Ketenangan dalam Kuliner Kuil Korea

on in Food
Sachal eumsik. Foto: Julie (flickr)

Temple cuisine, atau “sachal eumsik” (사찰음식), merupakan tradisi kuliner kuno yang berasal dari kuil Buddha di Korea. Dikenal sebagai kuliner vegan yang ramah lingkungan, tradisi ini telah dipraktikkan selama lebih dari 1.600 tahun, berakar dalam kepercayaan Buddha.

Sachal eumsik sepenuhnya vegan, menghindari semua produk hewani seperti daging, ikan, ataupun telur. Masakan ini juga menghindari lima sayuran yang kuat aromanya—bawang putih, bawang bombay, daun bawang, kucai, dan bawang merah—yang diyakini dapat mengganggu jalannya meditasi. Fokus utama dari tradisi ini adalah keberlanjutan, menggunakan bahan-bahan lokal dan musiman, serta meminimalkan limbah.

Masakan kuil menekankan manfaat kesehatan dari bahan alami, seperti menggunakan berbagai bahan herbal yang ditemukan di gunung, sayuran liar, dan makanan fermentasi seperti kimchi, pasta kedelai (doenjang), dan pasta cabai (gochujang) yang kaya nutrisi dan baik untuk pencernaan. Hidangan ini dirancang untuk mengharmoniskan enam rasa dasar, yaitu asin, manis, asam, pahit, pedas, dan sepat.

Buddhisme diperkenalkan ke Korea antara abad ke-3 dan ke-4, dan prinsip-prinsip vegetarian dari kepercayaan ini sempat diintegrasikan ke dalam hukum Korea. Catatan awal dari sejarah Korea, seperti Samguk Sagi, mendokumentasikan larangan membunuh hewan untuk dikonsumsi pada periode tertentu. Selama berabad-abad, masakan kuil telah memengaruhi kuliner Korea secara lebih luas, termasuk masakan istana kerajaan.

Dengan musim yang berbeda di Korea, para biksu dan biksuni mengembangkan teknik untuk mengawetkan sayuran dan tanaman untuk musim dingin. Ini termasuk membuat berbagai jenis kimchi, acar, dan pasta fermentasi, yang merupakan komponen penting dari sachal eumsik.

Makanan kuil disiapkan dengan bumbu minimal, menggunakan penambah rasa alami seperti bubuk jamur, bubuk rumput laut, dan bubuk biji perilla. Tujuannya adalah untuk menonjolkan rasa alami dari bahan-bahan yang digunakan. Memasak dan makan dianggap sebagai salah satu bentuk meditasi, dengan fokus pada kesadaran dan rasa syukur.

Bahan-bahan sachal eumsik sering kali dipanen dari lahan atau gunung di sekitar area kuil. Ini mencakup berbagai tanaman dan herbal liar yang digunakan segar atau diawetkan. Masakan yang dihidangkan di kuil terus berganti, dengan hidangan yang berbeda disiapkan sesuai dengan ketersediaan bahan di masing-masing musim.

Banyak kuil di Korea menawarkan program menginap di kuil di mana pengunjung dapat merasakan kehidupan kuil. Beberapa kuil ternama menawarkan program ini, seperti Haeinsa, Jogyesa, Bulguksa, Golgulsa, Ssanggyesa, dan Jeungsimsa. Program ini sering kali mencakup meditasi, upacara teh, dan menyicip makanan monastik ritual yang dikenal sebagai Barugongyang.

Di Seoul, ada beberapa restoran yang mengkhususkan diri pada masakan kuil, seperti Balwoo Gongyang dan Sanchon, yang keduanya terletak di dekat kuil Jogyesa. Restoran-restoran ini menawarkan hidangan kuil tradisional dalam bentuk gourmet.

Terletak di tengah kota Seoul, Geumsansa Temple adalah salah satu tempat populer untuk program menginap di kuil. Terletak di Jongno-gu, kuil ini menawarkan ketenangan di tengah kehidupan kota yang sibuk. Pengalaman menginap di kuil biasanya dimulai dengan berjalan kaki naik bukit selama sekitar 20 menit dari pemberhentian bus terdekat.

Sebagian besar program menginap di kuil berlangsung sekitar 20 jam, dimulai dengan check-in sekitar pukul 3 sore dan check-out setelah makan siang keesokan harinya. Para peserta disambut dengan tur mengelilingi kuil yang dipimpin oleh biksu, mengenalkan dasar-dasar Buddhisme dan kehidupan di kuil.

Selama menginap, peserta dapat menikmati makanan kuil yang disiapkan khusus oleh para biksu. Meskipun hidangan kuil mungkin lebih sederhana dibandingkan dengan makanan luar, makan di kuil menjadi salah satu pengalaman yang istimewa. Aturan dari makan di kuil adalah mengambil makanan hanya sebanyak yang bisa dimakan dan membersihkan piring setelah makan. Selain itu, pengunjung juga diharuskan untuk makan dalam keheningan untuk fokus pada nilai makan.

Geumsansa Temple menawarkan pengalaman yang mengesankan bagi mereka yang mencari kedamaian dan pemahaman lebih dalam tentang budaya dan spiritualitas Korea.

Geumsansa Temple

Alamat137, Bibong-gil, Jongno-gu, Seoul (서울특별시 종로구 비봉길 137)
ArahMenyeberang dan berjalan ke kiri sekitar 120 m dari Stasiun Bulgwang (Seoul Subway Line 3), Exit 2 ke Stasiun Bulgwang, Pemberhentian Bus Bulgwang 1-dong Community Center. Naik Bus No. 7212 dan turun di Pemberhentian Bus Five Northern Korean Provinces, lalu berjalan sekitar 600 m.
Jam OperasionalBuka sepanjang tahun untuk Templestay.
BiayaDewasa 70.000 won
Remaja (usia 18 tahun ke bawah) 50.000 won
Websiteeng.templestay.com (Bahasa Korea, Bahasa Inggris)