Menelusuri Keunikan Teh Tradisional Korea

on in Food
Nokcha. Foto: Dobra Tea Pittsburgh

Sebagai minuman yang telah lama menyatu dalam kehidupan manusia, teh merupakan salah satu aspek budaya yang kaya akan sejarah dan tradisi. Di Korea, teh tidak hanya sekadar minuman untuk melepas dahaga, melainkan juga cerminan dari filosofi, seni, dan budaya yang telah berkembang selama ribuan tahun. Sebagai negara dengan warisan budaya teh yang kaya, Korea menawarkan berbagai jenis teh tradisional yang masing-masing memiliki cerita dan karakter unik. Dari nokcha yang segar, oksusu cha yang manis, omija cha yang penuh dengan rasa, hingga maesil cha yang menyegarkan, setiap jenis teh memilik pesona tersendiri.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi setiap jenis teh ini lebih jauh — mulai dari sejarah, proses pembuatannya, hingga cara penyajiannya yang unik. Kita juga akan membahas manfaat kesehatan dari masing-masing teh dan bagaimana mereka telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Korea.

Nokcha, yang lebih dikenal sebagai teh hijau Korea, merupakan minuman tradisional yang sarat akan sejarah dan budaya. Kualitas nokcha yang ternama dan metode pembuatannya yang khusus menjadikannya salah satu jenis teh yang paling dinikmati di Korea.

Nokcha dikenal luas akan manfaat kesehatannya yang beragam. Teh ini kaya akan antioksidan, terutama epigallocatechin gallate (EGCG) dan catechin. Zat-zat ini dikaitkan dengan berbagai keuntungan kesehatan, seperti peningkatan fungsi otak, bantuan dalam proses penurunan berat badan, perlindungan terhadap kanker, dan pengurangan risiko penyakit jantung. Selain itu, nokcha juga dipercaya dapat menenangkan perut setelah makan besar.

Ciri khas nokcha terletak pada profil rasanya yang menyegarkan dengan nuansa vegetal dan herbal. Teh ini umumnya berwarna terang, seperti hijau muda atau kuning pekat. Berbeda dengan jenis teh hijau lain, teh ini dibudidayakan dan diproses dengan cara yang berbeda, sehingga menghasilkan aroma, warna, dan profil rasa yang berbeda. Dibandingkan dengan teh hijau Jepang yang sering ditanam di bawah naungan buatan dan tanah yang diperkaya nitrogen, tanaman teh Korea umumnya tumbuh di tanah organik dan metode peneduhan alami, termasuk kedekatan dengan garis pohon hutan dan pegunungan.

Nokcha biasanya diproduksi sekitar tanggal 20 April (Guyu) dan banyak tumbuh di wilayah selatan Korea yang memiliki iklim hangat dan lembut, seperti Boseong, Hadong, dan Pulau Jeju.

Oksusu cha. Foto: The Blurry Lime

Oksusu Cha, atau teh jagung Korea, adalah minuman yang populer dan sering ditemui di Korea. Meskipun disebut sebagai “teh”, oksusu cha sebenarnya adalah tisane, yaitu minuman yang dibuat dari proses merendam bahan-bahan seperti biji, buah, atau bunga, dan dalam hal ini oksusu cha dibuat dengan biji jagung yang telah dipanggang. Proses pemanggangan biji jagung dilakukan hingga hampir hitam dan gosong, memberikan rasa khas yang mirip dengan kacang pada teh ini. Dikenal sebagai teh yang ringan dan cocok untuk dinikmati setiap hari, oksusu cha sering disajikan di restoran-restoran Korea sebagai alternatif dari air. Minuman ini bebas kafein, menjadikannya pilihan yang populer terutama di musim dingin.

Oksusu cha memiliki rasa yang lembut. Dengan merendam biji jagung panggang dalam air panas, teh ini memiliki rasa seperti kacang yang khas. Beberapa orang menggambarkan rasanya sebagai segar, tidak terlalu pekat, dan aromatik, menjadikannya pilihan populer, baik sebagai minuman panas maupun dingin. Rasanya sering dibandingkan dengan popcorn ketel yang telah dihaluskan dan diencerkan. Secara keseluruhan, oksusu cha disukai karena rasa lembut dan menyenangkan yang ditawarkannya, menjadikannya minuman sehari-hari yang penting dalam budaya Korea.

Selain itu, oksusu cha juga menawarkan beberapa manfaat kesehatan. Dibuat dari biji jagung, teh ini menyediakan sejumlah kecil nutrisi seperti karbohidrat, vitamin C, dan folat. Teh jagung juga dapat diseduh menggunakan rambut jagung, yang mungkin berfungsi sebagai diuretik, membantu menstabilkan gula darah, dan memberikan tambahan antioksidan.

Oksusu cha, dengan rasa yang lembut dan kaya manfaat kesehatan ini, merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari di Korea. Dapat disajikan hangat di musim dingin atau dingin di musim panas, oksusu cha menjadi teman yang sempurna untuk menemani berbagai aktivitas sehari-hari.

Omija cha. Foto: Hyeon-Jeong Suk

Omija Cha, atau Teh Lima Rasa, adalah teh tradisional Korea yang dibuat dari buah magnolia kering, yang disebut omija dalam bahasa Korea. Nama “Omija-cha” mengacu pada “lima rasa” dari buah ini, yaitu manis, asam, pahit, asin, dan pedas. Keunikan rasa ini membuat omija cha menjadi salah satu teh yang paling menarik dan unik di Korea.

Omija cha dapat disajikan baik panas maupun dingin, dan juga dapat digunakan untuk membuat omija-hwachae, minuman punch berbahan dasar buah magnolia. Teh ini dikenal karena rasa unik dan khasiatnya untuk kesehatan, termasuk meningkatkan fungsi ginjal dan hati, membantu sirkulasi darah, meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan stres, serta mempercantik kulit.

Selain itu, teh ini diyakini memiliki efek menenangkan pada perut dan dapat membantu mengatur kadar gula darah. Buah magnolia yang digunakan untuk membuat teh ini juga dikenal memiliki sifat anti-inflamasi dan anti-kanker. Secara keseluruhan, omija cha adalah minuman yang lezat dan sehat yang dinikmati banyak orang di Korea karena rasa dan manfaatnya.

Dengan rasa unik yang menggabungkan kelima rasa dasar dan manfaat kesehatan yang beragam, omija cha tidak hanya menawarkan pengalaman minum teh yang luar biasa, tetapi juga menjadi wakil dari kekayaan dan kedalaman tradisi herbal Korea.

Melalui perjalanan kita menyelami keunikan dan kekayaan nokcha, oksusu cha, dan omija cha, kita telah mengintip sebagian dari keindahan budaya teh Korea. Setiap jenis teh ini tidak hanya menawarkan kenikmatan rasa, tetapi juga membawa kita lebih dekat kepada warisan budaya yang telah berakar kuat dalam sejarah dan kehidupan masyarakat Korea.