Mater 2-10: Buku Kandidat Peraih International Booker Prize 2024

on in Literature
Mater 2-10. Foto: The Booker Prizes

“Mater 2-10” adalah sebuah karya sastra monumental yang ditulis oleh Hwang Sok-yong. Novel karya penulis asal Korea Selatan ini masuk dalam daftar pendek International Booker Prize 2024 dan berhasil menarik perhatian dunia. Judul dari novel ini diambil dari sebuah lokomotif tua yang berkarat dan penuh dengan lubang bekas tembakan yang terletak di Zona Demiliterisasi, pemisah antara Korea Utara dan Selatan. Lokomotif rusak ini menjadi simbol penting yang mewakili kerinduan akan reunifikasi dari Semenanjung Korea.

Mater 2-10 adalah sebuah kisah epik lintas generasi yang menganyam sejarah Korea selama seabad terakhir. Novel ini berpusat pada tiga generasi dari sebuah keluarga pekerja kereta api dan seorang buruh pabrik yang terkena pemutusan hubungan kerja bernama Yi Jino. Yi Jino melakukan aksi duduk di atas cerobong asap industri selama lebih dari setahun sebagai bentuk protes, yang menjadi metafora kuat atas perjuangan melawan kekuatan besar seperti eksploitasi pekerja dan globalisasi yang tidak terkendali.

“Mater 2-10” secara mendalam menggali peristiwa sejarah yang mewarnai kehidupan rakyat Korea di sepanjang abad ke-20. Novel ini menjadi saksi tragedi dan kebangkitan bangsa Korea melalui lensa kehidupan tiga generasi keluarga pekerja kereta api.

Narasi dimulai dengan penggambaran kehidupan warga Korea di bawah pendudukan Jepang (1910-1945). Pada masa ini, rakyat Korea dipaksa untuk mengadopsi nama dan cara hidup Jepang, menghadapi diskriminasi dan penindasan. Hwang Sok-yong menghidupkan penderitaan yang dialami rakyat di bawah penjajahan, termasuk kerja paksa dan upaya untuk menghapus identitas budaya Korea.

Setelah bebas pada tahun 1945, Korea mengalami kekacauan dan perpecahan. Novel ini menggambarkan dampak Perang Korea (1950-1953) yang memisahkan Korea menjadi utara dan selatan. Banyak keluarga tercerai-berai, dan rakyat harus kembali menghadapi kekerasan, kemiskinan, serta trauma perang yang berkepanjangan.

Pasca-perang, Korea Selatan mulai membangun kembali dan mengalami era industrialisasi yang pesat. Namun, proses ini tidak bebas dari eksploitasi dan penindasan terhadap pekerja. Novel ini menggambarkan perjuangan buruh untuk mendapatkan hak dan kondisi kerja yang lebih baik, sering kali berhadapan dengan pemerintah yang represif.

Melalui aksi protes Yi Jino di atas cerobong asap, novel ini menyoroti gerakan buruh pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Hal ini mencerminkan konflik antara pekerja dengan korporasi besar dan kekuatan globalisasi yang mengancam kehidupan mereka.

Sepanjang narasi, Hwang Sok-yong menyisipkan peristiwa-peristiwa bersejarah seperti Peristiwa Gwangju 1980, ketika rakyat membela diri melawan represi militer. Ini menunjukkan bagaimana rakyat Korea terus berjuang melawan penindasan dan mencari keadilan sosial.

Dengan menempatkan kisah keluarga pekerja di tengah pusaran sejarah Korea, novel ini memberikan perspektif yang intim dan manusiawi tentang bagaimana peristiwa-peristiwa besar mempengaruhi kehidupan individu. Pembaca dibawa menyaksikan perjuangan, pengorbanan, dan ketangguhan rakyat Korea dalam menghadapi tantangan dari penjajahan hingga berbagai permasalahan di era modern.

Mater 2-10 mengeksplorasi beberapa tema mendalam, termasuk eksploitasi pekerja dan gerakan buruh, perjuangan kolonial dan pasca-kolonial, serta warisan keluarga dan generasi. Aksi protes Yi Jino menjadi simbol penting dari perjuangan melawan eksploitasi dan pencarian keadilan.

Hwang Sok-yong menggunakan pendekatan bercerita unik yang disebut “realisme mindam”, yang memadukan cerita rakyat dengan percakapan sehari-hari. Gaya ini menghasilkan sebuah sejarah lisan yang kaya dipadukan dengan eksplorasi legenda dan kemunculan makhluk halus seperti arwah dari pekerja paksa, menciptakan pengalaman membaca yang sangat imersif dan otentik.

International Booker Prize secara unik mengakui peran vital penerjemah dengan membagikan hadiah uang tunai dalam jumlah yang sama antara penulis dan penerjemah. Ini menjadi bentuk penghormatan dari kerja luar biasa dari penerjemah Sora Kim-Rusell dan Youngjae Josephine Bae dalam membawa narasi Hwang yang sarat makna ke hadapan pembaca internasional.

Penghargaan ini mencerminkan komitmen International Booker Prize untuk mempromosikan keragaman sastra dan memperkenalkan pembaca pada berbagai perspektif budaya serta tradisi penceritaan dari seluruh dunia. Kandidasi “Mater 2-10” berpotensi meningkatkan penjualan dan jumlah pembaca global, memperkenalkan karya Hwang Sok-yong ke audiens internasional yang lebih luas sekaligus meningkatkan visibilitas sastra Korea di seluruh dunia.

“Mater 2-10” karya Hwang Sok-yong adalah karya yang menawarkan eksplorasi mendalam tentang sejarah Korea, eksploitasi pekerja, dan semangat pekerja yang tak pernah padam. Melalui narasi lintas generasi dan gaya bercerita unik, novel ini memberikan gambaran hidup yang kaya dan memikat tentang kehidupan orang-orang Korea biasa, menjadikannya kontribusi signifikan dalam sastra kontemporer.