Mokpo: Jantung Budaya di Barat Daya Semenanjung Korea

on in History
Jalan di sekitar Mokpo Peace Plaza, Mokpo. Foto: Meloncookie (Wikipedia)

Mokpo merupakan sebuah kota pelabuhan yang penuh semangat di Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan. Kota ini menawarkan kombinasi unik antara signifikansi sejarah dan kehidupan kota modern. Selain itu, Mokpo juga menjadi destinasi menarik bagi para wisatawan yang berminat untuk menikmati keindahan alam dari Korea.

Lokasinya yang strategis di ujung barat daya Semenanjung Korea telah memainkan peran penting dalam pengembangan kota ini, mulai dari zaman kuno hingga era modern. Sejarah Mokpo dapat dibagi menjadi beberapa periode kunci, yang masing-masing berkontribusi pada identitas unik kota saat ini.

Signifikansi Mokpo berawal dari dinasti Goryeo dan Joseon (918–1910), di mana kota ini berfungsi sebagai basis angkatan laut berkat lokasi pesisirnya yang strategis. Pendirian garnisun Mokpo pada tahun 1439 menandai pentingnya militer kota dalam mengendalikan serta mengamankan pulau-pulau lepas pantai. Periode ini menjadi dasar bagi peran Mokpo sebagai titik kritis untuk aktivitas maritim dan pertahanan.

Titik balik penting dalam sejarah Mokpo terjadi pada 1 Oktober 1897, ketika kota ini menjadi pelabuhan pertama yang dibuka secara mandiri atas perintah Raja Gojong. Langkah ini adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk memodernisasi Korea dan menegaskan kedaulatannya di tengah meningkatnya tekanan asing. Pembukaan Mokpo sebagai pelabuhan mandiri menandai awal transformasinya menjadi pusat perdagangan dan pertukaran budaya.

Pada awal abad ke-20, Mokpo menyaksikan perkembangan cepat dan pengaruh berat oleh Jepang, terutama setelah pembukaan pelabuhan pada tahun 1897. Area ini dikembangkan secara pesat oleh Jepang, yang mendirikan pemukiman asing yang sebagian besar dihuni oleh warga Jepang. Periode kolonisasi ini meninggalkan dampak mendalam bagi Mokpo, dengan banyak bangunan dari era ini masih berdiri hingga hari ini, berfungsi sebagai pengingat sejarah.

Selama periode kolonial Jepang, Mokpo berkembang menjadi pelabuhan untuk mengirimkan beras, kapas, dan garam. Distrik bersejarah kota Mokpo masih mempertahankan karakter dari era ini, mencerminkan kegiatan ekonomi dan gaya arsitektur yang diperkenalkan oleh Jepang.

Menyusul berakhirnya Perang Dunia II dan pembebasan Korea dari Jepang, Mokpo mengalami pengembangan dan ekspansi lebih lanjut. Kota ini terus tumbuh, terutama selama masa administrasi Presiden Kim Dae-Jung (1998–2003), yang berasal dari Mokpo. Pelabuhan dikembangkan ulang, dan industri kota, termasuk pembuatan kapal dan produk kelautan serta bahan kimia pun juga meningkat. Sekarang, kota ini merupakan gerbang ke laut barat daya Korea dan pusat perdagangan di kawasan Laut Kuning.

Sejarah Mokpo adalah bukti dari ketahanan dan adaptabilitasnya. Dari hari-hari awalnya sebagai basis militer strategis, lalu menjadi pelabuhan mandiri dan melalui tantangan pendudukan Jepang, Mokpo telah berkembang sambil mempertahankan warisannya yang kaya.

Selain landmark bersejarah, kota ini juga menjadi pusat ekspresi budaya yang kaya. Kompleks Budaya Mokpo memainkan peran penting dalam memenuhi permintaan acara budaya penduduk, menyelenggarakan pertunjukan dan pameran yang mencerminkan warisan lokal dan seni kontemporer. Musik dan kesenian di Mokpo mencerminkan sejarahnya, seperti terlihat dari lagu “Tears of Mokpo” yang menggambarkan kesulitan yang dialami penduduk selama pendudukan Jepang.

Gatbawi. Foto: Steve46814 (Wikipedia)

Batu Gatbawi merupakan formasi batu pasir alami yang terkenal dengan keindahan dan cerita rakyatnya. Tidak jauh dari Batu Gatbawi, terdapat destinasi lain termasuk Pusat Kebudayaan & Seni Mokpo dan Museum Sejarah Alam Mokpo, menjadikan area ini pusat budaya dan pendidikan.

Bagi pecinta alam dan pemandangan panoramik, Gunung Yudalsan wajib dikunjungi. Gunung ini tidak hanya menjadi landmark alami, tetapi juga menawarkan jalur pendakian yang mengarah ke patung dan penanda sejarah yang memberikan wawasan tentang sejarah dan cerita dari area lokal.

Kereta Gantung Laut Mokpo menawarkan pemandangan luar biasa dari kota dan sekitarnya. Ini menjadi cara unik untuk menikmati pemandangan kota dari ketinggian, menyajikan lanskap perkotaan dan laut dari sudut pandang yang unik.

Mokpo Marine Cable Car. Foto: 한국관광공사 (Wikipedia)

Alun-Alun Damai adalah tempat berkumpul populer bagi warga lokal dan wisatawan. Tempat ini menampilkan air mancur musikal dan menyediakan lingkungan yang tenang untuk relaksasi serta aktivitas rekreasi di tepi laut.

Meskipun memiliki sejarah yang kaya, Mokpo tidak terjebak di masa lalu. Kota ini telah merangkul modernitas, seperti terlihat dari infrastruktur dan lembaga kebudayaannya. Misalnya, Museum Sejarah Modern Mokpo yang tidak hanya memelihara masa lalu tetapi juga berfungsi sebagai tempat untuk memahami konteks sejarah Korea modern.

Mokpo adalah kota di mana masa lalu dan masa kini berdampingan secara harmonis. Mulai dari situs sejarah, festival budaya, hingga keindahan alamnya disertai dengan fasilitas modern, Mokpo menawarkan pengalaman lengkap bagi semua yang berkunjung.