Gat: Lambang Warisan dan Mode Korea

on in Culture
Topi gat dan gatjip, kotak untuk menyimpan gat. Foto: Auckland Museum

Gat, atau topi tradisional Korea, merupakan bagian dari aksesoris pakaian Korea yang khas dan telah menjadi salah satu simbol budaya dan warisan Korea. Topi dengan pinggiran lebar ini dirancang untuk melindungi pemakainya dari matahari atau hujan. Topi gat yang memiliki sejarah panjang ini memiliki jenis yang beragam, implikasi budaya yang signifikan, dan cara pemakaian tertentu yang mencerminkan tradisi Korea yang mendalam.

Gat berasal dari Dinasti Goryeo (918-1392) sebagai topi paeraengyi (topi yang dibuat dari bambu) yang dikenakan oleh orang biasa. Topi ini lalu mengalami perkembangan signifikan pada masa Dinasti Joseon (1392-1910), dimana gat menjadi kerajinan yang dipandang maju. Gat lalu diadopsi oleh kaum bangsawan, menandakan status sosial dan identitas budaya dari topi ini.

Proses pembuatan gat, yang dikenal sebagai gatil, melibatkan proses yang rumit seperti yangtaeil, chongmojail, dan ipjail, yang masing-masing merujuk pada pembuatan pinggiran, pembuatan mahkota, dan penggabungan bagian-bagian ini.

Meskipun popularitasnya menurun setelah dekrit 1895 yang melarang sanggul, gat telah mengalami kebangkitan dalam beberapa tahun terakhir, sebagian karena representasinya dalam media dan mode.

Gat hadir dalam berbagai bentuk, masing-masing menandakan kelas sosial pemakai, pekerjaan, atau acara yang dihadiri. Beberapa jenis topi gat yang paling dikenal di antaranya adalah heuklip yang diperuntukkan bagi bangsawan dan sarjana, serta samo, yang dikenakan oleh pejabat pemerintah.

Desain gat, termasuk ukuran, tinggi, dan lebar pinggirannya, mencerminkan kedudukan sosial pemakainya dan etos budaya yang berlaku. Topi gat tidak hanya melindungi pemakainya dari panas atau hujan saja, tetapi juga berfungsi sebagai tanda martabat, memuat semangat budaya Joseon dan ideologi seonbi (pejabat-sarjana) tentang kesopanan dan kebanggaan.

Gat tidak dikenakan seperti topi pada umumnya. Awalnya, rambut diikat menjadi sanggul, kemudian menutupinya dengan sangtugwan, mengamankan rambut yang terlepas dengan manggeon, kemudian memasang tanggeon sebelum akhirnya mengenakan gat. Gat seharusnya tidak menutupi dahi tetapi diletakkan di atas kepala, menandakan martabat dan status pemakainya.

Dalam beberapa tahun terakhir, gat telah dikenakan kembali sebagai aksesoris mode, baik di dalam negeri Korea maupun secara internasional. Kebangkitan ini dikaitkan dengan desain unik dan signifikansi budayanya, yang ditekankan oleh kemunculannya dalam berbagai media populer seperti seri Netflix “Kingdom” dan runway mode di seluruh dunia.

Pengrajin dan desainer sekarang menafsirkan kembali gat, menggabungkan kerajinan tradisional dengan estetika modern untuk menciptakan karya yang menarik selera kontemporer sambil menghormati warisan kaya topi ini.

Gat adalah bukti sejarah budaya Korea yang kaya. Dari asal-usul dan signifikansinya yang bersejarah hingga kebangkitan modernnya dalam mode, gat mewakili perpaduan unik antara tradisi, identitas, dan gaya.