangatan, kenyamanan, dan memiliki imej yang lekat dengan ‘rumah’ bagi banyak orang Korea. Lebih dari itu, ondol juga menjadi simbol budaya yang hidup, menghubungkan masa lalu dengan masa kini dan masa depan, mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga dan merayakan warisan yang telah diberikan kepada kita. Ondol bukan hanya bagian dari rumah, tetapi juga menjadi bagian dari jiwa Korea.

Untuk informasi lebih lanjut, berikut adalah video yang dibawakan oleh Arirang TV mengenai ondol.